Putin Umumkan Gencatan Senjata Tiga Hari di  Mei – Trump: Saya Inginkan Gencatan Senjata Permanen

Pada  Senin 28 April, Rusia tiba-tiba mengumumkan gencatan senjata sementara selama tiga hari pada  Mei. Namun, Presiden AS Donald Trump berharap agar Rusia dan Ukraina mencapai gencatan senjata secara menyeluruh dan permanen, serta berharap kesepakatan damai bisa tercapai dalam dua minggu. Selain itu, pada  Sabtu sebelum menghadiri pemakaman Paus, Trump sempat melakukan pembicaraan pribadi selama 15 menit dengan Presiden Ukraina Zelensky, yang menjadi sorotan media besar sepanjang akhir pekan.

EtIndonesia. Kremlin pada  Senin 28 April secara tiba-tiba mengumumkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan gencatan senjata selama tiga hari, dari 8 hingga 10 Mei, bersamaan dengan perayaan peringatan 80 tahun kemenangan Perang Dunia II di Moskow.

Ini adalah kali kedua Putin mengumumkan gencatan senjata sementara, setelah sebelumnya gencatan senjata selama 30 jam di Hari Paskah. Sebelumnya, baik Rusia maupun Ukraina telah saling menuduh satu sama lain berulang kali melanggar kesepakatan, sehingga ruang lingkup gencatan senjata sangat terbatas.

Pengamat mencatat bahwa pengumuman sepihak Putin kali ini terjadi sehari setelah Presiden Trump menyampaikan kekecewaannya atas serangan Rusia yang terus berlanjut terhadap Ukraina.

“Saya ingin melihat apa yang akan dilakukan pihak Rusia, karena saya benar-benar terkejut dan kecewa – sangat kecewa – bahwa mereka masih membombardir tempat-tempat itu setelah pembicaraan berlangsung,” kata Trump. 

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan bahwa tidak ada tanda-tanda bahwa Rusia benar-benar berniat menghentikan perang.

“Pertempuran di garis depan setiap hari membuktikan bahwa Rusia sebenarnya sedang mencoba menipu dunia, menipu Amerika dan negara-negara lain, untuk memperpanjang perang ini,” ujarnya. 

Para analis menilai, pengumuman gencatan senjata oleh Putin sekali lagi adalah sinyal kepada Amerika bahwa Moskow masih memiliki keinginan untuk mencapai perdamaian. Namun, Amerika tampaknya mulai kehilangan kesabaran terhadap gencatan senjata yang rapuh ini. Gedung Putih pada hari Senin menyatakan bahwa Presiden Trump ingin melihat gencatan senjata permanen.

Juru bicara Gedung Putih Caroline Leavitt mengatakan : “Presiden telah dengan jelas menyatakan bahwa yang ia inginkan adalah gencatan senjata permanen – pertama-tama hentikan pembunuhan, hentikan konflik berdarah ini.”

Trump berharap Rusia dan Ukraina bisa menghentikan perang dan menandatangani perjanjian damai dalam dua minggu. Ia memberikan penilaian positif atas pertemuannya dengan Zelensky di Vatikan akhir pekan lalu.

“Itu adalah pertemuan yang luar biasa. Saya katakan, itu adalah kantor paling menakjubkan dan paling indah yang pernah saya lihat,” kata Trump. 

Rekaman menunjukkan bahwa sebelum menghadiri pemakaman Paus, Trump dan Zelenskyy duduk berdekatan dan berbicara secara pribadi selama sekitar 15 menit di dalam Basilika Santo Petrus, tanpa kehadiran para asisten.

Pengamat juga mencatat sebuah detail kecil: awalnya disiapkan tiga kursi karena Presiden Prancis Emmanuel Macron juga hadir. Setelah Trump berbicara sebentar dengan Macron, hanya Trump dan Zelenskyy yang melanjutkan pembicaraan tertutup berdua, sementara kursi ketiga segera disingkirkan.

Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz berkata : “Ia (Trump) memutuskan untuk menggunakan pendekatan ‘carrot and stick’ (imbalan dan tekanan), agar kedua pihak duduk di meja perundingan, melakukan negosiasi tidak langsung, demi mencapai hasil damai permanen dalam kerangka keamanan yang dipimpin Eropa.”

Selain itu, pada  Senin Korea Utara untuk pertama kalinya mengakui bahwa atas perintah Kim Jong-un, mereka telah mengirim pasukan untuk membantu Rusia dalam perang di Ukraina. Pejabat Ukraina menyatakan bahwa jumlah tentara Korea Utara, termasuk pasukan tambahan, mencapai sekitar 14.000 orang. (Hui)

Laporan oleh wartawan NTD, Yi Jing

FOKUS DUNIA

NEWS