Perjanjian Mineral AS-Ukraina Resmi Ditandatangani, Harapan Perdamaian Muncul

Amerika Serikat dan Ukraina secara resmi telah menandatangani perjanjian mineral, menandai langkah besar menuju gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina.

Saat ini, terdapat perbedaan pendapat antara kedua pihak—Rusia ingin negosiasi dulu baru gencatan senjata, sementara Ukraina bersikukuh bahwa gencatan senjata harus dilakukan terlebih dahulu.

AS memperingatkan bahwa jika proses perdamaian tidak berkembang, mereka akan menarik diri dari mediasi. Penandatanganan perjanjian mineral ini memberikan secercah harapan bagi perdamaian. Saksi ledakan di Ukraina: “Astaga! Kita harus segera pergi dari sini!”

EtIndonesia. Pada Selasa (29 April) malam, sejumlah besar drone Rusia menyerang kota Kharkiv dan Dnipro di Ukraina, menyebabkan sedikitnya 1 orang tewas dan 46 lainnya terluka. Gedung apartemen, rumah warga, fasilitas medis, dan infrastruktur sipil mengalami kerusakan berbagai tingkat. Petugas pemadam kebakaran segera tiba untuk memadamkan api.

Warga Kharkiv, Daria: “Seluruh jendela kami hancur berantakan, balkon juga rusak.”

Serangan ini terjadi bertepatan dengan pernyataan peringatan dari Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio terkait proses perdamaian Rusia-Ukraina. Juru bicara Departemen Luar Negeri, Tammy Bruce, pada Selasa menyampaikan pesan Rubio:  “Sekarang saatnya bagi kedua belah pihak untuk mengajukan proposal konkret tentang bagaimana mengakhiri konflik ini. Jika tidak ada kemajuan, kami akan mundur dari mediasi.”

Kremlin pada Rabu (30 April) menyatakan bahwa Presiden Putin terbuka untuk mencapai perdamaian, dan bersedia menyelesaikan konflik secara politik dan diplomatik. Namun pihak Rusia menekankan bahwa masih ada persoalan yang perlu diselesaikan sebelum gencatan senjata dapat terjadi. Moskow saat ini menunggu tanggapan Kyiv mengenai negosiasi langsung.

Sementara itu, pihak Ukraina tetap pada pendiriannya: sebelum ada bentuk negosiasi apa pun dengan Rusia, harus ada kesepakatan gencatan senjata terlebih dahulu—bahkan jika hanya gencatan senjata selama 30 hari, asalkan nyata.

Presiden Ukraina Zelenskry: “Mereka (Rusia) harus mengambil langkah nyata untuk mengakhiri perang. Kami bersikeras bahwa gencatan senjata total dan tanpa syarat harus menjadi langkah pertama. Rusia harus melakukannya.”

Pengamat internasional menilai, perbedaan pendapat yang jelas antara Rusia dan Ukraina ini membuat harapan Washington untuk segera mencapai kesepakatan damai menjadi sulit terwujud.

Pada Rabu, muncul kabar terbaru mengenai perjanjian mineral AS-Ukraina. Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal mengkonfirmasi bahwa Wakil Perdana Menteri Pertama, Yulia Svyrydenko, telah terbang ke Washington untuk menyelesaikan rincian akhir dan menandatangani perjanjian mineral yang dianggap sebagai tonggak penting. Perjanjian ini diperkirakan akan ditandatangani dalam waktu 24 jam.

Rabu malam waktu AS Timur, Gedung Putih mengumumkan bahwa perjanjian mineral AS-Ukraina telah tercapai dan secara resmi ditandatangani.

Sementara itu, seorang anggota parlemen Korea Selatan pada Rabu mengutip informasi intelijen bahwa Korea Utara telah mengerahkan 15.000 tentara untuk membantu Rusia dalam perang melawan Ukraina. Dari jumlah tersebut, sekitar 600 orang telah tewas, dengan total korban jiwa dan luka mencapai sekitar 4.700 orang.

Anggota parlemen tersebut menyatakan bahwa dalam enam bulan terakhir, kemampuan tempur militer Korea Utara telah meningkat. Sebagai imbalan atas pengiriman pasukan dan penyediaan senjata ke Rusia, Korea Utara tampaknya telah menerima bantuan teknologi berupa satelit mata-mata, drone, dan rudal pertahanan udara.

Selain itu, pada  Rabu dimulai pembangunan jembatan jalan yang melintasi Sungai Tumen. Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin menghadiri upacara peletakan batu pertama dan menyebut proyek ini sebagai peristiwa penting dalam hubungan Rusia-Korea Utara. Jembatan tersebut dijadwalkan selesai pada musim panas tahun 2026. (Hui/asr)

Laporan oleh Yi Jing, reporter NTD Television

FOKUS DUNIA

NEWS