EtIndonesia. Sosok penerus Xi Jinping, pemimpin tertinggi Partai Komunis Tiongkok (PKT), terus menjadi sorotan publik. Sejumlah pejabat kelahiran tahun 1970-an mulai dengan cepat memasuki lingkaran inti kekuasaan PKT, memicu spekulasi tentang siapa calon “penerus” Xi. Namun, sebuah analisis menunjukkan bahwa dalam politik PKT, siapa pun yang terlihat ingin menjadi penerus, justru berakhir cepat “ditumbangkan”.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah pejabat “generasi 70-an” menduduki posisi tinggi di tingkat provinsi dan kementerian, memicu rumor tentang calon penerus Xi. Beberapa nama yang mencuat termasuk Gubernur Zhejiang Liu Jie, Menteri Sumber Daya Alam Guan Zhi’ou, Direktur Administrasi Pengawasan Keuangan Negara Li Yunze, dan Sekretaris Pertama Komite Sentral Liga Pemuda Komunis A Dong.
Pengamat independen Cai Shenkun pada 15 Mei menyampaikan dalam program medianya bahwa nama-nama seperti Li Yunze, A Dong, Liu Jie, dan Guan Zhi’ou tampak sangat menonjol. Namun, dalam sistem PKT, siapa pun yang “terlalu cepat bersinar” justru berisiko menjadi korban “pujian mematikan”. Lihat saja jejak karier politisi muda sebelumnya seperti Hu Chunhua, Sun Zhengcai, Lu Hao, Qin Yizhi, He Junke, dan Liu Jian—semakin dekat ke pusat kekuasaan, semakin berbahaya. Itulah aturan permainan brutal dalam perebutan kekuasaan di PKT.
Cai Shenkun menyebutkan bahwa dalam konteks politik PKT, ada fenomena aneh: pejabat muda yang terlalu dini dipuji, justru membawa “label masalah”. Begitu disebut-sebut sebagai calon penerus, mereka otomatis menjadi sasaran serangan. Di era Xi, status “penerus” telah berubah menjadi profesi yang sangat berisiko.
Ia menambahkan, sejak Kongres Nasional ke-20 PKT, promosi pejabat “generasi 70-an” berlangsung cepat. Namun begitu media pemerintah menyebut mereka sebagai “bintang harapan”, sering kali mereka justru berakhir sebagai “meteor”.
Dalam sistem otoriter PKT, promosi tidak hanya berdasarkan usia, pengalaman, atau kemampuan, tetapi juga tingkat kesetiaan absolut terhadap pemimpin. Jika kesetiaan ini dijadikan indikator utama, maka hal itu akan menjadi alat dalam pertarungan politik.
Cai menilai bahwa tak satu pun dari pejabat generasi 70-an ini bisa merasa aman. Siapa pun yang terlalu mencolok, dipuji terlalu tinggi oleh media, atau terlalu dekat dengan “dua penetapan” (mengacu pada penetapan Xi sebagai pemimpin inti dan ideologinya sebagai panduan utama), bisa sewaktu-waktu disingkirkan, dipinggirkan, atau dibekukan. Contoh paling klasik adalah Sun Zhengcai dan Hu Chunhua.
Komentator independen Du Zheng juga pernah menulis di media Taiwan Up Media bahwa menjadi pejabat tingkat kementerian termuda secara nasional di PKT tidak selalu berarti karier yang gemilang. Di era Xi, pejabat muda seperti ini menghadapi dua risiko besar: pertama, jika mereka dipromosikan sebagai penerus, mereka akan menjadi sorotan dan target serangan dari lawan politik; kedua, jika mereka terlalu percaya diri dan menunjukkan ambisi untuk menggantikan pemimpin, mereka akan membangkitkan kecemburuan sang “bos”.
Du mencatat bahwa sejak Xi Jinping menghapus batas masa jabatan, sejumlah loyalisnya yang sudah melewati usia pensiun masih “berlari mendampingi”, dan Xi belum menetapkan penerus resmi sesuai kebiasaan PKT, yang membuat masa depan politik menjadi sangat tidak pasti—baik karena keruntuhan internal PKT sendiri atau masalah kesehatan Xi.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa dalam sejarah PKT, penerus selalu ditetapkan oleh elite partai, namun sebagian besar berakhir tragis. Pendiri PKT Mao Zedong pernah memilih Liu Shaoqi, Lin Biao, Wang Hongwen, dan Hua Guofeng sebagai penerus. Keempatnya semuanya gagal.
Pemimpin generasi kedua, Deng Xiaoping, menunjuk Hu Yaobang dan Zhao Ziyang. Namun keduanya juga disingkirkan. Hu Yaobang dipaksa turun, dan setelah Tragedi Tiananmen 1989, Zhao Ziyang dijatuhkan dan ditahan hingga wafat oleh Jiang Zemin.
Di era Xi Jinping, Sun Zhengcai—mantan Sekretaris Partai Chongqing dan calon penerus—dijatuhkan pada 2018 dengan alasan anti-korupsi. Hu Chunhua juga disingkirkan dari jajaran kepemimpinan pada Kongres ke-20 PKT.
Sejak Sidang Pleno Ketiga PKT pada Juli tahun lalu, kabar tentang penurunan kesehatan dan melemahnya kekuasaan Xi Jinping terus beredar.
Du Zheng menambahkan, dalam beberapa tahun terakhir PKT terus mengalami kekacauan, ekonomi mengalami krisis parah, dan jika Donald Trump kembali berkuasa di AS, tekanan internasional untuk “mengakhiri PKT” akan meningkat. Karena terlalu banyak melakukan keburukan, PKT makin menghadapi masalah besar. Kapal rusak ini tak mampu lagi menahan guncangan. Jika Xi jatuh, bisa jadi rezim PKT juga akan runtuh bersamanya.
Komentator politik Yuan Bin pernah menulis di Epoch Times bahwa sejak Xi menjadi pemimpin PKT pada Kongres ke-18, ia membawa Tiongkok ke arah kemunduran sejarah, memperlambat ekonomi, memperuncing konflik sosial, dan menyebarkan ketidakpuasan di dalam dan luar partai. Karena itu, publik menjulukinya sebagai “akselerator utama kejatuhan PKT”. (Hui)
Laporan oleh wartawan NTD Tang Zheng / Editor penanggung jawab: Li Quan