Jangkauan Tembak 380 Km! Korea Utara Mulai Produksi Massal Rudal KN-25, Pertahanan AS-Korea Selatan Siaga Penuh

EtIndonesia. Pada 3 Mei, media sosial dihebohkan dengan beredarnya foto-foto terbaru yang memperlihatkan Korea Utara telah resmi memulai produksi massal sistem roket super besar KN-25. Langkah ini menandai percepatan signifikan dalam modernisasi kemampuan artileri jarak jauh dan serangan presisi milik Pyongyang.

KN-25 banyak dianggap sebagai salah satu platform roket jarak jauh paling mengancam di dunia. Sistem ini berada di antara kategori sistem roket multi-laras konvensional dan rudal balistik taktis, dengan kombinasi keunggulan dalam mobilitas tinggi dan presisi tembakan.

KN-25 menggunakan roket berpemandu kaliber 600 mm yang memiliki jangkauan tembak hingga 380 kilometer—cukup jauh untuk menyerang target-target penting militer dan infrastruktur di dalam wilayah Korea Selatan, termasuk pangkalan militer Amerika Serikat di Semenanjung Korea. Pertama kali diperkenalkan pada parade militer Korea Utara tahun 2019, sistem ini semula disebut sebagai “sistem roket multi-laras kaliber super besar”. Namun, karakteristiknya kini makin mengaburkan batas antara roket konvensional dan rudal balistik taktis.

Gambar-gambar terbaru menunjukkan bahwa versi utama KN-25 menggunakan sasis beroda rantai (tracked chassis), dilengkapi dengan enam peluncur besar dan ruang awak berlapis baja di bagian depan, meningkatkan mobilitas dan kemampuan bertahan di medan tempur. Selain itu, terdapat versi kendaraan TEL (Transporter Erector Launcher) beroda dengan empat peluncur, yang lebih cocok untuk pergerakan cepat di jalan raya. Kedua varian ini dirancang untuk serangan cepat dan evakuasi lokasi secara gesit, memperkecil risiko terdeteksi sistem peringatan dini musuh.

Analisis militer menyebutkan bahwa roket KN-25 memiliki sistem pemandu inersial dan kemungkinan didukung navigasi satelit, dengan tingkat akurasi tinggi yang diklaim hanya menyimpang beberapa puluh meter. Hal ini memungkinkan serangan langsung ke stasiun radar, pusat komando, dan titik logistik musuh. Jalur balistiknya yang unik serta kecepatan terbang tinggi menjadikan sistem ini tantangan serius bagi sistem pertahanan seperti Patriot PAC-3 dan THAAD milik Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Langkah Korea Utara ini mencemaskan kalangan pertahanan Korea Selatan. Para pakar militer memperingatkan bahwa jika KN-25 dikerahkan dalam jumlah besar, Pyongyang dapat melancarkan serangan saturasi (saturation attack) yang akan membanjiri dan mengalahkan sistem pertahanan musuh secara kuantitas. Saat ini, Korea Selatan masih menghadapi periode kerentanan taktis, mengingat sistem C-RAM (Counter-Rocket, Artillery, and Mortar) dalam negeri belum akan rampung sebelum tahun 2035. Meski Seoul tengah mengembangkan sistem L-SAM dan mempertimbangkan pengadaan sistem sejenis Iron Dome, sistem tersebut belum tersedia secara penuh.

Bagi pasukan AS yang ditempatkan di Korea Selatan, produksi massal KN-25 ini mengindikasikan eskalasi ancaman strategis. Sistem ini memungkinkan Korea Utara dengan cepat beralih dari penggunaan taktis ke strategis, sebagai bagian dari strategi asimetris Pyongyang—mengimbangi keunggulan teknologi tinggi milik AS-Korea Selatan dengan senjata berbiaya relatif murah namun berdampak besar.

Dengan KN-25 kini menjadi tulang punggung kekuatan tembak Korea Utara, keseimbangan militer di Semenanjung Korea menghadapi tahap penilaian ulang yang baru. Para pengamat mencatat bahwa KN-25 bukan lagi sekadar platform uji coba, melainkan telah masuk tahap operasional nyata, dan akan berdampak besar terhadap stabilitas keamanan kawasan. Aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat dipastikan harus mempercepat adaptasi strategi pertahanan dan sistem anti-arteri yang ada. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS