Krisis Gaza Makin Panas: Sanksi Internasional Mengintai Israel?

EtIndonesia. Situasi di Jalur Gaza kembali memanas setelah militer Israel secara resmi mengumumkan operasi darat besar-besaran di wilayah selatan Gaza, tepatnya di Khan Younis. Langkah ini disertai dengan perintah evakuasi massal kepada seluruh penduduk Khan Younis, menandai babak baru dalam konflik berkepanjangan yang telah memicu kecaman luas dari dunia internasional.

Israel Umumkan Evakuasi dan Serangan Darat

Pada pagi hari, 19 Mei, militer Israel melalui siaran radio berbahasa Arab mengumumkan kepada warga Khan Younis untuk segera meninggalkan kawasan mereka dan mengungsi ke arah barat, yang oleh pihak Israel disebut sebagai “zona lebih aman.” Pengumuman ini mempertegas rencana operasi militer Israel yang akan difokuskan pada Khan Younis, menjadikan wilayah tersebut sebagai zona perang aktif dalam beberapa hari ke depan.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pernyataannya menegaskan niat pemerintahannya untuk mengambil alih kontrol penuh atas seluruh wilayah Gaza. Netanyahu juga mengakui, tekanan dan sorotan dunia internasional terhadap krisis kemanusiaan, khususnya isu kelaparan di Gaza, kini mulai melemahkan dukungan global terhadap Israel. Dia menambahkan bahwa situasi ini menuntut tindakan strategis baru demi menjaga kepentingan keamanan nasional Israel.

Krisis Kemanusiaan Memburuk, Bantuan Masih Terhambat

Meski Pemerintah Israel mengumumkan pembukaan jalur bantuan kemanusiaan, kenyataannya bantuan yang berhasil masuk sangat terbatas. Menurut data PBB, pada hari yang sama hanya lima truk bantuan yang diizinkan menyeberang ke wilayah Gaza. Sementara itu, ratusan truk bantuan lainnya masih tertahan di perbatasan Al-Arish, Mesir, menunggu izin masuk dari pihak Israel.

Kepala Urusan Kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, menyebut jumlah bantuan yang masuk “jauh dari mencukupi kebutuhan masyarakat Gaza,” seraya mengingatkan bahwa krisis kelaparan yang terjadi kini semakin mengancam jiwa ribuan warga sipil, terutama anak-anak dan perempuan.

Kondisi di Gaza semakin mengkhawatirkan. Otoritas kesehatan setempat melaporkan bahwa sejak 15 Mei, lebih dari 400 orang dilaporkan tewas dan lebih dari seribu orang lainnya terluka akibat serangan beruntun yang dilancarkan oleh militer Israel. Fasilitas medis di wilayah tersebut pun sudah berada di ambang kolaps akibat kekurangan suplai dan beban pasien yang sangat berat.

Kecaman dan Ancaman Sanksi dari Dunia Barat

Eskalasi militer Israel di Gaza menuai reaksi keras dari para pemimpin dunia. Pada 19 Mei, pemimpin Inggris, Prancis, dan Kanada secara bersama-sama mengeluarkan pernyataan kecaman terhadap tindakan militer Israel yang dinilai berlebihan. Mereka secara tegas menuntut penghentian segera operasi militer di Gaza serta pembukaan jalur bantuan kemanusiaan yang lebih luas dan bebas hambatan.

Dalam pernyataan yang sama, ketiga negara juga memperingatkan bahwa jika tuntutan mereka tidak dipenuhi, mereka siap mempertimbangkan pemberlakuan sanksi terhadap Israel. Langkah ini menandai tekanan diplomatik terbaru dari negara-negara Barat, yang sebelumnya dikenal sebagai sekutu dekat Israel.

Netanyahu membalas sikap tegas para pemimpin Barat tersebut dengan menyebutnya sebagai “penghargaan bagi ekstremisme.” Dia menilai bahwa tekanan dan ancaman sanksi justru akan mendorong kelompok-kelompok radikal untuk semakin berani menyerang Israel di masa depan.

Secara terpisah, Netanyahu mengungkapkan bahwa seorang senator Amerika Serikat telah memperingatkan secara pribadi bahwa jika media Barat terus memberitakan krisis kelaparan di Gaza, tekanan publik dapat memaksa Pemerintah AS untuk mengubah sikap politik mereka terhadap Israel.

Diplomasi Gencatan Senjata Masih Buntu

Di tengah kekacauan militer dan krisis kemanusiaan, upaya diplomasi untuk mewujudkan gencatan senjata di Gaza masih menemui jalan buntu. Internal Hamas sendiri dilaporkan mengalami perpecahan pendapat terkait tawaran pertukaran sandera dengan Israel.

Seorang pejabat Hamas menyatakan kesiapan untuk membebaskan 7 hingga 9 sandera Israel dengan syarat utama, yaitu diberlakukannya gencatan senjata selama 60 hari serta pembebasan 300 tahanan Palestina dari penjara Israel. Namun, pernyataan ini segera dibantah oleh juru bicara resmi Hamas yang menegaskan bahwa tidak akan ada pembebasan sandera selama operasi militer Israel di Gaza masih berlangsung.

Situasi di Lapangan: Korban Terus Bertambah

Menurut data terbaru dari otoritas kesehatan Gaza, sejak pecahnya gelombang serangan baru pada 15 Mei, lebih dari 400 orang telah dilaporkan meninggal dunia dan lebih dari 1.000 orang mengalami luka-luka, sebagian besar adalah warga sipil. Rumah sakit di Gaza menghadapi tantangan besar karena kekurangan pasokan medis dan keterbatasan fasilitas untuk merawat korban dalam jumlah besar.

Penutup: Gaza di Titik Kritis

Dengan operasi militer yang semakin diperluas, krisis kemanusiaan yang kian parah, serta tekanan dan kecaman dari berbagai negara, situasi di Gaza kini berada di titik kritis. Masa depan wilayah tersebut sangat bergantung pada perkembangan diplomasi internasional dan kesediaan semua pihak untuk mencari solusi damai demi mencegah jatuhnya lebih banyak korban jiwa.

Israel tetap pada pendiriannya, sementara dunia internasional bersatu menuntut perubahan. Gaza kembali menjadi panggung pertarungan bukan hanya militer, tetapi juga kemanusiaan dan diplomasi global.

FOKUS DUNIA

NEWS