Mesin Waktu Tak Terbatas? “Senar” Kosmik di Alam Semesta

EtIndonesia. Saat kita menatap langit malam, sukar untuk tidak terpukau oleh gemerlap bintang-bintang yang berkelip. Namun di balik pemandangan yang tampak tenang itu, alam semesta tengah menyusun sebuah kisah luar biasa—tentang ledakan dahsyat, distorsi ruang-waktu, dan bahkan perjalanan melintasi waktu. Di antara semua itu, tersembunyi pula apa yang oleh sebagian ilmuwan disebut sebagai “resleting kosmik” tak kasatmata—yakni cosmic strings atau senar kosmik.

Stretch Mark Alam Semesta?

Sebelum dentuman besar terjadi, alam semesta masih dalam fase “janin”, panas seperti roti kukus di dalam dandang, dan padat hingga seperti berisi segalanya dalam satu titik. Lalu, sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu, satu ledakan maha dahsyat memicu kelahiran ruang dan waktu. Seiring ekspansi dan pendinginan yang sangat cepat, satu kekuatan super yang dahulu menyatu terpecah menjadi empat gaya fundamental yang kita kenal sekarang: gravitasi, elektromagnetisme, serta dua jenis gaya nuklir yang terdengar sangat teknis.

Namun, transisi itu tidak terjadi tanpa meninggalkan jejak. Sebaliknya, dia meninggalkan “guratan” pada kulit alam semesta, yang oleh para fisikawan disebut sebagai senar kosmik.

Senar ini tentu bukan untuk memancing ikan. Dia jauh lebih tipis dari proton, namun bisa memanjang hingga sejauh beberapa tahun cahaya. Bayangkan benang tak kasatmata yang menjahit ruang dan waktu bersama, diam-diam melayang di antara galaksi, menjadi bagian dari kerangka alam semesta itu sendiri.

Dalam beberapa karya fiksi ilmiah, mekanisme perjalanan waktu sangat besar. (Sumber foto: Adobe Stock)


Kunci Mesin Waktu?

Meski senar kosmik tampaknya hanya berdiam dan melayang, sejumlah fisikawan mulai bertanya-tanya—mungkinkah senar ini adalah pintu rahasia menuju masa lalu?

Seorang fisikawan dari Universitas Tufts, Dr. Ken Olum, mengajukan teori yang mengejutkan sekaligus menggugah imajinasi. Dia menyebutkan bahwa jika dua senar kosmik tak berujung melintas dan bersilangan dengan kecepatan sangat tinggi, mereka dapat “menggulung” ruang dan waktu, menciptakan struktur aneh—sebuah mesin waktu.

Menurut Olum, jika seseorang berjalan di sepanjang lengkungan ruang-waktu hasil torsi dari dua senar itu, mereka dapat mencapai titik keberangkatan sebelum mereka meninggalkan tempat awal. Dengan kata lain—kembali ke masa lalu.

Tapi tahan dulu, jangan buru-buru mengepak koper untuk kembali ke zaman dinosaurus. Olum sendiri dengan jujur mengingatkan: teori ini secara matematis bisa dibuktikan, tapi—kita bahkan belum pernah melihat satu pun senar kosmik itu secara nyata!

Teori Mesin Waktu Paling Masuk Akal?

Tahun 1991, fisikawan John Richard Gott dari Universitas Princeton memperkenalkan versi lain yang membuat banyak ilmuwan terdiam. Dalam versinya, dua senar kosmik melaju sejajar dengan kecepatan tinggi, seperti dua mobil sport yang melaju tanpa pernah berhenti di jalan tol antargalaksi. Saat mereka berpapasan, senar itu menciptakan kurva waktu tertutup—rute ruang-waktu yang aneh, yang bisa membuatmu kembali ke titik waktu sebelum kamu memulai perjalanan.

Teori Gott bukan sekadar angan-angan fiksi ilmiah. Ia adalah solusi sah dari teori relativitas umum Einstein. Artinya, secara teori, perjalanan waktu bukanlah hal yang mustahil menurut hukum fisika yang kita pahami.

Kalau Begitu, di Mana Senarnya?

Jika teori itu begitu valid, lalu mengapa belum ada yang melihat senar kosmik?

Menurut Dr. Olum, meskipun persamaan matematika mendukung keberadaannya, senar kosmik yang dimaksud harus benar-benar tak berujung. Dan itulah yang membuat realisasi mesin waktu dari senar kosmik menjadi hampir mustahil. Namun, bukan berarti semua ilmuwan menyerah pada ide ini.

Dr. Henry Tye dari Universitas Cornell, misalnya, lebih percaya pada potensi senar kosmik dibandingkan teori lubang cacing (wormhole). DIa bahkan bersama murid-muridnya telah merancang model senar kosmik mereka sendiri.

“Perjalanan waktu memang kecil kemungkinannya, tapi saya tidak akan mengatakan itu mustahil,” kata Tye. “Meskipun ide terbang dengan kecepatan cahaya terasa sulit diterima, saya belum sepenuhnya menolak kemungkinan kembali ke masa lalu.”

Para ilmuwan tidak sepenuhnya menyangkal kemungkinan perjalanan waktu. (Sumber foto: Adobe Stock)

Pantulan Suara Senar?

Meskipun belum ada yang melihat langsung senar kosmik, mungkin kita sudah mulai mendengar mereka. Observatorium gelombang gravitasi NANOGrav di Amerika Utara—semacam telinga raksasa di angkasa—telah menangkap sinyal dari lengkungan ruang-waktu. Dan salah satu sinyal itu terdengar sangat… berbeda.

“Itu tidak terdengar seperti gelombang dari lubang hitam. Itulah yang membuatnya menarik,” ujar Olum. “Sinyal itu, seolah merupakan perkenalan dari senar kosmik itu sendiri.”

Dalam teori string (senar), diyakini bahwa alam semesta terbentuk dari lebih dari sepuluh dimensi, dan semua materi terdiri dari “senar mikroskopik” yang bergetar. Ketika alam semesta baru lahir, beberapa dari senar ini mungkin memanjang menjadi superstrings—versi kosmik dari senar biasa yang bisa lebih mudah terdeteksi.

Teleskop ruang angkasa LISA, yang dijadwalkan meluncur pada tahun 2034, bersama NANOGrav, kini sedang bersiap memburu jejak-jejak senar ini. 

Jika benar terdeteksi, menurut Dr. Tye, itu akan: “Membuktikan bahwa teori string adalah fondasi dari fisika modern, dan akan mengubah pandangan kita terhadap alam semesta secara fundamental.”

Benang Tak Terlihat di Langit Malam

Mungkin, di antara kerlip bintang yang kita lihat tiap malam, tersembunyi satu petunjuk tak kasatmata: sebuah benang halus yang membelah ruang dan waktu. Di salah satu sudut gelap dan sunyi alam semesta, mungkin ada senar yang bergetar perlahan, menanti seorang pelancong waktu dari masa depan untuk datang dan menelusurinya kembali ke masa lalu.

Jika kamu punya kesempatan menaiki “jalan tol kosmik” ini—kira-kira, ke waktu kapan kamu ingin pergi? (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS