Langkah Besar dari Departemen Luar Negeri AS :  Visa Mahasiswa Tiongkok yang Terafiliasi dengan Partai Komunis Dicabut

EtIndonesia. Pemerintahan Trump pada Selasa (27/5/2025) memerintahkan semua kedutaan besar AS di seluruh dunia untuk menangguhkan wawancara visa mahasiswa. Kemudian pada  Rabu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengambil langkah besar dengan mengumumkan bahwa pemerintah akan mulai mencabut visa mahasiswa asal Tiongkok. Apa alasan di balik keputusan ini? Dan bagaimana sebaiknya mahasiswa Tiongkok menyikapinya? Berikut pendapat para ahli.

“Amerika Serikat tidak akan mentoleransi Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang memanfaatkan universitas-universitas AS untuk mencuri riset, kekayaan intelektual, atau teknologi guna memperkuat kekuatan militer, melakukan spionase, atau menekan suara-suara oposisi,” kata Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce. 

Pada Rabu (28 Mei), Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengatakan bahwa Amerika akan mulai mencabut visa mahasiswa asal Tiongkok, terutama mereka yang memiliki keterkaitan dengan rezim PKT atau yang sedang menempuh pendidikan di bidang-bidang strategis.

Dalam pernyataan yang sama, Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa mereka akan bekerja sama dengan Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) untuk menjalankan kebijakan ini secara agresif.

Wang Zhiyuan, Ketua Pusat Pengunduran Diri dari PKT dan  The World Organisation to Investigate the Persecution of Falun Gong (WOIPFG) mengatakan “Masyarakat Barat, yang diwakili oleh AS, kini semakin menyadari sifat jahat dari PKT serta tingkat kerusakan yang ditimbulkannya melalui infiltrasi ke luar negeri. Jadi wajar jika AS kini bergerak dari respons ekonomi ke langkah politik.”

FBI sebelumnya telah memperingatkan bahwa PKT menggunakan mahasiswa yang belajar di AS untuk mencuri kekayaan intelektual di bidang teknologi, teknik, dan matematika. Laporan dari Komisi Masalah Pencurian Kekayaan Intelektual AS memperkirakan bahwa tindakan pencurian oleh PKT telah merugikan ekonomi AS sekitar 600 miliar dolar AS.

Li Hengqing, ekonom dari Institut Informasi dan Strategi Washington, mengatakan: “Sebagian dari mereka melakukannya secara sadar atau tidak sadar, tidak semuanya adalah mata-mata, tapi ada juga yang menyamar sebagai peneliti tamu atau mahasiswa, lalu masuk ke AS. Itulah sebabnya Trump mengatakan bahwa akar masalah ini harus dipotong.”

Wang Zhiyuan menambahkan: “Banyak mahasiswa sebenarnya telah ditipu atau dipaksa oleh PKT untuk melakukan hal-hal yang merugikan AS dan komunitas internasional. Maka dari itu, langkah ini diambil AS karena tidak ada pilihan lain.”

Menurut laporan gabungan dari Biro Pendidikan dan Urusan Budaya Departemen Luar Negeri AS serta Institut Pendidikan Internasional, pada tahun akademik 2023–2024 terdapat sekitar 230.000 mahasiswa asal Tiongkok yang sedang belajar di Amerika Serikat.

Pada Rabu lalu, Departemen Luar Negeri AS juga menyatakan bahwa mereka akan mengubah standar pemberian visa dan memperketat pemeriksaan terhadap semua permohonan visa dari Tiongkok dan Hong Kong.

Li Hengqing mengimbau para mahasiswa asal Tiongkok yang kini berada di AS agar menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh PKT.

Li menyatakan: “Bagi mereka yang sudah berada di luar negeri, saya menyarankan untuk meninjau kembali perilaku dan pemahaman mereka di masa lalu. Renungkan kembali iman, nilai, dan tujuan hidup Anda. Anda sudah berada di negara yang bebas dan demokratis, maka sudah seharusnya Anda berintegrasi dengan masyarakat Amerika, bukan menjadi alat bagi PKT.” (Hui)

Laporan oleh Tang Rui dan koresponden khusus Luo Ya, New Tang Dynasty Television (NTD), Amerika Serikat

FOKUS DUNIA

NEWS