EtIndonesia. Pada 28 April 2025, Spanyol dan Portugal mengalami pemadaman listrik besar-besaran yang menyebabkan penurunan pasokan listrik hingga 60%, menjadikannya salah satu peristiwa pemadaman terparah dalam 50 tahun terakhir. Dua negara yang dikenal memimpin transisi energi terbarukan ini justru menunjukkan kerentanannya saat krisis terjadi—pasalnya, sekitar 40% energi mereka bergantung pada tenaga surya dan angin.
Setelah insiden tersebut, masyarakat Eropa mulai mempertanyakan keamanan infrastruktur energi terbarukan, khususnya karena tingginya ketergantungan pada peralatan tenaga surya buatan Tiongkok.
Pemicu Awal dan Risiko Sistemik
Penyebab pasti dari pemadaman ini masih dalam investigasi. Informasi awal menyebut bahwa penurunan drastis output pembangkit tenaga surya memicu aktivasi sistem perlindungan otomatis. Gangguan tambahan dari jaringan listrik Prancis menciptakan efek domino yang akhirnya menjatuhkan stabilitas sistem kelistrikan di kawasan.
Namun, di tengah ketergantungan tinggi terhadap komponen buatan Tiongkok, terutama inverter (pengubah daya), muncul kekhawatiran serius seputar keamanan informasi dan risiko geopolitik.
Inverter Cerdas: Gerbang Jarak Jauh yang Rentan Disusupi
Dalam krisis ini, perhatian tertuju pada inverter tenaga surya, perangkat penting yang mengubah arus listrik searah (DC) dari panel surya menjadi arus bolak-balik (AC) untuk digunakan di jaringan listrik—sering dijuluki sebagai “otak” sistem tenaga surya.
Menurut laporan Nikkei Asia pada 17 Mei, sebagian besar inverter yang digunakan di Eropa diproduksi oleh perusahaan Tiongkok, dan Huawei adalah salah satu pemasok utama dengan pangsa pasar sekitar sepertiga.
Sebuah laporan dari SolarPower Europe, diterbitkan sehari setelah pemadaman (29 April), menyebut bahwa inverter cerdas memiliki kemampuan pemantauan dan kendali jarak jauh, yang memang mempermudah perawatan, namun juga membuka celah keamanan siber. Simulasi dalam laporan itu menunjukkan bahwa jika sistem tenaga surya dengan kapasitas 3 GW disusupi oleh peretas, hal tersebut dapat mengganggu stabilitas seluruh jaringan listrik Eropa.
Saat ini, tujuh perusahaan tercatat mengoperasikan lebih dari 10 GW kapasitas inverter. Jika satu saja dari sistem tersebut berhasil disusupi, dampaknya diperkirakan akan sangat destruktif.
Marius Bakke, Wakil Presiden Rystad Energy di Oslo, Norwegia, memperingatkan: “Akses jarak jauh ke infrastruktur listrik Eropa melalui inverter berisiko tinggi jika diretas. Serangan semacam ini bisa melumpuhkan sistem secara keseluruhan.”
Huawei Dikeluarkan, Investigasi dan Tuduhan Penyuapan Bermunculan
The Nikkei juga melaporkan bahwa Komisi Eropa pada 28 April lalu membatasi pertemuan dengan organisasi yang berafiliasi dengan Huawei, dan sejak itu Huawei dikeluarkan dari keanggotaan SolarPower Europe. Beberapa eksekutif Huawei di Brussel saat ini sedang diselidiki, bahkan ada yang resmi didakwa atas dugaan penyuapan anggota Parlemen Eropa.
Tahun lalu, Uni Eropa juga menyelidiki dugaan persaingan tidak sehat oleh produsen panel surya Tiongkok. Dua perusahaan asal Tiongkok kemudian menarik diri dari tender proyek publik di Rumania.
Perangkat “Hantu” dalam Inverter Picu Kekhawatiran Tambahan
Masalah keamanan tak hanya berhenti di kendali jarak jauh. Reuters pada 14 Mei melaporkan bahwa dalam beberapa inverter buatan Tiongkok ditemukan perangkat komunikasi tersembunyi yang tidak tercantum dalam dokumen resmi produk.
Dua sumber anonim menyebutkan bahwa pejabat Departemen Energi AS sedang mengevaluasi kembali potensi risiko keamanan dari perangkat Tiongkok. Mereka menemukan perangkat komunikasi tambahan dalam inverter dan baterai produksi beberapa perusahaan Tiongkok yang bisa mengakses jaringan tanpa izin, melewati sistem perlindungan firewall.
European Solar Manufacturing Council (ESMC) menanggapi dengan serius dan meminta Uni Eropa untuk segera menyusun “perangkat kebijakan keamanan siber” yang lebih ketat, guna memperkuat standar pengujian dan perlindungan terhadap perangkat penting seperti inverter.
Peringatan dari Pakar Keamanan Taiwan
Shen Ming-shih, peneliti dari Institut Riset Keamanan Nasional Taiwan, mengatakan kepada Epoch Times bahwa: “Setiap perangkat buatan Tiongkok—baik di bidang energi, kamera pengawas, hingga AI—berisiko memiliki backdoor atau komponen pengumpul data rahasia.”
Ia menyebut kasus sebelumnya di mana perangkat Hikvision, platform AI seperti DeepSeek, bahkan pelampung laut buatan Tiongkok diketahui memiliki mekanisme transmisi data tersembunyi.
Shen menekankan bahwa: “Perangkat-perangkat ini bukan hanya ancaman komersial, tapi juga mengancam keamanan nasional. Jika dibiarkan, ini adalah bentuk infiltrasi jangka panjang yang menggerogoti sistem dari dalam.”
Mengapa Barat Terlambat Menyadarinya?
Menurut Wang Xiuwen, peneliti dari lembaga yang sama, Barat baru menyadari ancaman Tiongkok ketika Huawei mulai menguasai sektor 5G. Kemudian, kekhawatiran merembet ke semikonduktor. Namun, dalam sektor energi terbarukan, kesadaran ini datang terlambat.
Wang menjelaskan bahwa sejak krisis utang Eropa 2009–2010, Tiongkok telah berinvestasi besar-besaran dalam proyek energi bersih Uni Eropa, dan Huawei sangat mungkin ikut dalam proyek riset tenaga surya, menyebabkan sebagian politisi Eropa bersikap lunak terhadap Tiongkok.
Kini, dengan terkuaknya krisis pemadaman di Spanyol dan Portugal, barat kembali menghadapi bukti nyata bahwa perangkat Tiongkok dapat menyimpan celah keamanan berbahaya, seperti halnya pada kontroversi 5G.
Ketergantungan Rantai Pasok Energi: Ancaman untuk Transisi Hijau Eropa
Menurut laporan International Energy Agency (IEA) tahun 2024, Tiongkok kini menguasai sekitar 80% pasar global panel surya. Karena mendapat subsidi besar dari pemerintah, harga panel Tiongkok turun 80% dalam satu dekade terakhir, sehingga menguasai pasar dunia.
Vincent Delporte dari perusahaan energi terbarukan HoloSolis, Prancis, menyatakan:
“Tanpa regulasi dan dukungan untuk manufaktur lokal, produk Eropa tidak bisa bersaing dengan harga produk Tiongkok.”
Jika pasokan dari Tiongkok terputus—entah karena geopolitik atau krisis lain—transisi energi Eropa bisa lumpuh dalam sekejap. Marius Bakke menambahkan:
“Ketergantungan pada komponen fotovoltaik dari Tiongkok adalah salah satu ancaman terbesar terhadap keamanan energi Eropa.”
AS & Eropa Bergerak: Seruan Periksa Total Perangkat Tiongkok
AS dan negara-negara Eropa kini mulai mengambil langkah nyata. Senator Doug Steinhardt dari Partai Republik AS mengatakan bahwa ditemukannya perangkat komunikasi tak dikenal telah mengungkap kerentanan infrastruktur AS.
Lithuania dan Estonia juga mengambil tindakan: pada November tahun lalu, Lithuania mengesahkan undang-undang yang melarang akses jarak jauh dari Tiongkok terhadap pembangkit tenaga surya, angin, dan baterai dengan kapasitas di atas 100 kW.
Di Inggris, pemeriksaan terhadap teknologi energi terbarukan buatan Tiongkok sedang berlangsung, termasuk evaluasi terhadap perangkat inverter.
Pejabat NATO menegaskan bahwa upaya Tiongkok untuk menguasai infrastruktur penting negara anggota meningkat, dan NATO harus mengidentifikasi serta mengurangi ketergantungan strategis tersebut.
Seruan Final: Audit Menyeluruh terhadap Risiko Perangkat Tiongkok
Wang Xiuwen berpendapat bahwa solusi paling realistis saat ini adalah melakukan audit menyeluruh terhadap infrastruktur energi yang sudah terpasang dan mengidentifikasi risiko tersembunyi dari perangkat buatan Tiongkok.
Ia menyimpulkan: “Perangkat-perangkat itu bisa saja telah ditanamkan modul komunikasi siluman atau program jahat—dan hanya menunggu saat untuk diaktifkan.”
Eropa, lanjut Wang, harus mengikuti jejak Australia dan Amerika Serikat dalam menerapkan uji teknis ketat dan kebijakan kontrol impor.
“Tiongkok seringkali menuduh negara lain tanpa bukti, tapi Barat justru menunggu hingga buktinya jelas baru bertindak. Ketimpangan ini adalah celah sistemik yang harus segera diperbaiki.”
Ia juga menyerukan transparansi penuh dalam hasil penyelidikan, agar negara-negara lain dapat secara serius menilai risiko pada infrastruktur penting mereka masing-masing. (jhon)