EtIndonesia. Pada Selasa (13/5), Departemen Keuangan Amerika Serikat mengumumkan sanksi terhadap jaringan yang melibatkan lebih dari 20 perusahaan, yang dituduh selama bertahun-tahun mewakili Iran dalam pengiriman minyak ke Tiongkok. Tindakan ini diambil hanya beberapa hari setelah putaran keempat perundingan nuklir antara Iran dan AS berakhir.
Perusahaan-perusahaan Dituding Bekerja untuk Militer Iran
Menurut pernyataan resmi Departemen Keuangan AS, jaringan perusahaan yang dikenai sanksi ini telah lama bertindak atas nama Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran dan perusahaan samaran mereka yang bernama Sepehr Energy Company. Jaringan ini disebut telah mengirimkan minyak senilai miliaran dolar ke Tiongkok. Pemerintah AS sebenarnya sudah mulai memberlakukan sanksi terhadap Sepehr Energy sejak tahun 2023.
Perusahaan Singapura dan Tiongkok Terlibat dalam Pengelabuan Asal Minyak
Salah satu perusahaan yang terkena sanksi adalah CCIC PTE Ltd yang berbasis di Singapura. Perusahaan ini dituduh menyembunyikan asal minyak Iran demi membantu Sepehr Energy, sekaligus melakukan inspeksi sebelum pengiriman minyak ke Tiongkok.
AS juga menjatuhkan sanksi kepada Huangdao Inspection and Certification Co Ltd, sebuah perusahaan inspeksi di Tiongkok, karena memberikan layanan inspeksi kepada kapal-kapal yang sudah masuk daftar sanksi untuk memfasilitasi pengiriman minyak Iran.
Perusahaan lain yang dikenai sanksi adalah Qingdao Linkrich International Shipping Agency Co Ltd, yang berfungsi sebagai agen pelabuhan di Qingdao, membantu kapal-kapal yang disewa oleh Sepehr Energy saat merapat dan membongkar muatan minyak di pelabuhan tersebut.
Hasil Penjualan Minyak Biayai Program Senjata dan Aksi Teror
Pemerintahan Trump menyatakan bahwa penjualan minyak ini telah menjadi sumber pendanaan penting bagi program rudal balistik, drone, dan proliferasi nuklir Iran, serta mendukung serangan oleh kelompok Houthi terhadap jalur pelayaran di Laut Merah, Angkatan Laut AS, dan Israel.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan dalam press release :“Selama rezim Iran terus mendukung terorisme dan penyebaran senjata mematikan, Amerika Serikat akan terus menargetkan sumber pendapatan utamanya.”
Bagian dari Kebijakan “Tekanan Maksimum” Trump terhadap Iran
Sanksi pada hari Selasa ini merupakan bagian dari langkah terbaru Presiden Trump dalam menghidupkan kembali kebijakan ‘tekanan maksimum’ terhadap Iran, sejak dia menjabat kembali untuk masa jabatan kedua pada Januari lalu.
Sebelumnya, Trump juga telah menjatuhkan sanksi terhadap refineri independen di Tiongkok yang diketahui mengolah minyak mentah asal Iran.
Sanksi tersebut membekukan aset perusahaan-perusahaan yang terkena sanksi di AS, serta melarang warga dan entitas AS untuk menjalin hubungan bisnis dengan mereka. Langkah ini meningkatkan tekanan terhadap baik rezim Iran maupun Partai Komunis Tiongkok.
Namun demikian, beberapa analis menilai bahwa untuk benar-benar menekan ekspor minyak Iran secara signifikan, AS perlu memperluas sanksi hingga mencakup perusahaan milik negara Tiongkok—bukan hanya perusahaan swasta atau independen.(jhn/yn)