EtIndonesia. Pada tahun 2018, sebuah film dokumenter berjudul The Devil We Know dirilis dan segera mengguncang dunia. Film ini membongkar rahasia mengejutkan yang tersembunyi di balik produksi wajan anti-lengket, rahasia yang sudah disembunyikan selama lebih dari setengah abad.
Pada tahun 1980, seorang bayi bernama Bucky lahir di sebuah rumah sakit di Amerika Serikat. Namun, penampilannya membuat semua orang di ruang bersalin terkejut dan ketakutan—hidungnya hanya tumbuh separuh, satu kelopak matanya bergerigi, dan pupil mata lainnya berbentuk seperti lubang kunci. Dia bahkan tidak dapat bernapas dengan normal.
Ibunya diliputi rasa takut yang luar biasa, tetapi dia tidak menyerah. Dia bertekad untuk menyelamatkan anaknya dengan segala cara. Sejak kecil, Bucky menjalani berbagai operasi, menahan rasa sakit yang hebat dan pandangan aneh dari orang-orang di sekitarnya.
Di dekat tempat tinggal keluarga Bucky, sebuah peternakan juga mengalami serangkaian kejadian aneh. Pemiliknya, seorang pria bernama Tennant, mulai memperhatikan bahwa ikan-ikan di sungai dan rusa-rusa di sekitar mulai mati secara misterius dalam jumlah besar. Bahkan sapi-sapi di peternakan itu mengalami kelainan fisik: ada yang kukunya berubah bentuk, matanya memerah, atau punggungnya melengkung tidak normal. Tidak hanya itu, satu demi satu sapi-sapi itu mati, hingga total mencapai lebih dari 150 ekor.
Seorang pria lain bernama Ken Wamsley, seorang pensiunan, didiagnosis menderita kanker. Dia harus menjalani pengangkatan seluruh bagian rektum dan sebagian besar usus besarnya. Teman-teman kerjanya juga banyak yang divonis menderita leukemia atau kanker, dan mereka meninggal dunia di usia 40 hingga 50-an.
Penyebab dari semua bencana ini ternyata adalah perusahaan kimia besar DuPont.
Melalui penyelidikan, diketahui bahwa dalam proses produksi wajan anti-lengket, DuPont menambahkan zat kimia PFOS dan PFOA ke dalam lapisan Teflon sebagai agen aktif. PFOA adalah zat yang telah diidentifikasi sebagai karsinogen (pemicu kanker) dan dikaitkan erat dengan kanker pankreas, kanker testis, dan kanker hati.
Meskipun mereka tahu bahwa PFOA bersifat karsinogenik, DuPont tetap menggunakannya demi mengejar keuntungan. Parahnya, perusahaan ini bahkan secara aktif menutupi fakta tersebut dan terus mengklaim bahwa PFOA tidak berbahaya, dengan berbagai cara untuk menipu publik.
Setelah kebenaran terbongkar, DuPont menuai kecaman keras dari masyarakat dan komunitas internasional. Sejak saat itu, banyak negara di seluruh dunia mulai melarang penggunaan PFOA.
Sejak insiden ini mencuat, banyak orang yang secara spontan mengaitkan wajan anti-lengket dengan risiko kanker.
Apakah Wajan Anti-Lengket Saat Ini Masih Berisiko Menyebabkan Kanker?
Dulu, risiko kanker dari wajan anti-lengket memang nyata karena DuPont secara ilegal menambahkan PFOA demi keuntungan bisnis. Namun, saat ini wajan anti-lengket pada umumnya sudah aman dan tidak lagi mengandung PFOA, selama diproduksi sesuai standar nasional yang berlaku, maka tidak akan membahayakan kesehatan.
Lapisan anti-lengket yang digunakan disebut Teflon, sebuah polimer sintetis yang dibuat dari monomer tetrafluoroetilena. Teflon sangat tahan panas, tahan dingin, anti-asam dan anti-basa, serta hampir tidak dapat dikorosi oleh zat apa pun—itulah mengapa dia dijuluki sebagai “raja plastik”.
Namun, apakah Teflon itu sendiri beracun? Jawabannya tergantung pada proses produksinya. Teflon murni sebenarnya tidak beracun. Masalah muncul jika produsen nakal secara ilegal menggunakan PFOA dalam proses pembuatannya. Inilah yang membuat Teflon dicap sebagai penyebab kanker.
Apakah Lapisan Wajan Anti-Lengket Akan Menghasilkan Zat Beracun Saat Dipanaskan?
Dalam sebuah eksperimen, para peneliti mengikis sebagian kecil lapisan Teflon dari sebuah wajan anti-lengket dan menempatkannya dalam alat analisis termal selama satu jam. Hasilnya menunjukkan bahwa Teflon mulai terurai ketika suhu mencapai 300℃. Pada suhu yang berbeda, produk hasil penguraiannya pun berbeda, begitu juga tingkat toksisitasnya.
Semakin tinggi suhu, semakin besar kerusakan yang terjadi. Ketika Teflon benar-benar terurai, maka tingkat toksisitasnya mencapai puncak. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, saat kita memasak, suhu wajan umumnya hanya mencapai sekitar 120℃.
Ketika minyak goreng mulai mengeluarkan asap, itu artinya suhunya telah mencapai titik asap (sekitar 200℃). Pada suhu hampir 300℃, asap yang keluar sangat menyengat, dan minyak itu sendiri pun bisa terurai dan menghasilkan zat berbahaya.
Dengan kata lain, dalam kondisi penggunaan normal di dapur rumah tangga, suhu wajan tidak akan cukup tinggi untuk membuat Teflon terurai dan mengeluarkan zat beracun. Maka dari itu, kita tidak perlu terlalu khawatir saat menggunakan wajan anti-lengket dengan benar.
Jika Lapisan Wajan Anti-Lengket Mengelupas, Masih Amankah Digunakan?
Para ahli menjelaskan bahwa Teflon memiliki stabilitas yang cukup baik. Jika tanpa sengaja sedikit lapisan Teflon tertelan, tubuh kita akan dapat mengeluarkannya secara utuh melalui sistem pencernaan tanpa menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan.
Namun demikian, untuk mencegah risiko tertelan terlalu banyak partikel lapisan, jika Anda melihat lapisan Teflon pada wajan sudah banyak yang mengelupas, sangat disarankan untuk segera berhenti menggunakannya dan mengganti dengan wajan anti-lengket yang baru.
Kesimpulan:
Wajan anti-lengket modern yang diproduksi sesuai standar nasional kini pada dasarnya aman digunakan. Meski begitu, penting untuk tetap berhati-hati terhadap produk abal-abal yang mungkin menggunakan bahan kimia berbahaya. Gunakan wajan dengan benar dan ganti jika sudah rusak untuk menjaga kesehatan keluarga Anda. (jhn/yn)