Pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT), Xi Jinping, telah menghilang dari pandangan publik selama 14 hari, memicu banyak spekulasi tentang kemungkinan masalah yang dia hadapi. Baru-baru ini, ia juga absen dari halaman depan media partai selama dua hari berturut-turut. Sementara itu, Presiden Belarus sedang melakukan kunjungan ke Beijing selama dua hari, namun belum ada laporan pertemuannya dengan Xi.
EtIndonesia. Sejak kunjungan “inspeksi” Xi Jinping ke Luoyang, Provinsi Henan, pada 20 Mei, ia tidak muncul lagi di hadapan publik selama 14 hari. Pada 2 dan 3 Juni, halaman depan harian resmi PKT, People’s Daily, tidak memuat berita tentang Xi. Sebelumnya, hampir setiap hari berita tentang Xi mendominasi halaman depan media tersebut.
Gordon Chang, pakar isu Tiongkok asal Amerika Serikat, menulis di platform X pada 3 Juni: “Menghilangnya Xi Jinping dari People’s Daily menunjukkan bahwa ia telah kehilangan kekuasaan.”
Selain itu, Kantor Berita Negara Belarus melaporkan bahwa Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, mengunjungi Tiongkok pada 2–4 Juni. Selama kunjungan ini, disebutkan akan diadakan pertemuan akrab antara Lukashenko dan Xi Jinping, termasuk pertemuan tatap muka dan diskusi informal tentang hubungan bilateral.
Namun hingga dini hari 4 Juni waktu Beijing, belum ada laporan bahwa Xi telah bertemu Lukashenko, meskipun sang presiden Belarus telah berada di Beijing selama dua hari.
Pada 3 Juni, Kantor Berita Negara Belarus melaporkan bahwa Lukashenko telah bertemu dengan perwakilan dunia usaha Tiongkok di Beijing, dan menyatakan bahwa ia akan bertemu Xi pada keesokan harinya.
Sebaliknya, media partai Tiongkok sangat minim dalam melaporkan kunjungan Lukashenko kali ini—hanya disebutkan bahwa “Presiden Belarus tiba di Beijing”, tanpa menyebut apakah akan bertemu dengan Xi. Juru bicara Kementerian Luar Negeri PKT juga bungkam soal kunjungan ini, membuat suasana semakin mencurigakan.
Belakangan ini, baik di dalam maupun luar negeri, beredar spekulasi bahwa kekuasaan Xi Jinping sedang bermasalah. Rapat rutin Politbiro PKT pada akhir Mei juga tidak diberitakan, menimbulkan dugaan bahwa rapat tersebut mungkin tidak pernah digelar.
Pengamat politik asal Tiongkok yang tinggal di Amerika Serikat, Tang Jingyuan, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa hilangnya Xi selama lebih dari 10 hari menunjukkan adanya perubahan besar di dalam elite PKT.
“Jika Xi Jinping masih dalam kondisi berkuasa secara normal, media partai pasti akan menanggapi rumor dengan memperkuat pemberitaan tentang posisi Xi, untuk menunjukkan bahwa kekuasaannya tak terganggu,” ujarnya.
Sementara itu, YouTuber asal Tiongkok yang bermukim di Kanada, Wen Zhao, menyampaikan dalam program videonya bahwa sebelum ini Xi Jinping pernah dua kali menghilang selama sekitar dua minggu. Pertama, menjelang Kongres Nasional ke-18 PKT pada tahun 2012, saat ia bersiap menjadi pemimpin. Kedua, pada akhir Juli hingga pertengahan Agustus tahun lalu, bertepatan dengan periode rapat rahasia Beidaihe—sehingga masih dianggap wajar.
Wen Zhao menambahkan, sebelum Xi menghilang kali ini, sudah banyak rumor beredar, seperti rapat Politbiro diperluas pada 14 Mei yang disebut-sebut bertujuan memaksanya turun, pidato Jenderal Zhang Youxia yang mengkritik Xi, dan kabar bahwa Hu Jintao mengeluarkan peringatan keras. Dalam situasi seperti ini, seharusnya Xi sering muncul di publik untuk menenangkan situasi. Namun, justru ia kembali menghilang selama lebih dari 10 hari, yang dianggap sangat tidak wajar.
Dalam berbagai rumor yang beredar, ada yang menyebut Xi Jinping mendadak jatuh sakit parah, bahkan ada yang mengatakan ia sedang berada dalam tahanan rumah di Luoyang. Peneliti dari Institut Riset Keamanan Nasional Taiwan, Shen Ming-shih, mengatakan kepada Epoch Times bahwa meskipun tidak dapat dipastikan bahwa Xi sedang ditahan, kemungkinan besar ketidakhadirannya terkait dengan perebutan kekuasaan antara dua faksi dalam tubuh PKT yang sedang berlangsung dan sedang dinegosiasikan. (Hui)
Sumber : NTDTV.com
Reporter: Shang Chuan | Editor: Lin Qing