Putin Jadikan Kemenangan Militer sebagai Tawaran Damai, Trump Beri Ultimatum Terakhir

EtIndonesia. Menghadapi eskalasi konflik Rusia-Ukraina yang terus meningkat, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah memberikan batas waktu terakhir kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membuktikan keseriusannya dalam mengakhiri perang. Menurut sumber yang mengetahui situasi, Rusia berupaya menggunakan kemenangan militer sebagai landasan untuk mencapai kesepakatan damai yang diinginkan Putin — termasuk syarat bahwa Barat harus menghentikan ekspansi NATO ke timur dan mencabut sebagian sanksi terhadap Moskow.

Presiden AS Donald Trump berkata ; “Saat ini, kami sedang berkomunikasi dengan Presiden Putin.”

Seorang wartawan bertanya: “Apakah Anda masih percaya bahwa Putin benar-benar ingin mengakhiri perang?”

Trump menjawab: “Saya tidak bisa memberitahu Anda sekarang, tetapi saya akan memberitahu Anda dalam sekitar dua minggu. Jawabannya akan segera terungkap.”

Pada  Rabu (28 Mei), Trump menyampaikan di Oval Office bahwa Putin mungkin sengaja menunda proses perdamaian. Ia memberikan waktu dua minggu kepada Putin untuk menunjukkan itikad baik terhadap gencatan senjata. Trump juga menekankan bahwa ia sangat kecewa dengan serangan militer Rusia terhadap Ukraina yang terus berlanjut di tengah upaya pembicaraan damai.

Trump menegaskan: “Saya sangat kecewa dengan apa yang terjadi dalam beberapa malam terakhir — ada orang-orang yang terbunuh saat proses ‘perdamaian’ sedang berlangsung. Saya sungguh kecewa.”

Sementara itu, Kremlin menyatakan bahwa tidak ada rencana pertemuan antara Putin dan Trump saat ini. 

Pada Kamis (29 Mei), militer Rusia kembali melancarkan serangan drone terhadap wilayah Sumy, yang berada di perbatasan Rusia-Ukraina. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya satu orang dan melukai satu lainnya. Ukraina memperingatkan bahwa Rusia telah mengerahkan sekitar 50.000 tentara di dekat perbatasan Sumy, dan diduga ingin menciptakan zona penyangga selebar 10 km.

Dalam perkembangan diplomatik, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada hari Kamis mengatakan bahwa Kyiv belum menerima memorandum janji dari Rusia, yang seharusnya merinci kerangka kerja kesepakatan damai, termasuk waktu gencatan senjata.

Zelensky menyatakan: “Ukraina tidak menerima apa pun. Mitra kami juga tidak menerima. Bahkan Turki, sebagai tuan rumah pertemuan pertama, tidak menerima agenda baru apa pun.”

Sehari sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengusulkan putaran kedua pertemuan langsung dengan Ukraina pada 2 Juni di Istanbul, dan mengindikasikan bahwa Rusia akan menyerahkan memorandum yang merinci posisi mereka untuk menyelesaikan akar konflik.

Menurut informasi yang diterima Reuters, syarat-syarat Putin untuk mengakhiri perang Ukraina meliputi:

  1. Komitmen tertulis dari para pemimpin Barat untuk menghentikan ekspansi NATO ke arah timur.
  2. Pencabutan sebagian sanksi terhadap Rusia.

Sumber tersebut juga mengungkapkan bahwa jika Putin menyadari tidak dapat mencapai kesepakatan damai sesuai kehendaknya, ia akan mencoba meraih kemenangan militer untuk menyampaikan pesan kepada rakyat Ukraina dan Eropa bahwa “perdamaian besok akan jauh lebih menyakitkan”.

Juru bicara Gedung Putih, Levitt, pada Kamis mengatakan bahwa Trump berharap kedua belah pihak dapat bertemu langsung minggu depan.

Levitt menyampaikan: “Kami yakin pertemuan ini akan terlaksana. Presiden mendorong dan mendesak kedua belah pihak untuk mengadakan pertemuan dan melakukan negosiasi langsung.”

Hingga saat ini, pemerintah Ukraina belum menyatakan kesediaannya untuk mengikuti putaran baru perundingan dengan Rusia. (Hui)

Laporan oleh Yi Jing, reporter New Tang Dynasty Television (NTD).

FOKUS DUNIA

NEWS