Akibat tarif tinggi yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap produk Tiongkok, banyak eksportir Tiongkok kini berlomba-lomba mencari pasar alternatif. Produk-produk dari platform e-commerce Tiongkok juga terus membanjiri berbagai negara melalui pengiriman paket kecil yang mendapatkan pembebasan bea cukai. Banyak negara kini bersiap-siap menghadapi serbuan produk murah dari Tiongkok.
EtIndonesia. Amerika Serikat telah mengenakan tarif setinggi 145% terhadap produk Tiongkok, memengaruhi sekitar 20 juta pekerjaan terkait di Tiongkok. Banyak eksportir Tiongkok pun bergegas mencari pasar luar negeri baru untuk mengatasi kelebihan kapasitas produksi.
Menurut statistik, Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor terbesar bagi Tiongkok, dengan nilai ekspor sekitar 500 miliar dolar AS tahun lalu, atau sekitar 15% dari total ekspor Tiongkok.
Kini, dengan pesanan dari Amerika Serikat yang anjlok, Allianz menyebutkan bahwa Uni Eropa, Inggris, Vietnam, Taiwan, dan enam negara lainnya kemungkinan besar akan menjadi pasar pengganti untuk menyerap produk-produk Tiongkok yang sebelumnya ditujukan ke AS. Diperkirakan ekspor Tiongkok ke negara-negara tersebut bisa meningkat sekitar 6% per tahun.
Selain itu, pengiriman paket kecil dari Tiongkok dan Hong Kong ke Amerika Serikat sebelumnya telah dicabut dari fasilitas bebas bea, dan mulai 2 Mei, tarifnya akan naik hingga 120%.
Hal ini membuat platform e-commerce Tiongkok seperti Shein dan Temu mengalami tekanan besar. Kini, negara-negara lain juga bersiap mengikuti langkah Amerika, guna mencegah serbuan paket dari Tiongkok.
Sebuah laporan Uni Eropa menunjukkan bahwa tahun lalu terdapat 4,6 miliar paket kecil yang masuk ke Eropa, dan 91% di antaranya berasal dari Tiongkok — artinya lebih dari 145 paket masuk setiap detik.
Menteri Keuangan Prancis, Éric Lombard, menyatakan bahwa selain masalah persaingan, banyak barang tersebut tidak memenuhi standar Eropa, dan kondisi kerja para pekerjanya seringkali tidak sejalan dengan nilai-nilai Prancis. Pemerintah Prancis akan mengumumkan langkah konkret untuk menangani masalah paket dari Tiongkok pada 29 April.
oleh Lin Jiawei dan Li Yihong dari NTD Asia-Pacific Television