Objek Terbang Tak Dikenal Sering Tabrak Pesawat Militer AS, Diduga Terkait Aksi Mata-Mata atau Penyelundupan Narkoba

Baru-baru ini, sebuah jet tempur F-16 “Viper” milik militer Amerika Serikat mengalami tabrakan dengan drone saat latihan, menyebabkan kerusakan pada kanopi kokpit. Menurut data dari Administrasi Penerbangan Federal (FAA) AS, sepanjang tahun lalu tercatat 757 laporan benda terbang tak dikenal (UFO), sebagian besar terjadi di wilayah perbatasan. 

Beberapa dugaan menyebut drone tersebut dikendalikan oleh kartel narkoba untuk menyelundupkan obat terlarang, sementara sebagian insiden lain tidak bisa dijelaskan dan memunculkan spekulasi terkait UFO.

EtIndonesia.  Berdasarkan dokumen FAA, pada Januari 2023, sebuah jet tempur F-16 “Viper” milik AS yang sedang melakukan latihan di wilayah udara Arizona ditabrak oleh sebuah drone berwarna oranye-putih. Benda terbang tersebut menghantam bagian atas kanopi transparan kokpit, menyebabkan kerusakan dan memaksa jet tersebut berhenti terbang sementara. Pada keesokan harinya, tiga insiden serupa juga dilaporkan.

Mantan penyelidik Pentagon, Luis Elizondo, baru-baru ini mengatakan bahwa wilayah Arizona, terutama dekat perbatasan dengan Meksiko, kerap mengalami lalu lintas udara yang padat, dan banyak warga yang melaporkan penampakan benda terbang tak dikenal.

Setiap kali pilot melaporkan fenomena udara tak dikenal (UAP), FAA mencatat dan mendokumentasikannya. Laporan terbaru menunjukkan bahwa dari Mei 2023 hingga Juni 2024, pemerintah AS menerima 757 laporan semacam itu, namun hingga kini baru 49 kasus yang berhasil diselesaikan.

Dilaporkan bahwa benda-benda terbang kecil tak dikenal yang terlihat di Arizona sering kali muncul berkelompok di atas wilayah pelatihan udara militer, bahkan hingga delapan unit sekaligus, dan sering diklasifikasikan sebagai drone.

Pada Februari 2023, Senat AS mengadakan sidang terkait insiden balon mata-mata PKT . Departemen Pertahanan AS mengkonfirmasi bahwa balon tersebut memiliki kemampuan pengintaian dan telah beberapa kali memasuki wilayah udara AS dan negara lain. Insiden ini memicu ketegangan antara AS dan PKT serta mendorong peningkatan keamanan dan pengawasan wilayah udara Amerika.

Beberapa pejabat AS menduga bahwa benda-benda terbang misterius ini bisa saja merupakan drone milik kartel narkoba asing, digunakan untuk kegiatan pengintaian atau penyelundupan narkoba. Ron Vitiello, mantan penasihat senior Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS, menyebut bahwa para pengedar narkoba memiliki sumber daya finansial besar dan telah lama menggunakan drone canggih yang sulit dilacak, mampu membawa hingga 10 kilogram narkoba dalam sekali terbang.

Namun, laporan tentang benda terbang tak dikenal tidak hanya mencakup aktivitas manusia, tetapi juga bisa melibatkan fenomena anomali yang tidak dapat dijelaskan.

Pada 13 November 2024, DPR AS mengadakan sidang dengar pendapat mengenai Fenomena Anomali Tak Dikenal (UAP). Banyak bukti menunjukkan bahwa sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, telah secara diam-diam melakukan penelitian terhadap fenomena UFO selama puluhan tahun, yang disebut sebagai perlombaan persenjataan rahasia. (Hui)

Laporan oleh Liu Jiajia, reporter NTD di Amerika Serikat.

FOKUS DUNIA

NEWS