Menkeu AS: Perjanjian Mineral Kirimkan Sinyal Kuat ke Rusia

EtIndonesia. Pada tanggal 1 Mei, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa perjanjian mineral antara Amerika Serikat dan Ukraina memiliki makna historis yang sangat besar. Pihak Gedung Putih turut menekankan bahwa perjanjian tersebut memperkuat kemitraan ekonomi antara kedua negara, dan dapat mempercepat berakhirnya perang.

Dalam sebuah video yang diunggah melalui platform Telegram, Zelenskyy menyebut kesepakatan ini sebagai “perjanjian yang benar-benar setara”. Dia menekankan bahwa perjanjian ini membuka peluang investasi bagi Ukraina, sekaligus mendorong modernisasi sektor industri dan reformasi sistem hukum di negaranya.

“Faktanya, ini adalah hasil nyata pertama dari pertemuan saya dengan Presiden Trump di Vatikan, dan perjanjian ini memiliki makna historis yang sesungguhnya,” ujar Zelenskyy.

Dari pihak Gedung Putih, disebutkan bahwa perjanjian kemitraan ekonomi yang ditandatangani bersama Ukraina sangat penting untuk mempercepat berakhirnya perang Rusia-Ukraina dan untuk mendukung proses rekonstruksi Ukraina pasca-konflik.

Juru bicara Gedung Putih, Levitt, menyatakan bahwa kemitraan ini menunjukkan komitmen Amerika Serikat dalam berinvestasi secara ekonomi, guna memastikan bahwa Ukraina memiliki masa depan yang bebas, damai, dan berdaulat. Dalam kerja sama tersebut juga dibentuk sebuah dana investasi bersama yang akan menerima kontribusi dari program eksploitasi sumber daya alam Ukraina. Dana ini akan mencakup 50% dari royalti paten, biaya lisensi, dan pembayaran serupa lainnya.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan bahwa kemitraan ini memungkinkan AS untuk berinvestasi bersama Ukraina dalam mengembangkan aset ekonomi negara tersebut, dengan mengerahkan sumber daya manusia, modal, serta standar tata kelola Amerika guna memperbaiki iklim investasi Ukraina dan mempercepat pemulihan ekonomi nasionalnya.

Menurut sejumlah pakar, saat ini sekitar 60% dari sumber daya logam tanah jarang Ukraina berada di wilayah yang saat ini diduduki oleh Rusia.

Trump Soroti Ekspansi Beijing dan Imbasnya pada Ambisi Putin

Pada tanggal 1 Mei, saat menghadiri acara Hari Doa Nasional di Gedung Putih, Presiden AS, Donald Trump menuding ekspansi kekuasaan Beijing sebagai faktor pemicu ambisi Presiden Rusia, Vladimir Putin untuk menyerbu Ukraina.

“Saat ini, Tiongkok (komunis) telah menguasai Pangkalan Udara Bagram—dulu pangkalan militer AS di Afghanistan. Ini sungguh menyedihkan, bahkan gila. Pangkalan ini adalah salah satu yang terbesar dan paling kuat di dunia, dengan landasan pacu terpanjang di dunia,” kata Trump.

“Ketika Putin melihat semua ini, menurut saya itulah alasannya. Dia merasa semakin berani, dan akhirnya memutuskan masuk ke Ukraina,” tambahnya.

Menkeu AS: Perjanjian Mineral Ini Kirimkan Pesan Tegas ke Kepemimpinan Rusia

Menurut laporan Reuters, Trump mendorong agar konflik Rusia-Ukraina diselesaikan secara damai dan mendukung penuh perjanjian mineral yang baru ditandatangani di Washington. Perjanjian tersebut mencakup pembentukan dana investasi bersama untuk pembangunan kembali Ukraina, serta memberikan Amerika Serikat hak prioritas dalam partisipasi proyek-proyek pertambangan baru di Ukraina.

Dalam wawancara dengan Fox Business News, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa perjanjian ini memberikan pesan yang jelas kepada para pemimpin Rusia: “Perjanjian ini menunjukkan bahwa rakyat Ukraina dan rakyat Amerika memiliki tujuan yang sepenuhnya sejalan—tidak ada perbedaan di antara kami.”

Lebih lanjut, Bessent menyebut kesepakatan ini sebagai sinyal kuat kepada Kremlin, karena memperkuat posisi Presiden Trump dalam melakukan negosiasi dengan Rusia di masa mendatang: “Saya rasa ini adalah pesan yang sangat kuat bagi para pemimpin Rusia. Ini memberi Presiden Trump kekuatan baru untuk bernegosiasi dengan fondasi yang jauh lebih kokoh.”

Ukraina Tegaskan Kendali Penuh atas SDA dan Infrastruktur

Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal, dalam pernyataannya di Kyiv menegaskan bahwa perjanjian ini bersifat “adil, setara, dan saling menguntungkan.” Dia menjelaskan bahwa AS dan Ukraina akan membentuk dana rekonstruksi bersama dengan hak suara yang setara. Ukraina juga tetap akan mempertahankan kendali penuh atas sumber daya bawah tanah, infrastruktur, dan kekayaan alamnya.

Shmyhal juga menekankan bahwa Ukraina tidak akan diminta untuk membayar utang kepada Amerika Serikat terkait bantuan besar-besaran yang telah diberikan sejak invasi Rusia pada Februari 2022. Keuntungan yang dihasilkan dari dana investasi tersebut akan sepenuhnya digunakan kembali untuk kepentingan pembangunan Ukraina.

Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Pertama Ukraina, Yulia Svyrydenko, menambahkan bahwa perjanjian ini akan mendanai proyek-proyek pertambangan, minyak, dan gas alam, termasuk infrastruktur pendukung dan fasilitas pemrosesan terkait.

Namun, perjanjian ini tidak mencakup isu kendali atas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia—yang merupakan fasilitas nuklir terbesar di Eropa dan saat ini berada di bawah pendudukan Rusia. Sebelumnya, dalam negosiasi informal, pihak AS sempat mengusulkan agar kontrol atas fasilitas nuklir tersebut menjadi bagian dari kesepakatan damai di masa mendatang.(jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS