Parade Militer di Lapangan Merah Moskow, 20 Negara Eropa Berkumpul untuk Mendukung Ukraina

EtIndonesia. Pada hari Jumat (9 Mei), Moskow menggelar parade militer besar-besaran di Lapangan Merah untuk memperingati 80 tahun kemenangan dalam Perang Dunia II di Eropa. Di saat yang sama, para menteri dari 20 negara Eropa berkumpul di Ukraina, menunjukkan solidaritas dan dukungan terhadap negara itu.

Moskow merayakan 80 tahun kemenangan atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. Presiden Rusia, Vladimir Putin memimpin parade militer yang merupakan parade terbesar sejak Rusia menginvasi Ukraina pada tahun 2022, dengan pengamanan ketat.

Wakil profesor dari Departemen Diplomasi dan Hubungan Internasional Universitas Tamkang, Cheng Chin-mo, mengatakan: “Bagi Putin, parade Kemenangan atas Nazi ini adalah salah satu acara tahunan terpenting baginya untuk menunjukkan kekuatan nasional dan memperkuat nasionalisme serta solidaritas rakyat.”

Dalam pidatonya, Putin menghubungkan kemenangan atas Nazi dengan invasi saat ini ke Ukraina. Parade ini menampilkan truk-truk yang membawa berbagai drone tempur untuk pertama kalinya, yang telah banyak digunakan dalam perang Ukraina.

Di tribun kehormatan Lapangan Merah, hadir para pemimpin dan perwakilan dari Kuba, Vietnam, Korea Utara, dan termasuk pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Cheng Chin-mo lebih lanjut mengatakan: “Kunjungan Xi Jinping ke Moskow kali ini tampaknya bertujuan untuk memperkuat hubungan PKT-Rusia yang sedang diuji, terutama karena tantangan yang datang dari Trump. Xi perlu menunjukkan tekadnya untuk meningkatkan dukungan terhadap Rusia dan menjaga persahabatan PKT-Rusia.”

Blogger militer senior, Mark, menambahkan: “Diplomasi ini sebenarnya juga bertujuan untuk stabilitas dalam negeri, agar Xi dapat menjaga posisi dan stabilitasnya di tengah intrik internal PKT yang kompleks.”

Para analis menilai bahwa Beijing ingin merangkul Rusia untuk melawan AS, tetapi karena ketergantungan pada pasar Eropa di tengah perang dagang AS-Tiongkok, mereka tidak berani bertindak terlalu jauh. Para ahli percaya bahwa impian PKT untuk mendapat keuntungan dari Rusia dan Eropa sekaligus kemungkinan besar akan gagal.

Mantan anggota parlemen dari Partai Kuomintang, Huang Peng-hsiao, mengatakan: “Dunia internasional sudah cukup jelas menganggap PKT sebagai kaki tangan Rusia dalam perang ini, dan PKT diam-diam mendukung Rusia dengan berbagai cara.”

Di hari yang sama, para menteri dari 20 negara Eropa berkumpul di Kota Lviv, Ukraina bagian barat, untuk menunjukkan solidaritas.

Perwakilan urusan luar negeri Uni Eropa, Kallas, mengatakan: “Kami merayakan Hari Eropa. Simbolismenya sangat kuat di sini. Bagaimana bisa Anda berdiri bersama seseorang yang dengan sengaja mengirim pasukan untuk membunuh tentara lain? Bagaimana Anda bisa berdiri di Moskow hari ini? Saya benar-benar tidak mengerti.”

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy berkata: “Rusia harus bertanggung jawab atas perang ini. Ini adalah tanggung jawab moral Eropa — dan juga tanggung jawab semua orang di dunia yang menghargai kehidupan.”

Negara-negara Eropa sedang berupaya meningkatkan tekanan terhadap Rusia agar menerima usulan Presiden AS, Donald Trump untuk gencatan senjata total tanpa syarat selama 30 hari.

Menteri Luar Negeri Inggris, Lammy, mengatakan: “(Putin) harus menyadari bahwa jika dia tidak setuju (gencatan senjata), dia pasti akan dikenai sanksi keras oleh komunitas internasional.”

Pada hari itu, Inggris mengumumkan sanksi baru terhadap “armada bayangan” Rusia. Uni Eropa juga menjanjikan €1 miliar dari hasil aset Rusia yang dibekukan untuk mendukung industri pertahanan Ukraina.

Para pemimpin Eropa juga mendukung pembentukan pengadilan khusus untuk mengadili kejahatan yang dilakukan Rusia, Belarus, dan Korea Utara dalam invasi ke Ukraina.(hui/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS