Satu-Satunya Negara di Dunia yang “Melarang Wanita ke Luar Negeri”

EtIndonesia. Di era globalisasi seperti sekarang, bepergian ke luar negeri telah menjadi bagian dari gaya hidup banyak orang. Bagi sebagian orang, bepergian sudah semudah pergi ke pasar. Namun, ada satu negara di dunia yang justru melarang wanita untuk ke luar negeri—negara itu adalah Belarus.

Nama “Belarus” mungkin mengingatkan kita pada “Rusia”, namun jangan salah, meskipun hanya berbeda satu kata, kedua negara ini sama sekali tidak sama. Belarus adalah negara merdeka dengan identitas tersendiri. Negara ini tidak sebesar Rusia, penduduknya pun relatif sedikit. Namun, satu hal yang membuat Belarus terkenal di mata dunia adalah: negaranya penuh dengan wanita cantik.

Wanita-wanita di Belarus dikenal memiliki ciri khas wajah yang sangat menawan—dagu runcing, hidung mancung, mata besar, kulit putih bersih—semua itu tampak alami tanpa perlu polesan makeup tebal. Kecantikan mereka sering membuat orang lain iri. Mengapa wanita Belarus begitu memesona? Jawabannya terletak pada darah “Slavia Asli” yang mereka miliki. Kata “putih” dalam nama Belarus bukan hanya merujuk pada warna kulit, tetapi juga melambangkan kemurnian dan keagungan bangsa ini.

Namun, meskipun mereka cantik alami, wanita-wanita Belarus tidak dengan mudah bisa bepergian ke luar negeri. Dahulu, wanita Belarus bebas bepergian, tetapi sejak tahun 2005, situasinya berubah.

Awal Mula Larangan Keluar Negeri

Kisahnya bermula pada tahun 2005. Saat itu, Presiden Belarus Alexander Lukashenko sedang melakukan inspeksi di ibu kota Minsk. Dia memperhatikan bahwa seluruh papan iklan di sepanjang jalan menampilkan wajah-wajah model asing. Dia pun bertanya kepada Wali Kota: “Kemana perginya wanita-wanita cantik kita?”

Sang Wali Kota menjawab: “Mereka pergi ke luar negeri untuk bekerja karena gaji yang ditawarkan perusahaan asing lebih tinggi.”

Lukashenko langsung mengambil keputusan: “Tidak! Wanita kita tidak perlu pergi ke luar negeri untuk mencari uang. Di dalam negeri juga banyak peluang.” 

Ditambah lagi, Belarus saat itu sedang menghadapi tren pertumbuhan populasi negatif. Jika terlalu banyak wanita Belarus yang pergi ke luar negeri, jumlah populasi nasional akan semakin menyusut. Maka sejak saat itulah, wanita Belarus menjadi korban utama dari kebijakan “negara tertutup”.

Untuk pergi ke luar negeri, mereka harus mendapatkan izin khusus dari pemerintah.

Hukum dan Larangan Kaum Wanita Menikah dengan Warga Asing

Dalam peraturan resmi Belarus, para wanota dilarang keluar negeri tanpa izin khusus, dan tidak diizinkan menikah dengan warga negara asing untuk kemudian pindah ke luar negeri. Aturan ini terdengar sangat ketat bagi banyak orang, bahkan tak masuk akal di era modern. Namun, pemerintah Belarus punya alasan historis dan budaya yang mereka anggap sah.

Menurut mereka, kebijakan ini bertujuan melindungi hak dan keselamatan wanita Belarus, agar mereka tidak menjadi korban eksploitasi oleh individu atau sindikat di luar negeri.

Efek Langsung dari Kebijakan Ini

Meskipun terkesan kejam, larangan ini berhasil menurunkan kasus perdagangan manusia. Pada masa krisis ekonomi Belarus, banyak wanita tertipu oleh iming-iming pekerjaan di luar negeri, dan akhirnya terjebak dalam industri pelacuran karena tekanan ekonomi. Namun, sejak aturan diberlakukan tahun 2005, jumlah kasus perdagangan manusia turun drastis. Pada tahun pertama reformasi, jumlah kasus turun menjadi kurang dari 200, dan pada 2008, masalah ini nyaris sepenuhnya terkendali.

Ketimpangan Gender dan Harapan Pemerintah

Namun, kebijakan ini juga memunculkan masalah baru: ketimpangan gender yang serius. Populasi wanita di Belarus jauh melebihi laki-laki. Karena itu, meskipun wanita dilarang menikah dan tinggal di luar negeri, pemerintah Belarus justru mengundang pria asing untuk datang ke Belarus, menikah dengan wanita lokal, tinggal dan bekerja di sana, serta membentuk keluarga.Tujuan utamanya adalah meningkatkan angka kelahiran laki-laki, menjaga keseimbangan populasi, dan secara tidak langsung mendukung pembangunan nasional melalui stabilitas demografis.(jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS