Pada Selasa (13 Mei), Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang sedang mengunjungi Timur Tengah, mengumumkan di sebuah forum investasi tingkat tinggi di Arab Saudi bahwa seluruh sanksi terhadap Suriah akan dicabut. Ia juga menyatakan akan memberikan Suriah “sebuah kesempatan untuk menjadi hebat”. Pernyataan ini disambut tepuk tangan meriah di seluruh ruangan. Keputusan tersebut menandai perubahan besar dalam kebijakan Amerika terhadap Suriah.
EtIndonesia. Dalam pidatonya di forum investasi tingkat tinggi di Arab Saudi, Presiden Trump mengatakan bahwa keputusan itu diambil setelah berdiskusi dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan.
Trump menekankan bahwa Suriah telah lama menderita akibat perang dan kekerasan. Karena itu, pemerintah AS telah mengambil langkah pertama untuk memulihkan hubungan normal dengan Suriah untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.
Ia menambahkan, “Di Arab Saudi, kita telah melihat pencapaian yang luar biasa. Sekarang giliran Suriah untuk menunjukkan potensinya.”
Begitu Trump menyelesaikan pernyataannya, ruangan pun bergemuruh oleh tepuk tangan. Putra Mahkota Salman dan seluruh pejabat yang hadir berdiri memberikan penghormatan.
Selama lebih dari sepuluh tahun perang saudara di Suriah, Amerika Serikat telah memasukkan Suriah ke dalam daftar negara sponsor terorisme sejak 1979, dan memperberat sanksi pada tahun 2004 dan 2011 karena penindasan terhadap gerakan anti-pemerintah oleh rezim Bashar al-Assad.
Rezim Assad tumbang pada Desember tahun lalu, dan Presiden pemerintahan transisi saat ini, Ahmed al-Sharaa, mengambil alih kepemimpinan. Pemerintah baru Suriah telah lama berharap AS mencabut sanksi.
Pejabat Gedung Putih mengungkapkan bahwa Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden Sharaa pada Rabu (14 Mei). Ini akan menjadi pertemuan pertama antara Presiden AS dan mantan pemimpin kelompok ekstremis tersebut. Pihak Istana Kepresidenan Suriah telah mengonfirmasi bahwa Sharaa telah merencanakan kunjungan ke Riyadh untuk bertemu Trump.
Sharaa diketahui pernah memimpin cabang dari organisasi ekstremis Al-Qaeda, tetapi memutus hubungan dengannya pada tahun 2016. Kelompok yang pernah ia pimpin, “Hay’at Tahrir al-Sham” (HTS), dibubarkan pada Januari tahun ini. Sebelumnya, HTS ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan PBB.
Dilaporkan bahwa Arab Saudi mendorong kuat pencabutan sanksi AS terhadap Suriah guna membantu pemulihan ekonomi negara itu dan menjaga stabilitas kawasan.
Meskipun AS bersiap untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan Suriah, komunitas internasional masih bersikap hati-hati mengenai apakah Suriah di bawah kepemimpinan Sharaa benar-benar mampu mencapai perdamaian dan stabilitas yang berkelanjutan. (Hui)
Sumber : NTDTV.com