Pemerintahan Trump Mundur dari Peran Mediator: Departemen Luar Negeri AS Tegaskan Konflik Rusia-Ukraina Kini Terserah Kedua Pihak

EtIndonesia. Pada 1 Mei juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Tammy Bruce, menyatakan bahwa Amerika Serikat akan tetap mendukung proses perdamaian di Ukraina, namun tidak lagi mengambil peran sebagai mediator. Ke depan, keputusan untuk menyelesaikan konflik akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Rusia dan Ukraina sendiri.

AS Tidak Lagi Jadi Penengah Perdamaian

Dalam konferensi pers rutin Departemen Luar Negeri pada 1 Mei, Bruce menjawab pertanyaan terkait serangan udara Rusia yang terus berlanjut di Ukraina dan penolakan Moskow terhadap berbagai proposal gencatan senjata. Saat ditanya apakah AS mempertimbangkan menjatuhkan sanksi sekunder terhadap pihak-pihak yang masih berdagang minyak dengan Rusia, Bruce menekankan bahwa fokus utama AS kini telah bergeser.

“Presiden Trump sadar bahwa dunia memiliki banyak krisis lain yang membutuhkan perhatian. Kami tidak akan terus-menerus terbang ke berbagai belahan dunia untuk memimpin negosiasi,” ujar Bruce. “Kini saatnya Rusia dan Ukraina sendiri yang menyusun gagasan konkret tentang bagaimana menghentikan konflik ini.”

Pernyataan tersebut menandai pergeseran besar dalam strategi diplomasi Washington, setelah berbagai upaya negosiasi yang tak membuahkan hasil konkret untuk menghentikan perang.

Dari Perhatian Internasional ke Tanggung Jawab Regional

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio dan Presiden Donald Trump telah beberapa kali memperingatkan bahwa AS akan mundur dari peran mediasi bila Rusia dan Ukraina tidak menunjukkan niat tulus untuk mencapai perdamaian.

Dalam pernyataannya pada 18 April, Trump bahkan mengatakan secara blak-blakan:“Jika salah satu pihak terlalu merepotkan, maka kami akan berkata: ‘Kalian ini bodoh, menyebalkan, dan tidak layak diladeni. Kami keluar.’”

Kini, pernyataan Bruce menjadi konfirmasi resmi bahwa AS tidak akan lagi menjadi pengarah utama dalam proses perdamaian.

“Menteri Luar Negeri kami telah menyatakan dengan sangat jelas bahwa pendekatan kami akan berubah. Cara kami terlibat juga akan berbeda. Kami tidak lagi menjadi pihak yang memimpin mediasi,” tambah Bruce.

Wakil Presiden: Perdamaian Kini di Tangan Kyiv dan Moskow

Di hari yang sama, Wakil Presiden JD Vance dalam wawancara dengan Fox News juga menyampaikan pandangan serupa. Dia mengakui bahwa perang kemungkinan tidak akan berakhir dalam waktu dekat.

“Kedua pihak sebenarnya sudah tahu apa syarat-syarat gencatan senjata yang dimiliki masing-masing. Apakah mereka mau mengakhiri perang brutal ini atau tidak, sekarang tergantung pada kemampuan mereka untuk mencapai kesepakatan bersama,” ujarnya.

Kesepakatan Mineral Tetap Berlangsung

Meski AS menarik diri dari peran sebagai mediator, kerja sama bilateral tetap berjalan di sektor lain. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri Pertama Ukraina, Yulia Svyrydenko menandatangani perjanjian kerja sama mineral yang dianggap penting untuk pemulihan ekonomi Ukraina pascaperang. Kerja sama ini tetap berlangsung secara paralel dan terpisah dari urusan mediasi konflik bersenjata.

Kesimpulan: Diplomasi Bergeser, Tanggung Jawab di Pihak Konflik

Dengan keputusan ini, Washington menegaskan bahwa beban diplomatik kini berpindah ke tangan Rusia dan Ukraina sendiri. Setelah bertahun-tahun mengambil peran sentral dalam perundingan damai, AS memilih untuk mengalihkan fokus diplomatiknya ke krisis global lain.

Kondisi ini mengisyaratkan bahwa masa depan konflik Ukraina tidak lagi berada di meja Washington, melainkan tergantung pada apakah Moskow dan Kyiv benar-benar siap untuk mengakhiri perang dan membangun kembali kepercayaan. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS