Strategi Rahasia Terbongkar: Israel dan Iran Siap Perang, Tiongkok dan Rusia Mainkan Kartu Pamungkas!

EtIndonesia. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali mencapai titik didih. Sumber-sumber intelijen Amerika Serikat mengungkapkan bahwa Israel kini benar-benar mempersiapkan opsi militer untuk menyerang fasilitas nuklir Iran. Di saat bersamaan, dunia juga dikejutkan dengan perubahan drastis sikap Tiongkok terhadap Hamas serta semakin eratnya hubungan strategis antara Iran dan Rusia. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran global akan potensi pecahnya konflik kawasan yang lebih luas, yang bisa berdampak langsung pada stabilitas dan keamanan dunia.

Israel Bersiap Menyerang Fasilitas Nuklir Iran: Sinyal Perang atau Hanya Gertakan?

Berdasarkan laporan terbaru dari intelijen Amerika Serikat, Pemerintah Israel kini tengah berada dalam fase paling serius dalam persiapan militer untuk menyerang fasilitas nuklir Iran. Langkah ini secara nyata berseberangan dengan pendekatan diplomasi yang saat ini diupayakan pemerintahan Presiden AS, Donald Trump terhadap Iran.

Beberapa pejabat senior di Washington mengaku khawatir, jika Israel benar-benar melancarkan serangan ke Iran, tindakan tersebut akan menjadi tantangan langsung bagi Amerika Serikat dan dapat memicu eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah. Hingga kini, Pemerintah AS sendiri belum dapat memastikan apakah Israel akan benar-benar melancarkan serangan, namun kemungkinan tersebut dinilai semakin meningkat dalam beberapa bulan terakhir, terutama menyusul stagnasi dalam negosiasi kesepakatan nuklir antara AS dan Iran.

Salah satu sumber di lingkungan pemerintahan AS menuturkan: “Jika kesepakatan nuklir gagal menghentikan upaya pengayaan uranium Iran, kemungkinan Israel untuk mengambil tindakan militer sangatlah besar. Militer Israel telah meningkatkan kesiapan, mengatur ulang logistik amunisi udara, dan melaksanakan latihan tempur secara intensif.”

Namun demikian, sejumlah analis juga meyakini bahwa langkah Israel ini bisa jadi merupakan bagian dari strategi tekanan psikologis atau upaya ‘gertakan’ terhadap Iran dan sekutunya, serta untuk memperingatkan Amerika agar tidak membuat kesepakatan nuklir yang dianggap merugikan kepentingan Israel.

Lebih jauh, beredar informasi bahwa jika AS akhirnya menyetujui perjanjian nuklir yang dinilai “buruk” atau merugikan Israel, maka pemerintahan Netanyahu telah siap mengambil langkah sendiri tanpa menunggu lampu hijau Washington. 

“Netanyahu kini berada di posisi serba sulit,” ujar mantan pejabat intelijen Israel, Panikov. “Dia harus mencegah lahirnya perjanjian yang bisa membahayakan keamanan Israel, namun di saat yang sama dia tidak ingin merusak hubungan dengan Trump. Jika tanpa dukungan Amerika—khususnya terkait pengisian bahan bakar di udara dan bom penghancur bunker—Israel akan sangat kesulitan untuk menghancurkan seluruh infrastruktur program nuklir Iran secara mandiri.”

Tiongkok Tiba-Tiba Mengubah Sikap Terhadap Hamas: Dari Mendukung jadi Mengecam Keras

Situasi Timur Tengah semakin kompleks dengan perubahan sikap dramatis dari Tiongkok terhadap kelompok Hamas. Dalam wawancara eksklusif dengan media Israel ILTV, Duta Besar Tiongkok untuk Israel, Xiao Junzheng, menyatakan dengan tegas bahwa aksi kekejaman Hamas adalah “tidak manusiawi, tidak dapat dimaafkan, dan pantas dikecam.” Dia menegaskan bahwa Pemerintah Tiongkok secara resmi mengutuk keras aksi kekerasan yang dilakukan Hamas terhadap warga sipil Israel.

Pernyataan mengejutkan ini segera menjadi bahan perbincangan hangat di media sosial dan kalangan pengamat politik. Banyak warganet menilai, perubahan sikap Tiongkok ini terjadi karena Hamas sudah dianggap “tidak lagi memiliki nilai guna strategis” bagi Beijing. Para pengamat juga menuding Partai Komunis Tiongkok (PKT) sebagai aktor oportunis yang tidak memiliki prinsip, tidak peduli pada hukum internasional maupun norma kepercayaan, dan lebih mengandalkan tipu daya serta kekerasan dalam menjalankan agenda globalnya.

Tak lama setelah pernyataan tersebut, pada tanggal 18 Mei, Kedutaan Besar Tiongkok di Israel secara tiba-tiba mengumumkan status darurat bagi warganya. Israel dinyatakan sebagai “zona risiko tinggi,” dan warga negara Tiongkok dianjurkan segera meninggalkan Israel. Langkah ini secara luas ditafsirkan sebagai perintah evakuasi terselubung dari Pemerintah Tiongkok, menandakan adanya kekhawatiran serius atas potensi konflik yang lebih besar di wilayah tersebut.

Iran dan Rusia Perkuat Aliansi: Teken Pakta Strategis 20 Tahun & Perjanjian Perdagangan Bebas

Di tengah ketegangan militer di kawasan, Iran dan Rusia justru menunjukkan langkah konsolidasi strategis yang semakin erat. Pada 21 Mei, media pemerintah Iran melaporkan bahwa Parlemen Iran resmi menyetujui perjanjian kemitraan strategis selama 20 tahun dengan Rusia. Perjanjian ini sendiri telah diteken pada 17 Januari lalu dan sebelumnya telah diratifikasi oleh Parlemen Rusia pada bulan April.

Meski tidak mencakup pasal aliansi militer ataupun komitmen bantuan pasca-serangan, pakta strategis ini tetap dipandang sangat penting dalam memperkuat hubungan kedua negara di bidang ekonomi, politik, dan pertahanan. Selain itu, pada waktu yang hampir bersamaan, perjanjian perdagangan bebas antara Iran dan Uni Ekonomi Eurasia—yang dipimpin Rusia—juga efektif berlaku mulai 15 Mei. Perjanjian ini memberikan preferensi bea masuk hingga 94% untuk ekspor produk-produk Rusia ke Iran, menandai babak baru dalam integrasi ekonomi kawasan Eurasia dan Timur Tengah.

Dampak Global: Krisis Berlapis, Potensi Konflik Regional, dan Peta Diplomasi Baru

Kondisi geopolitik saat ini menunjukkan betapa rentannya perdamaian di kawasan Timur Tengah. Persiapan militer Israel untuk menyerang fasilitas nuklir Iran menjadi alarm bagi dunia akan risiko pecahnya perang besar-besaran, yang tidak hanya melibatkan negara-negara di kawasan, namun juga bisa menyeret kekuatan-kekuatan global seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok.

Perubahan sikap Tiongkok terhadap Hamas pun dinilai sebagai sinyal bahwa Beijing mulai berhitung ulang atas kepentingannya di Timur Tengah, sekaligus menandakan kemungkinan adanya rekonsolidasi strategi diplomasi regional. Sementara penguatan hubungan Iran-Rusia semakin mempertegas terbentuknya blok-blok kekuatan baru, yang siap menantang dominasi AS di berbagai lini.

Di tengah arus perubahan besar ini, dunia kini menanti langkah selanjutnya dari masing-masing aktor. Apakah Israel benar-benar akan menyerang Iran? Bagaimana respons AS, Rusia, dan Tiongkok jika konflik meletus? Dan apakah upaya diplomasi masih bisa meredam potensi bencana yang mengancam perdamaian dunia?

FOKUS DUNIA

NEWS