Aturan “Nol-COVID” Kembali Diterapkan ? Sekolah di Banyak Daerah di Tiongkok Dilaporkan Isolasi Siswa

Setelah lonjakan baru kasus COVID-19 di Tiongkok, para pakar yang dikendalikan pemerintahan Partai Komunis Tiongkok (PKT) segera menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu panik. Namun, laporan terbaru menunjukkan bahwa beberapa sekolah di Guangzhou, Shaanxi, dan Jiangsu meminta siswa untuk menghentikan kegiatan belajar atau menjalani isolasi mandiri di rumah. Karena pemerintah PKT terus menyembunyikan kebenaran tentang wabah, masyarakat khawatir bahwa kebijakan “zero-COVID dinamis” mungkin akan diterapkan kembali.

EtIndonesia. Awal Mei lalu, pemerintah PKT secara tidak biasa mengakui bahwa penyebaran COVID-19 di dalam negeri sedang meningkat. Namun menurut Dr. Li Tongzeng, kepala Departemen Penyakit Menular di Rumah Sakit You’an Beijing (affiliasi Universitas Kedokteran Ibu Kota), gelombang puncak wabah kali ini sebenarnya telah dimulai sejak Maret.

 “Sebenarnya gelombang kecil COVID-19 ini sudah mulai sejak Maret tahun ini. Di beberapa provinsi di utara, puncaknya telah tercapai pada  Maret dan April,” ujar Dr. Li Tongzeng. 

Warga mengatakan kepada NTDTV bahwa karena penyebaran virus yang cepat, jumlah infeksi meningkat tajam. Dalam banyak kasus, seluruh anggota keluarga terinfeksi, dan rumah sakit serta klinik di kota-kota besar di seluruh negeri penuh sesak. Jumlah kematian mendadak juga sangat tinggi, tidak memandang usia.

Mr. Luo dari Kota Changzhi, Provinsi Shanxi mengatakan:  “Keluarga saya — istri saya, putri saya, menantu saya, dan cucu perempuan saya — semuanya sudah terinfeksi.”

Mr. Tao dari Kota Jilin mengatakan:  “Banyak yang meninggal. Dalam dua hari ini, tiga atau empat orang. Tidak tahu penyebabnya. Ada yang tua, ada juga yang muda. Biasanya mereka sehat, tiba-tiba saja meninggal.”

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, varian yang saat ini dominan adalah XDV dan subvariannya NB.1.8.1. Dilaporkan bahwa varian NB.1.8.1 memiliki kemampuan lolos dari kekebalan tubuh yang sangat tinggi, dan tingkat penularannya lebih kuat dibanding varian sebelumnya.

Pada 26 Mei, di platform media sosial luar negeri X, beredar sebuah surat pemberitahuan isolasi rumah dari sebuah SD di Guangzhou yang ditujukan kepada orang tua murid. Surat itu menyatakan bahwa seorang siswa kelas 3 yang terinfeksi COVID-19 diwajibkan isolasi selama 7 hari. Setelah masa isolasi, siswa hanya boleh kembali ke sekolah dengan surat keterangan kesehatan dari klinik atau pusat layanan kesehatan masyarakat.

Selain itu, sekolah-sekolah di Shaanxi dan Jiangsu juga menghentikan kegiatan belajar di kelas setelah sejumlah siswa mengalami demam. Masyarakat mulai khawatir bahwa kebijakan “Zero-COVID dinamis” ala Partai Komunis Tiongkok akan kembali diberlakukan.

Meski demikian, Akademisi Zhong Nanshan, saat diwawancarai di Guangzhou, menyatakan bahwa gelombang infeksi COVID-19 saat ini “secara umum dapat dicegah dan dikendalikan.”

Namun demikian, Dr. Lin Xiaoxu, pakar virologi asal Amerika Serikat, mengatakan:  “Zhong Nanshan berbicara sekarang demi kepentingan politik, sebagai bagian dari stabilitas politik. Sejak 2023, terus bermunculan varian baru yang menggantikan varian lama.”

Ia juga mengatakan : “Varian NB.1.8.1 kali ini menggantikan varian seperti JN.1, karena tingkat penularannya lebih tinggi. Kini juga ada bukti bahwa varian ini memiliki kemampuan lolos dari kekebalan tubuh hingga 1,8 kali lebih tinggi dari varian sebelumnya. Artinya, antibodi yang dimiliki tubuh manusia lebih sulit mengenali dan melawan virus ini, sehingga tentu saja varian ini lebih berbahaya.”

Seiring dengan peningkatan kasus COVID-19 di Tiongkok, virus telah mulai menyebar ke negara-negara Asia dan kawasan internasional. Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan menyatakan bahwa puncak penyebaran diperkirakan akan terjadi akhir Juni hingga awal Juli, bertepatan dengan libur musim panas, dengan jumlah kunjungan mingguan ke rumah sakit diperkirakan meningkat menjadi 200.000 orang.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) juga mengkonfirmasi bahwa varian ini telah muncul di berbagai wilayah termasuk New York. Meski jumlah kasus masih rendah, sulit untuk melacak penyebarannya secara menyeluruh. 

Data dari pemeriksaan di bandara menunjukkan bahwa varian NB.1.8.1 telah menyebar ke banyak negara, termasuk Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Prancis, Thailand, Belanda, Spanyol, Vietnam, dan Taiwan, yang menandakan virus ini telah menyebar secara global. (Hui)

Laporan oleh jurnalis NTDTV: Tang Rui dan Xiong Bin

FOKUS DUNIA

NEWS