EtIndonesia. Pada 3 Mei, media India seperti Press Trust of India (PTI) dan Business Frontline melaporkan bahwa Menteri Pertahanan India, Rajnath Singh—yang sebelumnya dijadwalkan mewakili Perdana Menteri Narendra Modi dalam parade peringatan Hari Kemenangan Rusia pada 9 Mei—juga akan absen karena “kesibukan urusan dalam negeri”. Sebagai gantinya, Menteri Negara di Kementerian Pertahanan India, Sanjay Seth, akan menghadiri acara tersebut.
Menurut Business Frontline, seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri India menyebutkan bahwa meningkatnya ketegangan antara India dan Pakistan setelah serangan bersenjata di wilayah Kashmir yang dikuasai India—yang menewaskan 26 turis dan melukai 17 orang—merupakan salah satu alasan pembatalan. Singh juga dikabarkan tengah bersiap menghadiri pertemuan pertahanan bilateral dengan Jepang pada 5 Mei.
Sumber resmi pemerintah mengatakan kepada PTI pada 3 Mei bahwa Sanjay Seth kemungkinan besar akan berangkat ke Moskow untuk menghadiri peringatan tersebut mewakili Rajnath Singh.
Undangan Putin dan Sikap India
Rusia sebelumnya telah mengundang para pemimpin dari negara-negara sahabat untuk menghadiri parade militer besar-besaran dalam rangka memperingati kemenangan dalam Perang Patriotik Raya. PM Narendra Modi pun menerima undangan tersebut, namun memutuskan membatalkannya menyusul insiden penembakan di Kashmir. Bahkan, Modi mempersingkat kunjungan dua harinya ke Arab Saudi dan langsung pulang ke India untuk mengevaluasi situasi serta merumuskan respons nasional.
Insiden tersebut terjadi pada 22 April di daerah Pahalgam, Kashmir. India menuduh Pakistan terlibat dalam serangan tersebut. Sehari kemudian, India mengumumkan serangkaian langkah untuk “menurunkan” hubungan bilateral, termasuk menangguhkan Perjanjian Pemanfaatan Air Sungai Indus (ditandatangani tahun 1960), menutup pos perbatasan, dan mengusir staf diplomatik Pakistan. Sebagai respons, Pakistan juga mengumumkan tindakan balasan terhadap India.
Ketegangan di Perbatasan India–Pakistan
Dalam hampir dua pekan terakhir, hubungan India–Pakistan terus memburuk. Pada 4 Mei, militer India mengklaim bahwa tentara Pakistan menembaki pos penjagaan di sepanjang Garis Kendali (LoC) di Kashmir dari malam hingga pagi hari. India mengaku telah memberikan “respon yang setimpal”. Media India menyebut bahwa kontak senjata telah berlangsung selama 10 hari berturut-turut. Selain itu, The Times of India melaporkan bahwa kedua negara juga menggelar latihan militer dengan amunisi sungguhan di Laut Arab.
Diplomasi dan Reaksi Rusia
Hindustan Times melaporkan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin merupakan salah satu kepala negara pertama yang mengutuk insiden penembakan tersebut. Pada 2 Mei, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov mengadakan pembicaraan melalui telepon dengan Menteri Luar Negeri India S. Jaishankar. Mereka membahas sejumlah isu penting dalam hubungan Rusia–India, termasuk meningkatnya ketegangan antara India dan Pakistan.
Lavrov menyerukan agar kedua negara menyelesaikan perbedaan melalui jalur diplomatik dan politik, berdasarkan Perjanjian Simla 1972 dan Deklarasi Lahore 1999. Dalam pembicaraan tersebut, Lavrov dan Jaishankar juga membahas agenda kunjungan tingkat tinggi mendatang antara kedua negara.
Diketahui bahwa Modi telah dua kali mengunjungi Rusia tahun lalu—pada Juli untuk kunjungan kenegaraan, dan Oktober untuk menghadiri KTT BRICS ke-16. Pada Desember, Rajnath Singh juga melakukan kunjungan ke Moskow dan bertemu dengan Menteri Pertahanan Rusia, Andrei Belousov untuk memperkuat kerja sama bilateral.
Modi telah secara resmi mengundang Presiden Putin untuk mengunjungi India tahun ini. Menurut kantor berita Sputnik, Juru Bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, menyatakan pada 17 April bahwa kunjungan Putin ke India sedang dipersiapkan, dan Moskow menaruh harapan besar terhadap pertemuan tersebut. Jika terlaksana, ini akan menjadi kunjungan pertama Putin ke India sejak meletusnya perang Rusia–Ukraina pada Februari 2022.
Pakistan Serukan Investigasi Internasional
Terkait insiden penembakan di Kashmir pada 22 April, Pakistan telah beberapa kali meminta penyelidikan internasional yang kredibel, transparan, dan netral. Pada 2 Mei, Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif menyatakan bahwa Pakistan tidak terlibat dalam serangan itu, dan menuduh India menuding tanpa bukti. DIa menyatakan bahwa Pakistan sedang berkomunikasi dengan negara-negara sahabat untuk menjelaskan posisinya.
Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Asif, dalam wawancara dengan media Rusia minggu lalu, mengusulkan agar Rusia dan Tiongkok dilibatkan dalam investigasi internasional atas serangan tersebut.
Menanggapi hal ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun, menyatakan bahwa pihaknya menyambut baik segala upaya yang dapat meredakan ketegangan saat ini. Tiongkok mendukung penyelidikan yang adil dan sesegera mungkin. Sebagai negara tetangga yang bersahabat dengan India dan Pakistan, Beijing berharap kedua belah pihak menahan diri, saling mendekat, serta menyelesaikan perbedaan melalui dialog demi menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.(jhn/yn)