80% Sanksi Gagal Gara-gara Tiongkok ? UE dan AS Siapkan Langkah Balasan, Dunia di Ambang Krisis”

EtIndonesia. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy kembali melontarkan kecaman keras terhadap Partai Komunis Tiongkok (PKT), menuding Beijing terus-menerus memasok drone dan peralatan militer kepada Rusia di tengah perang yang tak kunjung usai di Ukraina. Pernyataan tegas ini kembali mencuat setelah sejumlah laporan intelijen dan dokumen Uni Eropa menegaskan adanya peran aktif Tiongkok dalam memperkuat kekuatan tempur Moskow, sekaligus menghambat upaya sanksi yang dijatuhkan oleh Barat.

Tudingan Tegas Zelenskyy: “Drone Tiongkok  Bebas untuk Rusia, Tertutup untuk Ukraina”

Dalam konferensi pers yang digelar pada 28 Mei, Zelenskyy secara terbuka menyoroti fakta bahwa drone Mavic buatan Tiongkok dijual secara bebas kepada militer Rusia, sementara pasokan tersebut justru ditutup bagi Ukraina.

“Kami melihat jelas—peralatan tempur dari Tiongkok terus mengalir ke Rusia, bahkan ketika seluruh dunia sedang mencoba menghentikan perang ini. Namun Ukraina tak pernah mendapat akses yang sama,” ujarnya kepada para jurnalis.

Zelenskyy menegaskan, tahun ini saja pihaknya telah berkali-kali menyampaikan protes dan memperingatkan komunitas internasional terkait suplai drone serta peralatan tempur skala besar dari Tiongkok ke Rusia. Menurutnya, tindakan Beijing ini secara nyata memperpanjang konflik dan menghambat proses perdamaian.

Bocoran Intelijen: Jaringan Pasokan PKT ke Pabrik Militer Rusia

Informasi lebih rinci disampaikan Kepala Intelijen Ukraina, Kirill Budanov, pada 26 Mei. Menurutnya, PKT secara aktif memasok mesin-mesin industri, bahan kimia khusus, bubuk mesiu, hingga suku cadang penting untuk sedikitnya 20 pabrik militer di wilayah Rusia. 

“Data dan bukti terkait aktivitas ini sudah ada di tangan intelijen Ukraina,” ungkap Kirill Budanov.

Pernyataan tersebut semakin menegaskan kekhawatiran Kiev bahwa Tiongkok berperan jauh lebih besar daripada yang selama ini diakui. Meski begitu, PKT secara resmi tetap membantah tudingan telah memasok senjata maupun perlengkapan militer ke Rusia, menyebut bahwa semua aktivitas perdagangan dilakukan untuk tujuan sipil.

Perundingan Damai Mandek, Rusia Ajukan Pertemuan di Istanbul

Sementara itu, di tengah meningkatnya tensi di medan perang, Pemerintah Rusia mengajukan usul pertemuan langsung dengan Ukraina di Istanbul pada 2 Juni mendatang. Namun hingga Rabu sore (29/5), pihak Ukraina belum memberikan respons resmi atas usulan tersebut. Proses perundingan damai antara kedua negara belakangan ini memang kembali mengalami kebuntuan, terutama karena sederet tuntutan sepihak dari Moskow yang dinilai “tidak masuk akal”, termasuk permintaan agar Ukraina menarik seluruh pasukannya dari wilayah timur.

Tak hanya itu, Rusia juga menolak untuk menyerahkan memorandum perdamaian yang sebelumnya dijanjikan dalam forum internasional. Situasi ini semakin menegaskan bahwa jalur diplomasi saat ini berada di titik kritis, dengan kedua pihak saling menunggu langkah nyata satu sama lain.

Peran PKT dalam Penghindaran Sanksi: 80% Hambatan Bersumber dari Tiongkok

Pada pekan yang sama, media-media Jerman melansir laporan eksklusif yang mengutip dokumen internal Uni Eropa. Dalam dokumen tersebut disebutkan bahwa 80% hambatan terbesar Uni Eropa dalam menerapkan sanksi ekonomi terhadap Rusia justru berasal dari peran PKT. 

Seorang pejabat tinggi UE menegaskan: “Tiongkok harus bertanggung jawab atas sekitar 80% upaya Rusia untuk menghindari sanksi ekonomi Barat.”

Fakta ini diperkuat dengan data tahun lalu, ketika Uni Eropa sempat menjatuhkan sanksi tambahan kepada tujuh entitas dan individu asal Tiongkok yang diduga kuat terlibat dalam penyelundupan peralatan militer ke Rusia. Namun sejumlah pengamat percaya, skala bantuan PKT kepada Rusia jauh melampaui apa yang tercatat secara resmi.

AS Perkuat Pertahanan di Baltik dan Skandinavia, NATO Siaga Penuh

Dinamika yang makin panas di kawasan Eropa Timur ini juga mendorong Amerika Serikat untuk memperkuat kehadiran militernya di negara-negara Baltik dan Skandinavia. Menurut laporan Wall Street Journal, Pentagon telah diam-diam meningkatkan kesiapan tempur NATO di sepanjang perbatasan—langkah yang disebut sebagai antisipasi terhadap potensi invasi Rusia yang semakin terbuka.

Sumber internal menyebutkan bahwa latihan militer bersama, penempatan sistem pertahanan udara, serta pengiriman pasukan tambahan terus dilakukan secara bertahap. Upaya ini diambil sebagai bentuk dukungan nyata terhadap negara-negara sekutu yang merasa semakin terancam oleh agresi Moskow.

Pandangan Analis: Perang Berkepanjangan Tanpa Kejelasan Solusi

Jurnalis senior VOA, Shi Tou, dalam ulasan terbarunya menyebut bahwa keberanian Putin melanjutkan perang tak lepas dari sikap ambigu banyak negara Eropa dan masih langgengnya hubungan dagang sejumlah perusahaan dengan Rusia. 

“Perang ini benar-benar terjadi di tanah Eropa, dan sekarang Eropa harus berani mengambil sikap lebih tegas. Mereka sudah mulai mengecam PKT, tapi jika hubungan ekonomi dengan Rusia tidak sepenuhnya diputus dan tekanan ke PKT tidak dimaksimalkan, perang ini tak akan pernah berakhir—semua pihak bisa jatuh bersama ke jurang konflik yang lebih besar,” katanya.

Penutup: Jalan Terjal Menuju Perdamaian

Kondisi di Ukraina dan kawasan sekitarnya kini memasuki babak baru yang semakin kompleks. Dengan peran aktif PKT dalam mendukung industri militer Rusia, kebuntuan diplomasi di jalur perundingan damai, serta meningkatnya kesiagaan militer negara-negara Barat, dunia menanti apakah para pemimpin global mampu menemukan solusi nyata sebelum krisis ini berkembang ke skala yang lebih luas dan tak terkendali.

FOKUS DUNIA

NEWS