Terbongkar! Begini Cara Beijing Bayar Tentara Bayaran untuk Serang Falun Gong di Amerika”


EtIndonesia. Pemerintah Tiongkok tengah menghadapi krisis serius, baik secara politik maupun ekonomi di dalam negeri. Namun, di luar negeri, strategi mereka justru semakin agresif—khususnya dalam upaya membungkam dan mendiskreditkan kelompok Falun Gong, beserta organisasi seni ternama yang berafiliasi dengannya, yaitu Shen Yun Performing Arts. Dengan aliran dana besar, rezim Beijing tak segan-segan menyewa “tentara bayaran”—baik warga migran maupun agen lokal—untuk mengatur kampanye fitnah dan propaganda di negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat.

Langkah ini bukan sekadar upaya membatasi pengaruh Falun Gong di luar Tiongkok, tetapi juga berpotensi memperluas infiltrasi Beijing di kancah global melalui manipulasi kebebasan berpendapat yang dijunjung tinggi oleh negara-negara demokrasi.

Terbongkar: Modus Operasi Agen Tiongkok di Amerika

Kasus terbaru yang terungkap baru-baru ini membuat publik Amerika terkejut. Pada 26 Maret lalu, di tengah pementasan Shen Yun Performing Arts yang tiketnya terjual habis di Lincoln Center, New York, aksi protes yang dipimpin oleh Zhu Lichuang—pemilik Flushing Asia America International Travel yang dikenal dekat dengan Beijing—menjadi sorotan. Zhu diduga mengorganisir sekelompok demonstran dari berbagai latar belakang etnis, yang kebanyakan tidak benar-benar memahami apa yang mereka protes. Tugas mereka sederhana: memegang spanduk, membagikan selebaran, dan meneriakkan slogan anti-komunis, semuanya dilakukan demi uang.

Seorang peserta demonstrasi beretnis Latin mengaku sebelumnya juga pernah dibayar 200 dolar per hari untuk melakukan aksi anti-Falun Gong di Flushing pada Oktober 2024. Peserta lain berkulit hitam secara terang-terangan menyebut dirinya melakukan hal tersebut semata-mata karena bayaran. Namun, setelah mendapatkan penjelasan langsung dari anggota Falun Gong mengenai latar belakang kelompok tersebut yang damai dan apolitis, peserta ini memutuskan untuk mundur dan tidak lagi ingin membantu agenda Pemerintah Tiongkok.

Menurut Stephen Browde, Direktur Eksekutif Pusat Informasi Falun Gong, aksi di luar Lincoln Center hanyalah “sandiwara politik” yang sepenuhnya dibiayai dan didalangi oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT). Mayoritas demonstran adalah pekerja lepas yang direkrut untuk menjelekkan nama Falun Gong dan Shen Yun di berbagai titik di New York. Uniknya, semua poster, selebaran, dan perlengkapan protes berasal dari kantor agen travel milik Zhu. Setelah aksi selesai, semua atribut tersebut langsung disimpan kembali, menandakan aksi mereka hanyalah bagian dari sebuah operasi sistematis, bukan gerakan akar rumput.

Zhu Lichuang: Penghubung Utama Beijing di New York

Investigasi publik menunjukkan bahwa Zhu Lichuang bukan figur sembarangan. Dia tercatat sebagai penasihat dan pengurus Asosiasi Pertukaran Tionghoa Luar Negeri, dan agen travel-nya sudah bertahun-tahun melayani kebutuhan perjalanan pejabat Tiongkok dalam kunjungan resmi ke Amerika Serikat—memberinya akses, jaringan, dan keuntungan finansial yang besar.

Laporan tahun 2008 mengungkap Zhu yang berasal dari Taiwan, telah bermukim di AS lebih dari 30 tahun, bahkan secara terbuka menyebut dirinya “Marxis sejati.” Kiprahnya diakui oleh PKT; pada 1 Oktober 2009, Zhu diundang langsung ke parade militer perayaan 60 tahun berdirinya Republik Rakyat Tiongkok di Tiananmen, Beijing—sebuah bentuk penghormatan dari Pemerintah Tiongkok atas jasa-jasanya menggalang kekuatan pro-Beijing di luar negeri.

Selain itu, Zhu aktif dalam organisasi persatuan Tionghoa di New York dan kerap bekerja sama dengan tokoh-tokoh seperti Li Huahong dalam berbagai kampanye politik, termasuk aksi anti-Taiwan, anti-Jepang, dan—yang paling sistematis—kampanye hitam terhadap Falun Gong di Amerika.

Saat ini, para demonstran pro-Beijing yang diduga terkait dengan aksi-aksi manipulatif tersebut, tengah dalam pengawasan dan penyelidikan diam-diam oleh FBI.

Serangan Opini dan Respons Tegas Amerika

Tak hanya mengatur aksi jalanan, rezim Beijing juga gencar melancarkan serangan opini internasional, terlebih saat Falun Gong semakin mendapat pengakuan di Amerika. Pada Mei 2025, Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat secara resmi mengesahkan Undang-Undang Perlindungan Falun Gong, yang secara tegas mengecam pelanggaran HAM berat oleh PKT. Di Washington DC, Kongres AS sampai dua kali mengibarkan bendera Amerika sebagai bentuk penghormatan kepada Li Hongzhi, pendiri Falun Dafa, sekaligus memperingati Hari Falun Dafa Sedunia.

Aksi ini menjadi simbol perlawanan Amerika atas represi PKT, membuat Pemerintah Tiongkok terlihat panik dan murka di tingkat diplomatik. Dukungan Amerika bahkan semakin diperkuat oleh pengakuan dari tokoh-tokoh politik seperti Senator Delaware Chris Coons dan anggota DPR Sarah McBride yang menyatakan prinsip Falun Gong—“Sejati, Baik, Sabar”—patut dijunjung tinggi dan menjadi inspirasi bagi masyarakat dunia.

Pada 13 Mei, dua bendera Amerika yang pernah berkibar di Kongres secara simbolis diberikan kepada Li Hongzhi, sebagai penghormatan atas dedikasinya menyebarkan nilai-nilai universal tersebut, bertepatan dengan peringatan 33 tahun berdirinya Falun Dafa yang kini dianut dan dirayakan lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia.

Isu Kejahatan HAM: Transplantasi Organ Paksa

Salah satu isu paling kontroversial dan sensitif adalah praktik pengambilan organ paksa terhadap tahanan hati nurani, terutama praktisi Falun Gong di Tiongkok. Berdasarkan keterangan polisi kriminal dari Qingdao, Shandong, setiap operasi transplantasi organ ilegal di Tiongkok diatur sedemikian rupa sehingga hasil keuntungan finansial dibagi rata antara rumah tahanan, pengadilan, dan kepolisian—masing-masing mendapat bagian sekitar 100 ribu yuan dari total 300 ribu yuan per kasus. Proses ini berjalan secara sistematis dan terstruktur, menjadi rahasia umum yang sulit dibongkar oleh komunitas internasional.

Aksi keji ini diduga menjadi salah satu motif utama rezim Beijing menggelar kampanye fitnah dan propaganda global terhadap kelompok kepercayaan seperti Falun Gong, demi menutupi kejahatan HAM yang sudah lama menjadi perhatian dunia Barat.

Penutup

Dari serangan politik, operasi intelijen, aksi jalanan, hingga upaya merusak reputasi kelompok kepercayaan melalui propaganda berbayar—semua menandakan upaya sistematis pemerintah Tiongkok dalam mempertahankan narasi tunggal, bahkan di luar negeri. Namun, gelombang respons dan solidaritas dari masyarakat serta pemerintah Amerika menunjukkan bahwa kebebasan, keadilan, dan nilai-nilai universal tetap memiliki tempat di panggung dunia, dan suara kelompok tertindas tidak akan pernah benar-benar dapat dibungkam.

FOKUS DUNIA

NEWS