Banjir Bandang dan Longsor Melanda Tiongkok Selatan: Banyak Korban Jiwa di Guizhou dan Guangxi

EtIndonesia. Beberapa hari terakhir, hujan lebat terus-menerus mengguyur berbagai wilayah di selatan Tiongkok, menyebabkan bencana besar seperti banjir bandang, tanah longsor, dan aliran lumpur. Di Guilin, Guangxi, terjadi banjir bandang dan tanah longsor mendadak, sementara beberapa daerah di Guizhou mengalami longsor yang menelan korban jiwa dan orang hilang. Di saat yang sama, Hubei, Hunan, Zhejiang, dan Fujian juga dilanda banjir besar. Di Hunan, banjir diperparah oleh pembukaan bendungan tanpa peringatan, menyebabkan sejumlah kota kecil terendam dengan kerugian besar.

 “Guangxi benar-benar penuh bencana tahun ini!,” ujar warga Tiongkok.  

Sebagian besar wilayah Guangxi baru-baru ini mengalami hujan lebat terus-menerus, mengakibatkan sedikitnya 3 orang tewas dan 1 orang hilang. Pada  23 Mei dini hari, Desa Sanshe di Kabupaten Longsheng, Kota Guilin, diterjang banjir bandang dan tanah longsor, menyebabkan banyak rumah hancur. 

Pihak berwenang melaporkan bahwa setidaknya 10 rumah rusak, beberapa orang hilang, dan 3 orang terluka. Hingga malam hari, 3 orang dikonfirmasi meninggal.

Namun, data sebenarnya masih belum jelas.

Petugas di lokasi:  “Ini rumah yang di pinggir lokasi kejadian. Pondasinya saja sudah tidak terlihat. Semua rumah tersapu habis, orang-orang juga hilang.”

Sehari sebelumnya, di Desa Qingyang (Kecamatan Guowa) dan Kota Changshi, Kabupaten Dafang, Provinsi Guizhou, juga terjadi longsor besar. Banyak rumah tersapu longsor. Laporan resmi menyebutkan sedikitnya 21 orang terjebak. Hingga 22 Mei pukul 21.00, dua orang dikonfirmasi tewas di Changshi, namun warga menyatakan para korban belum berhasil diselamatkan dan nasib mereka masih belum diketahui.

Warga setempat berkata :  “Sekitar pukul 06.00– 07.00 pagi terjadi longsor. Sekitar 4–5 keluarga, total kira-kira 19 orang, tidak ditemukan. Orang-orang hilang, rumah juga hilang, belum ada yang diselamatkan.”

Pada hari yang sama, Kota Wuhan di Provinsi Hubei juga mengalami petir dan hujan deras sejak dini hari, membuat banyak jalan berubah menjadi sungai, rumah dan mobil terendam, warga panik menyelamatkan diri.

Warga Wuhan:  “Banjir! Banjir! Cepat lari selamatkan diri!”
“Semua ruangan tergenang air, tidak ada tempat untuk tidur malam ini. Harus bagaimana ini?”

Stasiun kereta Wuchang juga ikut terendam, menyebabkan genangan air parah di dalam stasiun dan banyak penumpang terjebak. Warga menyalahkan konstruksi proyek abal-abal dan proses verifikasi palsu yang menyebabkan bencana buatan.

 “Beberapa tahun lalu mereka habiskan belasan juta untuk proyek renovasi ini. Sekarang lihat ke mana perginya uang itu? Baru hujan sedikit sudah banjir!,” kata Warga terdampak. 

Sejak 21 Mei 2025 malam, Zhangjiajie dan Changde di Hunan juga diguyur hujan lebat. Bendungan PLTA di hulu membuka pintu air secara darurat, menyebabkan banyak kota kecil terendam banjir besar. Rumah, mobil, dan lahan pertanian tergenang; akses transportasi dan komunikasi terputus, kerugian sangat besar.

Warga Qijiaping,  Wan:  “Airnya terlalu banyak, terlalu deras. Sungai di seberang sudah meluap. Banjir ini akibat pelepasan air darurat dari bendungan di Zhangjiajie, melewati PLTA Niao’erchao, dan mengalir ke Waduk Wuqiangxi, lalu turun ke Taoyuan di Changde.”

Warga Changde,  He:  “Ini banjir akibat pelepasan air buatan, bukan alami. Kalau cuma hujan, air tidak akan naik secepat ini. Kami rakyat kecil tidak pernah diberi informasi—semua dilakukan diam-diam. Tidak pernah ada pemberitahuan. Partai Komunis itu jahat, tidak pernah peduli pada rakyat.”

Karena Partai Komunis Tiongkok (PKT) sering menutupi kebenaran, kondisi sebenarnya dari bencana ini masih perlu diverifikasi. Menurut prakiraan China Weather Network, hujan lebat akan terus berlanjut di wilayah selatan, dengan risiko tinggi terjadinya bencana geologis dan banjir bandang. (Hui)

Laporan oleh jurnalis NTD Tang Rui dan Xiong Bin

FOKUS DUNIA

NEWS