EtIndonesia. Dalam catatan geologi, para ilmuwan telah menemukan bukti adanya beberapa kali kepunahan massal besar yang nyaris memusnahkan seluruh kehidupan di Bumi. Bukti-bukti tersebut mengindikasikan bahwa Bumi pernah mengalami bencana periodik yang sangat merusak, dan menjadi penyebab kehancuran peradaban-peradaban yang telah ada sebelumnya.
Kehancuran Peradaban Pra-Sejarah
Berdasarkan sejumlah temuan, diketahui bahwa peradaban manusia purba pernah beberapa kali musnah akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir besar, letusan gunung berapi, hantaman benda langit, pergeseran lempeng benua, perubahan iklim mendadak, bahkan ada dugaan akibat ledakan nuklir purba. Fakta ini memperkuat catatan dalam kitab suci Buddha yang menyebutkan bahwa peradaban di Bumi secara berkala akan musnah karena akumulasi karma kolektif umat manusia.
Dalam pandangan ilmiah modern, kemunculan tulisan dianggap sebagai penanda penting suatu peradaban. Umumnya, sejarah manusia dimulai dari saat tulisan ditemukan, sementara masa sebelum itu disebut sebagai masa pra-sejarah. Namun sejak abad ke-20, berbagai negara di dunia gencar melakukan penggalian arkeologis terhadap kebudayaan kuno, dan dari hasil selama lebih dari satu abad, ditemukan bahwa usia tulisan tertua yang diketahui tidak lebih dari 6000 tahun.
Ditemukannya Banyak Situs Pra-Sejarah
Dengan kemajuan teknologi, metode arkeologi pun semakin canggih. Hal ini memungkinkan para peneliti menemukan banyak situs purba di tempat-tempat yang sebelumnya tidak diperhatikan. Meski hingga kini kita belum sepenuhnya memahami arti dari benda dan situs-situs tersebut, satu hal yang pasti: apa yang ditemukan sangat bertolak belakang dari pandangan sejarah tradisional.
Sebagai contoh, lukisan gua bison di Gua Altamira, Spanyol Utara, menggunakan empat jenis warna dari pigmen mineral yang tidak mudah pudar meski telah berusia lebih dari 16.000 tahun. Penggunaan pigmen besi untuk warna merah, kuning, coklat, dan mangan dioksida untuk hitam, menunjukkan kemampuan artistik tinggi manusia kala itu serta ketersediaan alat dan teknologi yang canggih untuk zamannya.
Tahun 1938, arkeolog Tiongkok, Ji Putai dan timnya menemukan 716 cakram granit purba di Pegunungan Bayan Har, Qinghai, berusia puluhan ribu tahun. Tiap cakram setebal 2 cm memiliki pola melingkar menyerupai cakram laser modern, dengan simbol-simbol yang belum bisa dipecahkan.
Di Austria, California, dan Irlandia, ditemukan paku besi tertanam dalam lapisan geologi berusia lebih dari 10.000 tahun.
Peta dari Turki tahun 1559 secara akurat menggambarkan garis pantai Benua Antartika dan Samudra Pasifik Amerika Utara, serta hubungan geografis Siberia dengan Alaska, yang kini dikenal sebagai Selat Bering—wilayah yang terbentuk lebih dari 10.000 tahun lalu.
Kota-Kota yang Tenggelam di Dasar Laut
Di landas kontinen Kuba, ditemukan struktur bangunan purba seluas 5 hektare yang telah tenggelam hampir 10.000 tahun, lengkap dengan jalanan batu, pintu, ukiran, bahkan peti batu, layaknya dunia yang seluruhnya terbuat dari batu.
Tahun 1919, ditemukan kota bawah laut di wilayah Nan Madol yang masih terawat. Terdapat jalan, tiang, dan rumah batu berlumut karang, dibangun dari sekitar 400.000 blok batu basal yang masing-masing panjangnya 3,6–8 meter dan berat lebih dari 10 ton. Dinding sepanjang 875 meter dan tinggi 14 meter membentengi kota ini—yang telah tenggelam lebih dari 10.000 tahun lalu.
Ilmu Astronomi dari Suku Terasing
Pada 1930-an, ilmuwan Prancis menemukan suku Dogon di Mali, Afrika Barat. Meski hidup sangat primitif, suku ini mengetahui bahwa bintang Sirius memiliki dua satelit alami, salah satunya adalah Sirius B (disebut “Po Tolo” oleh mereka), yang merupakan bintang terkecil namun terberat, dan pernah meledak lalu memudar. Mereka juga tahu bahwa bintang itu berputar setiap 50 tahun dan memiliki bintang ketiga bernama Sirius C, terdiri dari air, ¼ massa Sirius B, dan juga berputar tiap 50 tahun. Pengetahuan astronomi mereka ini bahkan melampaui sains modern saat itu—dari mana mereka belajar?
Teknologi yang Bukan Milik Peradaban Kita
Sastrawan Inggris abad ke-18, Jonathan Swift, menulis bahwa Mars memiliki dua satelit, lebih dari 150 tahun sebelum astronom benar-benar menemukannya.
Di Tiongkok, pada awal 1960-an, ditemukan lukisan dinding di Xinjiang yang menggambarkan fase bulan secara berurutan, menunjukkan pemahaman astronomi lebih dari 10.000 tahun silam.
Padahal, dari zaman batu hingga saat ini, umat manusia baru membangun peradaban modern selama kurang dari 10.000 tahun. Maka jelas bahwa sebagian besar situs kuno ini bukan hasil karya peradaban kita saat ini. Banyak dari mereka bahkan belum bisa kita tiru dengan teknologi modern.
Teori Peradaban Pra-Sejarah yang Berulang
Karena banyaknya bukti nyata tersebut, beberapa ilmuwan mengajukan teori bahwa sebelum peradaban manusia sekarang, telah ada banyak peradaban manusia terdahulu di Bumi. Bukti arkeologis menunjukkan rentang waktu yang sangat luas dan berbagai artefak dari zaman yang sangat tua.
Contohnya, jejak kaki manusia bersepatu di atas fosil trilobit berusia 600 juta hingga 250 juta tahun, reaktor nuklir purba 2 miliar tahun lalu di Gabon, bola logam berusia 2,8 miliar tahun dari Afrika Selatan, serta berbagai peralatan batu dari periode berbeda yang tidak mungkin berasal dari satu zaman peradaban yang sama.
Inilah dasar munculnya teori “peradaban berulang”, yang menyatakan bahwa peradaban manusia telah beberapa kali muncul dan musnah di Bumi. Bukan sekali menuju kemajuan linear, tetapi mengalami siklus naik dan hancur karena bencana.
Bencana Global yang Menghancurkan Peradaban
Ilmu geologi modern mengonfirmasi bahwa Bumi memang pernah mengalami beberapa kepunahan massal, termasuk bencana yang meliputi gempa bumi, banjir, letusan gunung api, hantaman asteroid atau komet, pergeseran benua, dan perubahan iklim ekstrem.
Legenda benua Atlantis—sebuah peradaban maju—konon tenggelam sekitar 11.600 tahun lalu akibat gempa global dan membentuk wilayah Laut China Selatan saat ini, yang rata-rata hanya sedalam 60 meter, dengan puncak-puncak gunung menjadi kepulauan Indonesia.
Di pesisir Peru, di bawah laut sedalam 200 meter, ditemukan tiang dan bangunan batu yang rumit. Di Atlantik dekat Selat Gibraltar, berhasil diambil delapan foto reruntuhan kota kuno dengan tangga dan dinding batu—semuanya diduga tenggelam lebih dari 10.000 tahun lalu.
Di wilayah Segitiga Bermuda, ditemukan piramida besar bawah laut—sisa kejayaan peradaban purba yang lenyap.
Banjir Besar yang Melanda Dunia
Sekitar 12.000 tahun silam, peradaban sebelumnya diyakini hancur karena banjir global. Banyak bukti langsung dan tidak langsung ditemukan oleh para arkeolog dan antropolog budaya dari seluruh dunia. Ratusan mitos dan legenda dari berbagai bangsa menceritakan tentang bencana besar ini.
Setidaknya lebih dari 600 mitos tentang banjir besar telah dicatat, dari Tiongkok, Jepang, Malaysia, Laos, Thailand, India, Australia, Yunani, Mesir, berbagai suku Afrika, hingga penduduk asli Amerika Utara dan Selatan. Semuanya menyebut bahwa dunia pernah dihancurkan oleh banjir besar, dan hanya sedikit manusia yang selamat untuk memulai kembali peradaban baru. (jhn/yn)