EtIndonesia. Pada Senin (28 April), Iran mengumumkan bahwa ledakan besar yang terjadi di pelabuhan akhir pekan lalu telah menyebabkan sedikitnya 65 orang tewas dan lebih dari 1.200 orang terluka. Saat ledakan terjadi, Amerika Serikat dan Iran sedang menjalani putaran ketiga perundingan mengenai isu nuklir. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kembali menegaskan bahwa Iran tidak akan diizinkan memiliki senjata nuklir.
“Bagaimanapun juga, Iran tidak akan memiliki senjata nuklir,” ujar Netanyahu.
Saat Washington dan Teheran sedang merundingkan perjanjian nuklir, pada Minggu (27 April), Netanyahu kembali menyerukan pembongkaran seluruh fasilitas nuklir Iran guna mencegah negara itu memperoleh senjata nuklir.
Sumber yang mengetahui situasi menyebutkan, tidak menutup kemungkinan bahwa Israel akan melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dalam beberapa bulan mendatang. Iran pun memperingatkan bahwa mereka akan segera membalas setiap serangan yang ditujukan kepada mereka.
Selain itu, Netanyahu juga menyatakan: “Saya kira kita juga harus memasukkan rudal balistik ke dalam kesepakatan, yakni pencegahan pengembangan rudal balistik oleh Iran. Saya rasa itu dua hal yang harus dituntut.”
Iran sebelumnya pernah melancarkan serangan udara terhadap Israel dengan menggunakan drone, rudal balistik, dan rudal jelajah pada April dan Oktober 2024.
Hingga saat ini, di bawah mediasi Oman, Amerika Serikat dan Iran telah mengadakan tiga putaran perundingan tidak langsung, yang bertujuan untuk mencegah Teheran mendapatkan senjata nuklir dan sekaligus mencabut sanksi ekonomi berat dari AS. Putaran perundingan berikutnya dijadwalkan berlangsung pada 3 Mei di Eropa.
Pada Sabtu lalu, bersamaan dengan hari perundingan AS-Iran, terjadi ledakan besar di pelabuhan komersial terbesar Iran di bagian selatan. Citra udara menunjukkan banyak kontainer hancur dan terlempar, serta terlihat lubang besar beberapa meter dalamnya akibat ledakan.
Media pemerintah Iran pada Senin menyatakan, jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 65 orang, dan lebih dari 1.200 orang mengalami luka-luka.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada hMinggu memerintahkan penyelidikan menyeluruh terhadap insiden tersebut. Pihak berwenang mencurigai ledakan disebabkan oleh penyimpanan bahan kimia yang tidak tepat, namun tidak menutup kemungkinan adanya sabotase atau aksi manusia yang disengaja.
Beberapa media internasional melaporkan bahwa bahan kimia tersebut mungkin digunakan sebagai bahan bakar untuk rudal berbahan bakar padat. Perusahaan keamanan maritim Inggris, Ambrey, mengungkapkan bahwa pelabuhan tersebut menerima pengiriman bahan bakar sejenis dari Tiongkok pada Maret lalu, yang diduga digunakan untuk mengisi ulang persediaan rudal Iran. Kementerian Pertahanan Iran membantah laporan ini. (Hui)
Laporan oleh jurnalis NTD, Yi Jing