EtIndonesia. Pemerintahan Trump kembali menyebut nama Universitas Harvard, menuntut agar pihak universitas menyerahkan daftar mahasiswa asing untuk mencegah potensi infiltrasi dari Partai Komunis Tiongkok (PKT) terhadap keamanan nasional AS. Serangkaian tindakan keras yang diambil oleh pemerintahan Trump terhadap Harvard baru-baru ini telah menarik perhatian publik, terutama karena hubungan erat Harvard dengan PKT menjadi fokus utama.
Trump dalam unggahannya di Truth Social pada Senin, 26 Mei, menyatakan bahwa ia masih menunggu Harvard menyerahkan daftar mahasiswa asing untuk mencegah kelompok radikal kembali mengancam keamanan nasional. Ia juga menegaskan bahwa meskipun menghadapi hambatan hukum di pengadilan, pemerintah pada akhirnya akan menang.
Menurut laporan, hubungan antara Harvard dan PKT sudah berlangsung lama, mencakup kerjasama penelitian, pendirian pusat studi Tiongkok, dan lain-lain. Hubungan ini telah membawa dana sumbangan besar dan pengaruh internasional bagi Harvard.
Beberapa anggota Kongres AS telah memperingatkan bahwa PKT mungkin menggunakan infiltrasi ke Harvard untuk memperoleh teknologi canggih dan membungkam suara-suara kritis di AS. Seorang pejabat Gedung Putih bahkan menyebut bahwa Harvard mengabaikan aksi intimidasi di kampus yang dilakukan oleh pihak yang diduga terafiliasi dengan PKT.
Pada tahun 2020, Universitas Harvard sempat memberikan pelatihan kesehatan masyarakat kepada pejabat dari Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang (XPCC), yang telah dijatuhi sanksi oleh AS karena pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis Uighur dan kelompok Muslim minoritas lainnya. Kontak ini disebut berlangsung hingga tahun 2024, menurut Departemen Keamanan Dalam Negeri AS.
Mantan ketua Departemen Kimia Harvard, Charles Lieber, pernah dihukum pada 2021 karena menyembunyikan transaksi keuangan dengan Tiongkok. Pada 2024, Lieber kemudian diketahui menjadi profesor penuh waktu di sebuah universitas di Tiongkok, memicu kontroversi luas.
Anggota parlemen lintas partai juga menyuarakan kekhawatiran mengenai organisasi mahasiswa berlatar belakang PKT di kampus-kampus AS yang mengawasi dan menekan para pembangkang. Harvard juga dituduh melakukan penelitian transplantasi organ bersama akademisi Tiongkok. Masyarakat internasional telah lama mempertanyakan dugaan bahwa PKT mengambil organ dari praktisi Falun Gong, narapidana hukuman mati, serta kelompok minoritas dan agama tertentu.
Pada April 2024, Departemen Pendidikan AS meminta Harvard menyerahkan ulang catatan donasi asing, karena ditemukan ketidaksesuaian dan data yang tidak akurat dalam laporan sebelumnya.
Selama dua dekade terakhir, kerja sama antara akademisi Barat dan PKT meningkat secara signifikan. Mahasiswa Tiongkok juga telah menjadi sumber pendapatan besar bagi banyak universitas. Namun, banyak pihak meragukan apakah kerja sama semacam ini mengancam keamanan nasional dan kepentingan strategis negara-negara Barat. (Hui)
Laporan dari Liu Jiajia, NTD News, Amerika Serikat