EtIndonesia. Pada Kamis (15/5), Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah berangkat menuju Turki. Namun, berdasarkan daftar delegasi terbaru yang dirilis oleh Rusia, Presiden Vladimir Putin tidak termasuk di dalamnya. Padahal, Zelenskyy sebelumnya telah menyatakan bahwa dia hanya bersedia berdialog langsung dengan Putin.
Ketidakhadiran tiga presiden — Putin, Zelenskyy, dan Presiden AS, Donald Trump — dalam perundingan damai Rusia-Ukraina di Istanbul menimbulkan ketegangan dan kekecewaan dari berbagai pihak, terutama dari pihak Ukraina.
Harapan Tinggi Pupus: Tiga Pemimpin Dunia Absen dari Perundingan di Istanbul
Banyak pihak berharap perundingan damai yang digelar hari ini di Istanbul dapat mempertemukan tiga tokoh utama secara langsung: Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Namun, laporan berbagai media internasional menyebutkan bahwa meski Zelenskyy telah tiba di Turki, dia justru memilih untuk berada di Ankara, bukan menghadiri pertemuan di Istanbul. Di Ankara, Zelenskyy dijadwalkan bertemu dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, yang juga tidak berniat hadir ke Istanbul.
Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin — yang justru merupakan pengusul awal perundingan ini — memutuskan untuk tetap berada di Rusia.
Setibanya di Ankara, Zelenskyy langsung berbicara kepada awak media di bandara dan menyampaikan kekecewaannya terhadap Rusia yang tidak mengirimkan Putin secara langsung, melainkan hanya menurunkan “delegasi simbolis” yang dianggapnya tidak cukup representatif untuk perundingan sepenting ini.
Menurut pejabat Ukraina, Zelenskyy akan mempertimbangkan langkah selanjutnya terkait kehadiran dalam pertemuan Istanbul setelah bertemu Erdoğan. Namun, pertemuan dengan Presiden Turki menjadi prioritas utamanya.
Kapan Perundingan Dimulai? Rusia: Rapat Istanbul Diundur ke Sore Hari
Hingga saat ini, waktu pasti dimulainya perundingan damai Rusia-Ukraina belum bisa dipastikan.
Awalnya, pihak Rusia menyatakan bahwa pertemuan akan dimulai pukul 10 pagi waktu setempat. Namun, pernyataan ini langsung dibantah oleh pihak Ukraina yang menyebut belum ada kesepakatan waktu antara kedua belah pihak.
Sementara itu, Presiden Donald Trump menyatakan bahwa dirinya mempertimbangkan untuk hadir ke Istanbul pada hari Jumat (16/5).
Dalam konferensi pers di Qatar, Trump mengatakan: “Jika situasinya mendukung, saya akan hadir dalam perundingan Rusia-Ukraina pada hari Jumat.”
Namun, informasi terbaru dari pihak Rusia menyebutkan bahwa perundingan kemungkinan akan dimulai sore hari. Kemudian, pihak Turki pun mengonfirmasi bahwa tanggal dan waktu final pertemuan memang belum ditentukan secara resmi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut bahwa atas permintaan Turki, waktu pertemuan diundur ke sore hari. Dia juga menegaskan bahwa delegasi Rusia sudah berada di Istanbul dan siap untuk memulai “pekerjaan serius.”
Hingga pukul 9 pagi waktu setempat, belum ada tanda-tanda dimulainya pertemuan resmi antara Ukraina dan Rusia di Istanbul. Pusat Anti-Disinformasi Ukraina bahkan menuliskan dalam unggahan resminya bahwa jadwal perundingan masih belum dikonfirmasi.
Kremlin Tegaskan: Putin Tidak Akan Hadir di Istanbul
Menurut laporan terbaru dari Reuters pada hari Kamis, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menegaskan bahwa Presiden Vladimir Putin tidak berencana hadir di Istanbul untuk perundingan damai dengan Ukraina.
Delegasi Rusia sudah tiba lebih dulu di Turki dan sedang menunggu kedatangan delegasi Ukraina. Namun menurut laporan BBC, seluruh delegasi Ukraina saat ini masih berada di Ankara bersama Zelenskyy dan telah melakukan pertemuan dengan Presiden Erdoğan.
Adapun daftar nama anggota delegasi Ukraina hingga saat ini belum diumumkan secara resmi.
Delegasi Rusia Dipimpin Negosiator Berpengalaman, Tapi Tanpa Kehadiran Putin
Putin sebelumnya telah mengusulkan pertemuan langsung antara Rusia dan Ukraina di Turki untuk membahas gencatan senjata dan isu wilayah sengketa — sebagai upaya perdamaian atas konflik yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Dengan dorongan kuat dari Presiden Trump, Zelenskyy pun menyetujui inisiatif perundingan ini. Sejak saat itu, fokus dunia pun tertuju pada kemungkinan Putin akan hadir langsung dalam perundingan tersebut.
Namun pada malam Rabu (14/5), Putin secara resmi merilis daftar delegasi Rusia yang akan hadir, tanpa mencantumkan namanya sendiri.
Delegasi tersebut terdiri dari:
- Vladimir Medinsky, penasihat presiden (juga hadir dalam perundingan awal 2022),
- Alexander Fomin, Wakil Menteri Pertahanan,
- Igor Kostyukov, Kepala Direktorat Utama Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia,
- Mikhail Galuzin, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia.
Putin juga menunjuk beberapa pakar tambahan:
- Polischuk, Direktur Divisi Kedua urusan negara-negara CIS di Kemenlu Rusia,
- Shevtsov, Wakil Direktur Departemen Kerja Sama Militer Internasional di Kementerian Pertahanan.
Ini akan menjadi pertemuan langsung pertama antara Rusia dan Ukraina sejak beberapa putaran perundingan tahun 2022 di Belarus dan Turki yang semuanya berakhir tanpa hasil.
Zelenskyy: Hanya Akan Berdialog dengan Putin Langsung
Hingga artikel ini ditulis, Ukraina belum mengumumkan siapa saja anggota delegasi resmi yang akan hadir dalam pertemuan di Istanbul.
Penasihat Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina, Mykhailo Podolyak, pada Selasa (13/5) menyatakan bahwa Zelenskyy memang telah berangkat ke Turki, namun tidak akan menghadiri perundingan jika Putin tidak hadir langsung. Dia juga menambahkan bahwa Zelenskyy tidak akan berdialog dengan perwakilan Rusia manapun selain Putin.
Pihak Ukraina juga mendesak Presiden Trump untuk ikut hadir dalam perundingan. Namun, kabar terbaru menyebutkan bahwa Trump tidak akan hadir secara langsung, melainkan akan mengutus Menteri Luar Negeri Marco Rubio ke Turki.
Trump mengatakan: “Mereka (delegasi AS) akan menghasilkan sesuatu yang cukup baik. Orang-orang kami akan pergi ke sana. Rubio akan ke sana, bersama sejumlah delegasi lainnya. Kita lihat apakah kita bisa mencapai kesepakatan.”
Sejumlah pejabat AS menyampaikan bahwa ketidakhadiran Putin membuat Trump memutuskan untuk tidak menghadiri perundingan secara langsung. Sebelumnya, utusan khusus AS untuk konflik Rusia-Ukraina, Keith Kellogg, menyatakan bahwa kehadiran Trump di Istanbul bersyarat pada kehadiran Putin.
Macron: Ukraina Tidak Mampu Merebut Semua Wilayah yang Diduduki Rusia
Reuters juga mengutip pejabat senior AS yang menyebut bahwa Washington berharap Rusia menyetujui kesepakatan gencatan senjata total di darat, laut, dan udara selama 30 hari — dan Ukraina telah setuju untuk mematuhi perjanjian tersebut.
Sementara itu, delegasi Rusia yang “berpengalaman” telah dikirim ke Turki. Menanggapi pernyataan Zelenskyy yang bersikeras hanya ingin bertemu Putin, Wakil Ketua Dewan Federasi Rusia, Konstantin Kosachev, menyindir Zelenskyy seperti sedang bermain sandiwara komedi.
Lingkaran diplomatik Eropa pun skeptis terhadap kehadiran langsung Putin dalam perundingan ini. Kanselir Jerman dan Presiden Prancis telah mengingatkan bahwa jika tidak ada kemajuan dalam pertemuan minggu ini atau jika Rusia masih menolak gencatan senjata, maka Uni Eropa akan menjatuhkan sanksi baru terhadap Moskow.
Di sisi lain, media Rusia melaporkan bahwa Presiden Prancis, Emmanuel Macron menyatakan: “Orang-orang Ukraina sendiri sangat sadar bahwa mereka tidak akan mampu merebut kembali semua wilayah yang telah direbut Rusia sejak 2014.”
Macron juga menambahkan: “Kita tidak bisa membiarkan Ukraina sendirian. Karena mereka tidak akan bergabung dengan NATO, maka kami mengusulkan pembentukan pasukan penjaga keamanan. Artinya, sekutu-sekutu yang bersedia akan menempatkan pasukan di titik-titik strategis yang jauh dari garis depan untuk menggelar operasi gabungan sebagai bentuk solidaritas kita.” (jhn/yn)