Setelah Tiga Minggu Stagnan, Kementerian Perdagangan PKT Akui: Akan Evaluasi Negosiasi dengan AS

Perkembangan terbaru dalam perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Setelah tiga minggu kebuntuan dan sikap keras dalam pernyataan publik, Kementerian Perdagangan Partai Komunis Tiongkok (PKT) akhirnya mengeluarkan pernyataan pada pagi hari bahwa mereka akan mengevaluasi kemungkinan melakukan negosiasi dengan Amerika Serikat. Sementara itu, Menteri Keuangan AS juga mendesak PKT untuk segera bernegosiasi, jika tidak, ekonomi Tiongkok bisa menghadapi pukulan yang menghancurkan.

EtIndonesia. Perang dagang putaran baru antara AS dan Tiongkok telah berlangsung hampir sebulan. Pada  2 Mei, Kementerian Perdagangan  PKT menyatakan di situs resminya bahwa pihak AS telah berulang kali menyampaikan keinginan untuk bernegosiasi. Tiongkok sedang melakukan evaluasi, yang merupakan perubahan sikap besar dari pernyataan sebelumnya yang bersikukuh tidak akan bernegosiasi atau menyerah.

Menilik kembali perkembangan selama tiga minggu terakhir, pada 10 April, Trump mengumumkan penundaan tarif balasan terhadap 75 negara, namun secara khusus menaikkan tarif terhadap Tiongkok menjadi 125%, dengan total tarif kumulatif mencapai 145%. Sebagai balasan, Tiongkok juga memberlakukan tarif balasan sebesar 125% terhadap barang-barang AS.

Kemudian pada 24 April, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan PKT dengan tegas membantah adanya pembicaraan dengan AS. Namun Trump segera membantah klaim tersebut dan mengungkapkan bahwa ia telah berbicara langsung dengan pemimpin Partai Komunis Tiongkok.

Pada 29 April, Kementerian Luar Negeri PKT kembali merilis video yang menyuarakan sikap “tidak akan menyerah”, namun kemudian muncul kabar bahwa Tiongkok diam-diam mencabut tarif terhadap 131 jenis produk asal AS. Pada 1 Mei, CCTV Tiongkok menyebut di platform Weibo bahwa pihak AS yang lebih dulu menghubungi mereka. Sehari setelahnya, Kementerian Perdagangan PKT secara resmi menyatakan sedang mengevaluasi kemungkinan bernegosiasi.

Sementara itu, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dalam wawancara pada 1 Mei menyatakan bahwa sebelum mencapai kesepakatan tarif dengan Tiongkok, AS akan lebih dulu menuntaskan perjanjian dengan mitra dagang di Asia.

 “Apakah kita akan melihat situasi mereda karena Tiongkok lebih membutuhkan peredaan dibanding negara lain? Mungkin saja. Namun, kesepakatan dengan negara-negara lain berjalan dengan lancar, dan saat ini fokus saya adalah pada mitra dagang kita di Asia,” demikian pernyataan Menteri Keuangan AS Scott Bessent. 

Bessent juga mendesak Tiongkok untuk segera memulai perundingan dagang, karena musim liburan akan segera tiba. Jika Tiongkok tidak mendapatkan pesanan sekarang, maka dampaknya terhadap ekonominya bisa sangat menghancurkan. (Hui)

Laporan oleh Lin Jiawei dan Li Yihong dari NTD Asia Pasifik

FOKUS DUNIA

NEWS