Duta Besar Ukraina untuk Inggris: Kyiv Tidak Bisa Berharap “Keajaiban” Akan Mengembalikan Perbatasan Tahun 1991

EtIndonesia. Mengutip laporan dari Reuters dan berbagai media lainnya, dalam sebuah forum bertajuk “Ekspor Keamanan: Senjata Ukraina di Dunia” yang digelar di ibu kota Kyiv baru-baru ini, Zaluzhnyi menyampaikan bahwa tidak realistis bagi Ukraina untuk berharap dapat merebut kembali semua wilayah yang telah hilang akibat perang Rusia-Ukraina.

“Pemerintah Kyiv tidak boleh bermimpi akan muncul sebuah keajaiban, atau suatu keberuntungan yang akan membawa perdamaian serta mengembalikan perbatasan seperti tahun 1991 atau bahkan 2022,” ujar Zaluzhnyi.

Menurutnya, Moskow masih memiliki sumber daya, kekuatan militer, dan kemampuan yang cukup untuk melanjutkan agresi militer terhadap wilayah Ukraina, dan bahkan berpotensi melancarkan serangan besar-besaran. Sejak akhir 2023, strategi militer Kremlin telah berubah menjadi perang attrisi atau perang kelelahan.

“Kita hanya bisa menang jika kita menghancurkan sepenuhnya kemampuan tempur Rusia. Yang saya maksud adalah menghancurkan potensi militer dan ekonomi Rusia,” tegas Zaluzhnyi.

Dia juga menambahkan bahwa Ukraina kini berada dalam kondisi kekurangan sumber daya manusia secara kritis serta menghadapi situasi ekonomi yang sangat buruk.

“Dari segi populasi dan ekonomi, Ukraina tidak lagi mampu melanjutkan perang besar-besaran. Kita bahkan tidak seharusnya mempertimbangkan hal itu,” ujarnya.

Harapan Ukraina Hanya pada Teknologi dan Bantuan Internasional

Zaluzhnyi menyebut bahwa satu-satunya harapan Ukraina saat ini adalah bertahan lewat keunggulan teknologi tinggi.

“Yang bisa kita bicarakan sekarang hanyalah perang bertahan hidup berbasis teknologi tinggi—memaksimalkan hasil dengan seminimal mungkin penggunaan tenaga manusia dan sumber daya ekonomi,” katanya.

Dia menekankan bahwa Kyiv harus menyadari keterbatasan finansial dan ekonominya, serta semakin bergantung pada bantuan dari mitra internasional, sebuah realitas yang perlu diakui dan dihargai.

Zelenskyy Ingin Kembalikan Perbatasan 1991, Tapi Realistis

Kantor Presiden Volodymyr Zelenskyy belum memberikan komentar resmi terkait pernyataan Zaluzhnyi ini. Namun sebelumnya, Zelenskyy tetap menekankan bahwa Ukraina menginginkan pengembalian wilayah berdasarkan perbatasan 1991, termasuk Krimea. Meskipun demikian, dia mengakui bahwa tidak semua wilayah dapat direbut kembali hanya dengan kekuatan militer, dan bahwa proses diplomatik serta waktu juga sangat penting.

Sejak tahun 2014, Rusia telah mencaplok Semenanjung Krimea, dan hingga saat ini menguasai sekitar 20% wilayah Ukraina, termasuk sebagian besar dari empat provinsi di Ukraina timur.

BBC melaporkan bahwa selama ini, Zelenskyy dan sejumlah pemimpin dunia tetap menyerukan agar Rusia menarik pasukannya dari semua wilayah Ukraina, termasuk Krimea. Namun, dengan meningkatnya fokus pada pembicaraan gencatan senjata, sikap Kyiv terhadap wilayah pendudukan menjadi lebih moderat dan realistis.

Bahkan, pada April lalu, Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, dalam wawancara dengan BBC, menyatakan bahwa Ukraina mungkin harus bersedia mengorbankan sebagian wilayah untuk mencapai kesepakatan damai. Meskipun rakyat Ukraina tidak akan pernah menerima pendudukan Rusia, pihak berwenang di Kyiv kemungkinan akan terpaksa menerima solusi yang menyakitkan demi menghentikan perang.

Zaluzhnyi: “Perang Dunia Ketiga Telah Dimulai pada Tahun Ini”

Dalam wawancara dengan Ukrainska Pravda, Newsweek, dan Reuters, Zaluzhnyi juga mengangkat topik lain yang sangat serius: eskalasi teknologi militer, khususnya penggunaan robot tempur dan drone di medan perang.

Dia memperingatkan bahwa penggunaan robot dalam skala besar di medan perang menimbulkan risiko yang sangat besar.

“Ketika robot mulai mendominasi medan perang, pasukan tidak bisa bergerak. Kacau balau. Kita tidak bisa mendekati pasukan Rusia, dan mereka juga tidak bisa mendekati kita,” katanya.

Dia memperkirakan bahwa kebuntuan di garis depan bisa berlangsung bertahun-tahun, dan terobosan besar baru bisa terjadi setelah teknologi robotik berkembang sepenuhnya—mungkin baru terjadi setelah tahun 2027.

Dalam acara penghargaan “Ukrainska Pravda 100” pada 20 November 2024 malam di Kyiv, Zaluzhnyi juga membuat pernyataan mengejutkan.

Zaluzhnyi  mengatakan : “Saya percaya bahwa Perang Dunia Ketiga sudah dimulai pada tahun 2024.”

Menurutnya, Ukraina kini tidak hanya melawan Rusia, tapi juga menghadapi keterlibatan tidak langsung dari negara-negara lain seperti Korea Utara dan Iran.

“Kami melihat tentara Korea Utara muncul di medan perang. Drone kamikaze buatan Iran secara terbuka membunuh warga sipil Ukraina. Rudal buatan Korea Utara ditembakkan ke Ukraina, dan bahkan komponen buatan Tiongkok digunakan dalam rudal Rusia,” ujarnya.

Dia menegaskan bahwa banyak ahli militer percaya perkembangan ini adalah tanda dimulainya perang dunia, dan mendesak para pemimpin global untuk menyadari kenyataan ini dan bertindak tegas.

“Apa yang selama ini kita takutkan—kini benar-benar terjadi. Namun saya percaya, Tuhan memberikan kita—dan dunia—kesempatan untuk membuat pilihan yang tepat sekarang,” katanya.

Zaluzhnyi juga menyampaikan kekecewaannya karena sebagian mitra Ukraina masih belum memahami bahaya nyata ini.

“Masih ada kesempatan untuk menghentikan semua ini di wilayah Ukraina. Tapi, sayangnya, beberapa mitra kita tidak ingin memahami kenyataan itu. Terlalu banyak musuh yang kini dimiliki Ukraina,” katanya.

Menurutnya, Ukraina bisa bertahan dengan kekuatan teknologi, namun belum jelas apakah Ukraina mampu menang melawan Rusia secara mandiri. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS