Universitas Harvard Terjebak dalam Kontroversi atas Larangan Mahasiswa Asing, Mahasiswa Tiongkok Khawatir  Meninggalkan AS

Harvard University menghadapi risiko dilarang menerima mahasiswa internasional. Banyak mahasiswa Tiongkok yang sedang menempuh studi di Harvard merasa sangat cemas dan takut meninggalkan Amerika Serikat, khawatir tidak bisa kembali setelah keluar negeri.

EtIndonesia. Pada 23 Mei 2025, Presiden AS Donald Trump mencabut izin Harvard University untuk menerima mahasiswa asing. Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kristi Noem, dalam pernyataannya menyatakan bahwa Harvard “mendorong kekerasan, antisemitisme, dan bekerja sama dengan Partai Komunis Tiongkok,” sehingga mencabut akreditasi “Program Mahasiswa dan Pertukaran Pengunjung” (SEVP).

Setelah Harvard mengajukan gugatan terhadap larangan ini, hakim telah memutuskan untuk menangguhkan sementara perintah tersebut. Namun, banyak mahasiswa Tiongkok di Harvard tetap merasa sangat cemas mengenai masa depan mereka.

Dari seluruh mahasiswa asing di Harvard, 20% berasal dari Tiongkok. Banyak dari mereka telah membatalkan tiket pulang ke Tiongkok untuk liburan musim panas, karena khawatir tidak dapat kembali ke AS untuk melanjutkan studi.

Banyak mahasiswa mencari bantuan hukum. Beberapa dari mereka mengatakan telah dimasukkan ke dalam grup WhatsApp yang berisi berbagai saran dari pengacara imigrasi, termasuk imbauan untuk tidak bepergian dengan pesawat atau meninggalkan AS, serta menunggu arahan dari pihak universitas.

Menurut laporan media Tiongkok Cover News, seorang mahasiswa Tiongkok bernama Li Sha (nama samaran) menggambarkan perasaannya saat mendengar kabar itu sebagai “seperti langit runtuh.”

Ia mulai khawatir bahwa rencana kunjungan studinya ke Kenya, India, dan Ukraina semester depan akan dibatalkan. Ia mengatakan jika larangan itu benar-benar diberlakukan, ia hanya bisa pindah universitas, cuti kuliah, atau menunggu perubahan kebijakan pemerintah AS di masa depan untuk melanjutkan studinya.

Laporan menyebutkan bahwa karena Harvard sudah mulai libur musim panas, yang paling terdampak adalah mahasiswa Tiongkok yang sudah terlanjur meninggalkan AS, karena kemungkinan besar mereka tidak akan bisa kembali lagi ke Amerika.

Zhang Kaiqi, mahasiswa magister Kesehatan Masyarakat berusia 21 tahun, mengatakan kepada Reuters bahwa ia awalnya berencana terbang kembali ke Tiongkok pada 23 Mei, dan seluruh barang bawaannya sudah dikemas. Namun, setelah mendengar kabar tersebut, ia membatalkan penerbangannya dan kehilangan kesempatan untuk magang di sebuah LSM Amerika di dalam wilayah Tiongkok.

Ia menyebutkan bahwa yang paling cemas saat ini adalah mahasiswa Tiongkok yang bekerja sebagai asisten peneliti selama liburan musim panas, karena pekerjaan itu terkait langsung dengan status visa mereka dan sangat penting untuk pendaftaran program doktoral di masa depan.

Seorang mahasiswa doktoral fisika berusia 24 tahun bermarga Zhang mengatakan kepada Reuters bahwa banyak mahasiswa Tiongkok khawatir tentang dampak larangan ini terhadap visa dan program magang mereka.

Ia berkata, “Ada teman yang menyarankan, kalau situasi makin buruk, sebaiknya saya jangan tinggal di tempat tinggal saya yang sekarang, karena mereka khawatir agen ICE (Badan Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai) bisa saja datang langsung dan menangkap saya dari apartemen.”

Zhao, seorang mahasiswa Tiongkok berusia 23 tahun yang akan segera menempuh studi magister di Harvard, masih berharap dapat melanjutkan studinya di sana. Namun, jika larangan itu tidak dicabut, ia mempertimbangkan untuk menunda masuk kuliah atau pindah ke universitas lain.

Ia berkata, “Awalnya saya berencana mengajukan permohonan visa pada awal Juni, tapi sekarang saya benar-benar tidak tahu harus bagaimana.” (Hui)

Sumber : NTDTV.com

FOKUS DUNIA

NEWS