Ketidakhadiran Amerika Serikat Menimbulkan Pertanyaan tentang Efektivitas “Perjanjian Epidemi” WHO

EtIndonesia. Sidang ke-78 Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly) dibuka pada Senin (19 Mei) di Jenewa. Pada  Selasa, lebih dari 100 negara anggota menyetujui sebuah “Perjanjian Pandemi”, dengan harapan dapat mencegah terulangnya kekacauan global seperti saat pandemi virus COVID-19. Namun, absennya Amerika Serikat memicu keraguan terhadap efektivitas perjanjian tersebut.

Menteri Kesehatan dan Layanan Masyarakat AS, Robert Kennedy Jr., menyampaikan dalam video tajam yang ditayangkan pada sidang WHO  Selasa (20 Mei):

“Kami mendukung kerja sama kesehatan internasional, tapi tidak boleh lagi terikat oleh campur tangan politik yang korup dari perusahaan farmasi negara musuh dan agen-agen LSM mereka.”

Ia secara langsung menuding WHO gagal dalam menangani pandemi virus Komunis Tiongkok dan menuduh WHO telah berkompromi dengan rezim PKT.

“Meski Amerika Serikat selama ini menjadi penyumbang dana terbesar bagi WHO, negara-negara seperti PKT justru menggunakan pengaruh mereka demi kepentingan sendiri, bukan demi kepentingan kesehatan publik global.”

Beberapa jam sebelum pernyataan Kennedy disiarkan, negara-negara anggota WHO telah menyetujui sebuah “Perjanjian Pandemi”, yang bertujuan menjamin bahwa pada wabah berikutnya, seluruh dunia dapat mengakses obat-obatan, terapi, dan vaksin secara adil.

Dalam pemungutan suara tersebut:

  • 124 negara memberikan suara setuju
  • Tidak ada negara yang menolak
  • 11 negara abstain, termasuk Polandia, Israel, Italia, Rusia, Slovakia, dan Iran

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut perjanjian ini sebagai “kemenangan bagi kesehatan masyarakat, ilmu pengetahuan, dan aksi multilateral”, serta menyatakan bahwa perjanjian ini “akan melindungi dunia dari ancaman pandemi”.

Namun, ketidakhadiran Amerika Serikat menimbulkan keraguan dari berbagai pihak mengenai efektivitas dan legitimasi perjanjian tersebut.

Kennedy menegaskan: “Saya mendesak para menteri kesehatan dunia dan WHO untuk menganggap penarikan diri Amerika sebagai peringatan serius. Saya dan Presiden Trump bukannya menolak kerja sama internasional — sama sekali tidak. Kami hanya ingin kerja sama internasional yang adil, efisien, dan transparan bagi semua negara anggota.”

Sebagai mantan penyumbang terbesar WHO, Amerika Serikat di bawah Presiden Trump langsung mengumumkan keluar dari WHO pada hari pertama kembali menjabat. Keputusan ini menyebabkan WHO mengalami defisit anggaran besar. Reformasi keuangan dijadwalkan akan dibahas dalam pertemuan WHO minggu ini. (Hui/asr)

Laporan oleh Wang Ziyi, NTD News, Amerika Serikat

FOKUS DUNIA

NEWS