EtIndonesia. Nasib sering kali seperti mempermainkan manusia. “Sang Legenda Kungfu” Bruce Lee meninggal secara tiba-tiba pada tahun 1973 saat syuting film Game of Death, di kediaman aktris Betty Ting Pei, dalam usia 33 tahun. Dua puluh tahun kemudian, putranya, Brandon Lee, juga kehilangan nyawa saat syuting film The Crow, tertembak oleh pistol properti yang secara tragis melepaskan peluru sungguhan. Dia wafat dalam usia 28 tahun. Apakah ini hanya kebetulan belaka, ataukah takdir yang sudah ditentukan?
Bruce Lee: Bukan Orang Tiongkok, Tapi Legenda Dunia
Banyak orang mengira Bruce Lee adalah warga negara Tiongkok. Faktanya, dia lahir di San Francisco, California, pada tahun 1940 dan berkewarganegaraan Amerika Serikat. Dia adalah aktor Asia pertama yang menembus industri film Hollywood. Film perdananya yang berjudul The Big Boss mencetak sukses luar biasa, disusul oleh film-film legendaris seperti Fist of Fury, Way of the Dragon, Enter the Dragon, dan Game of Death yang menggemparkan dunia perfilman internasional.
Bruce Lee juga memenangkan berbagai penghargaan seperti Penghargaan Teknik Terbaik di Golden Horse Awards Taiwan, Penghargaan Prestasi Seumur Hidup di Hong Kong Film Awards, dan Legendary Award dari British Media Association.
Pada tahun 1967, Bruce Lee menciptakan aliran bela diri Jeet Kune Do, dan menjadi salah satu dari 10 ahli seni bela diri terhebat sepanjang abad versi majalah Black Belt. Tokoh dunia seperti petinju legendaris Muhammad Ali dan “bapak judo Amerika” Gene LeBell memujinya sebagai master bela diri paling luar biasa di masanya. Bruce Lee menjadi simbol kungfu Tiongkok dan film aksi di mata dunia.
Namun, saat kariernya berada di puncak, Bruce Lee tiba-tiba meninggal pada 20 Juli 1973 di rumah Betty Ting Pei di Kowloon, Hong Kong. Dia meninggalkan istri Linda dan dua anak, Brandon dan Shannon Lee. Penyebab kematiannya hingga kini masih penuh tanda tanya.
Brandon Lee: Menapaki Jejak Ayahnya, Berakhir Tragis
Brandon Lee mewarisi bakat dan semangat ayahnya. Dia belajar bela diri langsung dari ibunya, Linda, dan mulai berkarier di dunia perfilman dengan tampil sebagai pemeran pengganti Bruce Lee dalam serial Kungfu: The Movie. Dia digadang-gadang akan menjadi bintang besar Hollywood berikutnya, berkat penampilannya yang gagah dan keterampilan bela dirinya yang luar biasa.
Film The Crow (1993) adalah proyek terbesar sepanjang karier Brandon, dengan anggaran mencapai 14 juta dolar AS. Namun, tragedi terjadi saat pengambilan gambar adegan tembak-menembak. Pistol properti yang digunakan ternyata melepaskan peluru sungguhan, mengenai bagian perut Brandon dan menyebabkan dia kehabisan darah hingga meninggal dunia. Dia meninggal dalam usia 28 tahun.
Tragedi ini mengejutkan dunia film. Secara prosedural, senjata properti seharusnya telah diperiksa dengan teliti sebelum digunakan. Namun entah bagaimana, satu peluru tajam berhasil lolos dan merenggut nyawa sang aktor muda. Seperti ayahnya, penyebab kematian Brandon pun masih menyisakan misteri.
Dua Kematian, Satu Garis Takdir?
Kematian Bruce Lee dan putranya, Brandon Lee di usia muda dan dalam situasi yang tak biasa menimbulkan banyak pertanyaan: Apakah ini hanya kebetulan, ataukah memang ditakdirkan demikian?
Beberapa pihak percaya bahwa kejadian tragis ini berkaitan dengan sejarah kelam dari generasi sebelumnya—khususnya ayah Bruce Lee, yaitu Lee Hoi-chuen.
Misteri Masa Lalu Sang Ayah: Karma Leluhur?
Lee Hoi-chuen, ayah Bruce Lee, berasal dari Nanhai, Tiongkok. Menurut cerita masyarakat lokal, dia dikenal sebagai sosok yang kejam dan pernah terlibat dalam kasus penculikan anak-anak. Konon, dalam salah satu kasus, dia menculik lima anak dari keluarga kaya dan meminta tebusan. Namun, karena hanya satu anak yang ditebus, empat sisanya dibunuh.
Seorang saksi dari Desa Dungun di Nanhai, seorang wanita bernama Li Zhen, mengungkap bahwa adiknya, Li Zuolun, yang baru berusia empat tahun, juga menjadi korban penculikan dan dibunuh oleh kelompok yang melibatkan Lee Hoi-chuen.
Setelah peristiwa itu, untuk menghindari balas dendam dari keluarga korban, Lee Hoi-chuen melarikan diri ke Shunde, lalu ke Hong Kong, dan akhirnya membawa keluarganya pindah ke Amerika Serikat demi menjauh dari kekacauan Perang Dunia II dan invasi Jepang ke Tiongkok.
Hukum Karma dalam Budaya Tionghoa
Dalam budaya tradisional Tionghoa, diyakini bahwa perbuatan baik atau jahat dari leluhur akan berdampak pada generasi penerusnya. Bila leluhur menanam kebaikan, keturunannya akan menerima berkah. Sebaliknya, jika melakukan kejahatan, maka anak cucu akan menanggung akibatnya dalam bentuk penyakit, bencana, atau kesulitan hidup.
Beberapa orang beranggapan bahwa Bruce Lee meninggal muda karena terlalu memforsir diri dalam latihan dan mengejar kecepatan ekstrem. Namun, guru kungfu legendaris Ip Man, yang mengajarkan Bruce Lee seni bela diri Wing Chun sejak remaja, pernah mengatakan bahwa dari cara berjalan Bruce Lee saja, sudah terlihat bahwa dia memiliki “tanda orang berumur pendek”. Ramalan itu akhirnya terbukti benar, menambah kesan bahwa ada kekuatan karma yang bekerja di balik layar.
Jika kematian Bruce Lee disebut kebetulan, bagaimana dengan Brandon Lee yang juga meninggal dalam kecelakaan syuting yang nyaris mustahil terjadi? Dua tragedi serupa dalam satu keluarga menunjukkan bahwa mungkin ini bukanlah kebetulan semata, melainkan sebuah kepastian akibat hukum sebab-akibat.
Renungan dari Sebuah Nasib Tragis
Kisah keluarga Lee menjadi contoh yang menggugah tentang keyakinan kuno: “Apa yang ditanam, itulah yang akan dituai.” Banyak peribahasa Tionghoa yang berkaitan dengan hukum karma, seperti:
· “Perbuatan sendiri, tanggung sendiri”
· “Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, kejahatan dengan kejahatan”
· “Sebab masa lalu, akibat masa depan”
· “Hukum sebab-akibat pasti berlaku”
· “Membuat kesalahan sendiri, tak bisa diselamatkan”
Sayangnya, nilai-nilai tradisional seperti ini kian tergerus di Tiongkok daratan, di mana ideologi ateisme, materialisme, dan filsafat perjuangan kelas ditanamkan sejak kecil. Akibatnya, banyak orang tak lagi takut berbuat jahat. Tapi, bila hukum karma benar adanya, maka apa akibat yang akan ditanggung oleh mereka dan keturunan mereka?
Akhir Kata
Di tengah dunia yang penuh gejolak dan bencana, kisah tragis Bruce Lee dan Brandon Lee menjadi peringatan mendalam bahwa hidup bukan hanya tentang ketenaran atau kekuatan, melainkan juga tentang nilai moral, integritas, dan karma yang tak terlihat. Semoga kita semua senantiasa menjaga hati yang bersih dan perbuatan yang benar, demi masa depan yang lebih baik bagi diri sendiri dan generasi mendatang. (jhn/yn)