Analisis: Situasi Beijing Tidak Beres, Muncul Tanda-Tanda “Akhir Rezim”

Baru-baru ini, Gordon Chang, seorang pakar Amerika yang terkenal tentang Tiongkok, mengatakan bahwa PKT saat ini menunjukkan lebih banyak perilaku “akhir rezim” dan situasi otoritas Beijing “sangat, sangat tidak beres.”

EtIndonesia. Dalam wawancara pada 28 April dengan acara Mornings with Maria di saluran Fox Business, Gordon Chang, peneliti senior di Gatestone Institute, menyatakan bahwa ketika Partai Komunis Tiongkok (PKT) membutuhkan sekutu karena sudah tidak bisa lagi menjual barang ke Amerika Serikat, justru Beijing malah bersikap konfrontatif terhadap Filipina, Taiwan, Korea Selatan, dan Australia.

“Ini sungguh merupakan perilaku yang membingungkan. Ini menunjukkan bahwa ada masalah besar yang sedang terjadi di Beijing,” ujar Chang. Ia menyebut tindakan tersebut sebagai gejala khas dari rezim yang sedang berada di akhir masa kekuasaannya, karena Xi Jinping tidak ingin terlihat tunduk kepada Amerika Serikat.

Menurut Chang, Xi Jinping telah membentuk sistem politik PKT menjadi sistem yang penuh permusuhan, dan terus mengklaim bahwa Tiongkok telah melampaui Amerika. Oleh karena itu, “ia tidak bisa menunjukkan bahwa Tiongkok bergantung pada perdagangan dengan Amerika,” dan juga tidak bisa terlihat bersedia bernegosiasi di bawah tekanan.

Gordon G. Chang, pakar Amerika Serikat terkenal mengenai masalah Tiongkok. (foto Gordon G. Chang)

Chang mengungkapkan bahwa sebenarnya Beijing diam-diam menghentikan pengenaan tarif terhadap beberapa produk penting asal Amerika, seperti semikonduktor, peralatan penerbangan, bahan kimia industri, peralatan medis, dan beberapa jenis obat-obatan. Namun, mereka tidak secara terbuka mengakui langkah tersebut sebagai bentuk konsesi.

Menurutnya, rezim yang dipimpin Xi Jinping tidak bisa mengakui kelemahan atau ketidakmampuannya melawan Amerika. Ia memperkirakan tren semacam ini akan terus berlanjut, yang berarti Tiongkok diam-diam membuat banyak konsesi penting, namun tetap menolak mengakuinya. Ini, menurut Chang, adalah cerminan dari sistem politik PKT saat ini yang sudah menjadi kaku dan keras kepala.

Perang tarif antara Amerika dan Tiongkok masih berlangsung. Setelah AS mengenakan tarif 145% terhadap barang-barang asal Tiongkok, PKT membalas dengan tarif 125% terhadap produk Amerika. Selain itu, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan PKT menyatakan siap “melawan sampai akhir,” sementara media pemerintah terus menyuarakan bahwa “langit tidak akan runtuh.”

Namun, menurut Wall Street Journal, akibat tekanan ekonomi yang ditimbulkan oleh perang dagang, Beijing kini sedang mempertimbangkan untuk menangguhkan tarif 125% terhadap sebagian produk impor asal Amerika, termasuk semikonduktor tertentu, peralatan manufaktur chip, produk medis, dan komponen pesawat terbang.

Pada 25 April, Presiden Donald Trump mengatakan kepada wartawan di halaman Gedung Putih bahwa ia telah berbicara dengan Xi Jinping “berkali-kali.” Ketika ditanya mengenai isi pembicaraan tersebut, Trump menjawab, “Saya akan memberitahu kalian di waktu yang tepat.”

Sementara itu, PKT secara terbuka membantah bahwa mereka sedang melakukan negosiasi tarif dengan pemerintahan Trump.

Media Tiongkok Caijing pada 25 April melaporkan bahwa setidaknya 8 jenis produk semikonduktor impor asal Amerika telah dikenai tarif nol persen. Namun, artikel tersebut kemudian dihapus.

Media Korea Selatan JoongAng Ilbo juga secara eksklusif melaporkan bahwa pada pagi hari tanggal 24 April, pejabat Tiongkok dan AS mengadakan pertemuan tidak resmi di Washington. Media berhasil merekam pejabat tinggi Tiongkok dan rombongannya memasuki gedung Departemen Keuangan AS. Saat wartawan mencoba mengambil gambar mereka, staf Tiongkok menghalangi dan meminta agar foto-foto tersebut dihapus.

Penulis kolom di Epoch Times, Wang He, menganalisis kepada NTD bahwa dalam sejarahnya, PKT sering menggunakan taktik mengutus orang untuk melakukan kontak tanpa memberikan status resmi. Hal ini memungkinkan mereka secara publik menyangkal adanya negosiasi. Ia meyakini bahwa kemungkinan besar Tiongkok memang melakukan kontak dengan AS, tetapi bukan melalui jalur resmi, sehingga mereka dapat bermain kata dan menyangkal adanya pembicaraan.

Wang He mengatakan bahwa PKT sebenarnya tidak ingin melanjutkan perang tarif karena dampaknya terlalu merugikan. Oleh karena itu, mereka bersikap keras di depan umum, tetapi diam-diam melakukan pendekatan kepada pemerintahan Trump. Ini semua adalah cara PKT menjaga gengsi, tampak keras di luar tapi sebenarnya sedang bernegosiasi di dalam. (Hui/asr)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS