Kim Jong-un Tersenyum! Lee Jae-myung Menang Telak sebagai Presiden Korea Selatan, Media Korea Utara Langsung Melaporkan Keesokan Harinya

EtIndonesia. Satu hari setelah Lee Jae-myung dari Partai Demokrat Bersatu terpilih sebagai Presiden Korea Selatan ke-21, media resmi Korea Utara pada hari Kamis (5/6) langsung melaporkan hasil pemilu tersebut. Ini merupakan kali pertama media Korea Utara secara eksplisit menyebut hasil pemilihan Presiden Korea Selatan dan secara langsung menyebut nama Lee Jae-myung, yang memicu berbagai spekulasi terkait potensi perubahan dalam hubungan antara Korea Utara dan Selatan.

Menurut laporan dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) dan surat kabar resmi Partai Buruh Korea, Rodong Sinmun, pemilu Korea Selatan digelar pada hari Selasa (3/6). Pemilu ini dipercepat menyusul pemakzulan Presiden sebelumnya, Yoon Suk-yeol, oleh parlemen akibat insiden “Darurat Militer” yang terjadi pada 3 Desember. Mahkamah Konstitusi menyatakan pemakzulan sah pada bulan April, yang kemudian memicu pemilu dini. Laporan menyebutkan bahwa Lee Jae-myung berhasil memenangkan pemilu tersebut, namun tidak memberikan komentar lebih lanjut terkait isi kampanye atau sikap kebijakan Lee.

Yang membuat perhatian publik tertuju adalah kecepatan Korea Utara dalam melaporkan hasil pemilu ini dan penyebutan langsung nama Lee Jae-myung, sebuah hal yang sangat tidak biasa. Sebelumnya, ketika kandidat dari kubu konservatif seperti Lee Myung-bak dan Park Geun-hye terpilih, media Korea Utara biasanya lambat memberikan laporan atau bahkan sama sekali tidak menyebutkan nama mereka. Sebaliknya, untuk tokoh progresif seperti Moon Jae-in, media Korea Utara menunjukkan reaksi yang jauh lebih cepat. Respons cepat terhadap kemenangan Lee kali ini dianggap sebagai sinyal bahwa Pyongyang sangat memperhatikan perubahan dalam dinamika politik Seoul.

Pada 4 Juni, Lee Jae-myung resmi dilantik sebagai Presiden, dan dalam pidato pelantikannya, dia menekankan pentingnya memulai kembali dialog dengan Korea Utara. Dia mengatakan: “Kita akan menyembuhkan luka akibat perpecahan dan perang, dan membangun masa depan yang damai dan sejahtera,” seraya menambahkan bahwa “perdamaian selalu lebih baik daripada perang.” 

Meski demikian, dia tetap menegaskan akan bersikap waspada terhadap provokasi nuklir dari Korea Utara, namun akan membuka jalur komunikasi secara aktif.

Berbeda dengan pendahulunya Yoon Suk-yeol yang dikenal bersikap keras terhadap Pyongyang, Lee Jae-myung menampilkan pendekatan yang lebih lunak. Analis dari Institut Persatuan Korea, Hong Min, menyatakan bahwa Lee tidak menetapkan prasyarat untuk memulai dialog dan secara terbuka menyatakan kesediaan untuk menyelesaikan perbedaan melalui negosiasi, yang mencerminkan “sikap berbeda terhadap Korea Utara.”

Selain perubahan kebijakan luar negeri, Lee Jae-myung juga memprioritaskan pemulihan ekonomi domestik. Dalam upacara pelantikannya di parlemen, dia mengumumkan bahwa pemerintahannya akan memperluas paket stimulus ekonomi hingga mencapai 35 triliun won Korea, untuk membantu rumah tangga dan usaha kecil-menengah yang terdampak oleh tarif internasional dan guncangan ekspor. 

Dia memperingatkan: “Bangkitnya proteksionisme dan restrukturisasi rantai pasokan merupakan ancaman nyata terhadap kelangsungan hidup kita,” dan bertekad untuk memulihkan siklus ekonomi melalui kebijakan fiskal ekspansif.

Dalam pemilu tersebut, Lee Jae-myung meraih 49,4% suara, unggul signifikan atas rival konservatifnya Kim Moon-soo yang memperoleh 41,2%. Kekalahan Kim dipengaruhi oleh perpecahan internal partai dan keberadaan kandidat ketiga yang menyedot suara konservatif. 

Usai dinyatakan menang, Lee segera bertemu dengan para petinggi militer Korea Selatan dan menegaskan pentingnya menjaga kesiapsiagaan untuk menghadapi potensi provokasi dari Korea Utara, mencerminkan upayanya menjaga keseimbangan antara pencapaian perdamaian dan menjaga keamanan nasional.(jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS