EtIndonesia. Di tengah berlangsungnya pertukaran tahanan terbesar antara Rusia dan Ukraina sejak perang dimulai, serangan udara besar-besaran juga dilancarkan secara bersamaan oleh Rusia terhadap berbagai kota di Ukraina. Menanggapi hal ini,Presiden AS, Donald Trump pada 25 Mei mengecam keras Presiden Rusia, Vladimir Putin dan menyebutnya telah “benar-benar gila”, bahkan mengisyaratkan bahwa tindakan Putin bisa membuat Rusia hancur.
Namun Trump juga tidak lupa menyindir Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, yang menurutnya “begitu buka mulut malah bikin masalah.” Dia menegaskan bahwa ini adalah “perangnya Zelenskyy, Putin, dan Biden”, sementara dirinya hanya mencoba memadamkan api akibat ketidakmampuan para pemimpin dunia.
Trump Meledak: Putin Gila, Zelenskyy Tak Membantu
Menurut laporan sejumlah media internasional, pada 25 Mei lalu, Rusia melancarkan serangan udara terbesar sejak invasi dimulai, menewaskan 13 orang dan melukai puluhan lainnya di berbagai kota Ukraina.
Di platform media sosial miliknya, Truth Social, Trump menulis: “Saya dulu punya hubungan baik dengan Putin, tetapi sekarang tampaknya ada sesuatu yang tidak beres dengannya. Dia sudah gila! Dia membunuh banyak orang tanpa alasan—dan saya tidak hanya bicara tentang tentara. Rudal dan drone menyerang kota-kota di Ukraina tanpa alasan apa pun.”
Trump mengatakan dirinya sangat terkejut dengan eskalasi terbaru ini.
“Saya selalu bilang bahwa dia (Putin) menginginkan seluruh Ukraina, bukan hanya sebagian. Mungkin ternyata saya benar. Tapi kalau dia benar-benar mencobanya, itu bisa menghancurkan Rusia sendiri!” katanya.
Sindiran untuk Zelenskyy dan Kritikan terhadap Pemerintahan Biden
Trump juga melontarkan kritik terhadap Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.
“Cara Zelenskyy berbicara sama sekali tidak menguntungkan bagi negaranya. Dia begitu buka mulut, langsung buat masalah. Saya tidak suka itu. Dia sebaiknya diam saja,” tulis Trump.
Trump kemudian menegaskan bahwa jika dirinya yang menjadi Presiden saat ini, perang Rusia-Ukraina tidak akan pernah terjadi.
“Ini adalah perang antara Zelenskyy, Putin, dan Biden—bukan perang Trump. Saya hanya berusaha memadamkan api besar yang disebabkan oleh ketidakmampuan dan kebencian ekstrem,” ujarnya.
Zelenskyy Kritik Diamnya AS
Di sisi lain, Presiden Zelenskyy menyampaikan kekecewaannya atas sikap diam Amerika Serikat setelah Rusia kembali melancarkan serangan besar-besaran ke Ukraina.
Dalam unggahan Telegram pada 25 Mei, dia menulis: “Setiap kali Rusia melakukan serangan teror seperti ini, itu seharusnya menjadi alasan yang sah bagi AS untuk menjatuhkan sanksi baru. Rusia sedang mengulur perang ini dan membunuh orang setiap hari.”
Zelenskyy menambahkan: “Orang-orang mungkin bisa berlibur ke tempat lain, tetapi perang ini terus berlangsung, baik akhir pekan maupun hari biasa. Diamnya Amerika dan negara-negara lain di dunia hanya akan menambah semangat Putin.”
Trump Pertimbangkan Tambahan Sanksi untuk Moskow
Trump juga mengatakan bahwa dirinya tidak puas dengan apa yang dilakukan Putin, dan mengindikasikan kemungkinan memperberat sanksi terhadap Rusia.
Saat dalam perjalanan pulang ke Washington menggunakan Air Force One dari New Jersey, Trump kepada awak media mengatakan: “Saya benar-benar tidak mengerti apa yang sedang Putin lakukan. Dia sedang membunuh banyak orang, dan saya sama sekali tidak menyetujui itu.”
Di tengah berlangsungnya negosiasi gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina, Trump mengatakan: “Kita sedang berbicara tentang perdamaian, tetapi pada saat yang sama, Putin justru menembakkan rudal ke Kiev dan kota-kota lain.”
Saat ditanya apakah dia mempertimbangkan sanksi tambahan, Trump menjawab: “Tentu. Dia sedang membunuh banyak orang.”
Jerman dan Uni Eropa Bereaksi Keras terhadap Serangan Drone Terbesar Rusia
Menanggapi serangan udara besar-besaran yang dilancarkan Rusia, termasuk peluncuran hampir 300 drone tempur, Pemerintah Jerman pada 26 Mei mengatakan bahwa sekutu Kiev harus memberikan tanggapan tegas.
Dalam wawancara dengan saluran televisi ARD, Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul mengatakan: “Kami tidak bisa menerima ini begitu saja.”
Dia juga menegaskan bahwa tindakan Putin merupakan bentuk penghinaan terhadap hak asasi manusia dan merupakan pelecehan terhadap Donald Trump, yang selama ini berusaha membawa Putin ke meja perundingan.
Sebelumnya, Uni Eropa pada 20 Mei telah resmi meluncurkan putaran ke-17 sanksi terhadap Rusia, yang kali ini menargetkan kapal-kapal tanker minyak dari armada bayangan milik Rusia.
Wadephul menyatakan bahwa sanksi baru ini “akan membawa dampak serius terhadap ekonomi Rusia”, khususnya di sektor energi dan industri lainnya.
“Rusia akan masuk dalam kesulitan keuangan besar karena sanksi ini,” ujarnya.(jhn/yn)