Tingkat Kepanikan Meningkat! Apakah Jepang Sedang Menuju Bencana Abad Ini?

EtIndonesia. Profesor emeritus dari Universitas Kyoto, Kamada Hiroki, dalam wawancara eksklusif dengan media MINKABU, memperingatkan bahwa gempa besar di Palung Nankai (Nankai Trough) diperkirakan akan mengguncang Jepang pada dekade 2030-an. Dia juga mengkhawatirkan bahwa gempa ini bisa memicu letusan Gunung Fuji, dan membawa dampak begitu besar hingga standar hidup modern di Jepang bisa kembali ke tingkat “Zaman Edo”.

Dampak Gempa 2011: Gunung Fuji Dalam “Status Siaga Letusan”

Profesor Kamada menjelaskan bahwa Gempa Besar Jepang Timur pada 11 Maret 2011 telah merusak kestabilan ruang magma Gunung Fuji, menyebabkan gunung berapi tersebut kini berada dalam “mode siaga meletus”, artinya letusan bisa terjadi kapan saja.

Mengulang Sejarah: Bencana Ganda Tahun 1707

Sebagai pembanding, Kamada mengulas bencana beruntun tahun 1707:

·        Pada 28 Oktober 1707, terjadi “Gempa Hoei”, yang memicu aktivasi tiga zona gempa sekaligus—Nankai, Tokai, dan Tonankai.

·        Kekuatan gempa diperkirakan berkisar antara magnitudo 8,6 hingga 9,3, menyebabkan lebih dari 60.000 bangunan hancur atau tersapu tsunami. Korban jiwa diperkirakan mencapai 5.000 hingga 20.000 orang.

·        49 hari kemudian, Gunung Fuji meletus hebat dalam peristiwa yang dikenal sebagai “Letusan Hoei”. Abu vulkanik menyebar hingga ke wilayah Edo (kini Tokyo), dengan ketebalan mencapai 5 cm meski jaraknya lebih dari 100 km dari pusat letusan.

Para ahli menilai bahwa dua bencana tersebut memiliki hubungan sebab-akibat, dan mengingatkan bahwa skenario serupa berisiko besar terulang kembali.

Konsekuensi Letusan: Infrastruktur Modern Lumpuh Total

Kamada memperingatkan bahwa jika Gunung Fuji kembali meletus dengan skala seperti pada masa lalu, abu vulkanik dapat menyebabkan kerusakan masif terhadap infrastruktur vital:

· Sistem listrik, air bersih, dan gas akan lumpuh

·  Transportasi dan komunikasi akan terputus total

·  Aktivitas ekonomi dan kehidupan perkotaan akan berhenti, menjadikan kota-kota modern Jepang kembali hidup seperti era Zaman Edo

Pemerintah Jepang sebelumnya telah mengeluarkan estimasi bahwa jika letusan Gunung Fuji sebanding dengan letusan Hoei terjadi, kerugian minimal akan mencapai 2,5 triliun yen. Namun, para ahli menyebut angka sebenarnya bisa jauh lebih besar, terutama jika letusan disertai gempa besar di Palung Nankai, dengan total kerugian bisa mencapai beberapa triliun yen.

Gunung Fuji: Diam Selama 300 Tahun, Ancaman Energi Terpendam

Secara historis, interval letusan Gunung Fuji berkisar antara 50 hingga 100 tahun. Namun, sejak letusan terakhir tahun 1707, gunung ini telah tertidur selama hampir 300 tahun. Para ahli menyebut, energi vulkanik yang terakumulasi selama 3 abad bisa sangat besar, dan apabila dilepaskan, dampaknya akan sangat dahsyat dan sulit dibayangkan.

Frekuensi Gempa Global Meningkat: Apakah Kita Mendekati “Siklus Gempa Abad Ini”?

Beberapa waktu terakhir, dunia menyaksikan peningkatan frekuensi gempa bumi dengan kekuatan di atas magnitudo 6. Fenomena ini memicu spekulasi bahwa siklus gempa besar dalam skala seabad sedang mendekat.

Kekhawatiran publik di Jepang juga semakin diperburuk oleh prediksi kontroversial dari Ryuuju Ryou, penulis manga “Yang Kulihat di Masa Depan”, yang meramalkan akan terjadi gempa bumi dan tsunami besar pada 5 Juli 2025.

Meski sang penulis telah meminta masyarakat untuk bersikap rasional terhadap ramalan tersebut, prediksi ini tetap menyebar luas dan meningkatkan keresahan masyarakat. Sementara itu, para pakar gempa menegaskan bahwa hingga kini belum ada indikasi ilmiah yang jelas bahwa gempa besar akan terjadi dalam waktu dekat, namun tingkat kewaspadaan masyarakat tetap sangat tinggi.

Kesimpulan: Jepang Di Ambang Krisis Multibencana?

Dengan sejarah yang penuh luka, posisi geografis yang rawan bencana, dan ketidakpastian ilmiah mengenai waktu pasti bencana berikutnya, Jepang sekali lagi berdiri di ambang potensi bencana berantai yang bisa mengguncang fondasi kehidupannya.

Apakah Jepang siap menghadapi kemungkinan terburuk? Dan apakah dunia bersiap untuk menghadapi efek domino jika ekonomi terbesar ketiga dunia mengalami stagnasi akibat bencana besar? (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS