Baru-baru ini, Ukraina melancarkan serangan drone bersandi “Jaring Laba-laba” terhadap pangkalan udara Rusia, yang menyebabkan 41 pesawat militer Rusia mengalami kerusakan. Menurut badan intelijen Rusia, seorang mantan DJ berusia 37 tahun bernama Artem Tymofieiev, yang lahir di Ukraina namun menetap dan menjadi warga negara Rusia, diduga sebagai otak di balik serangan tersebut. Media Prancis melaporkan bahwa Ukraina kemungkinan terlebih dahulu merekrut istrinya yang dikenal mendukung militer Ukraina. Saat ini, keberadaan keduanya tidak diketahui.
EtIndonesia. Artem Tymofieiev, yang sebelumnya tidak dikenal publik, pertama kali disebut dalam surat perintah penangkapan yang diterbitkan sehari setelah insiden (2 Juni). Berjanggut dan memiliki alis tebal serta mata besar, fotonya kini tersebar luas di media dan internet Rusia. Ia dijuluki oleh media Rusia sebagai “serigala berbulu domba.”
Begitu informasi tentang Tymofieiev bocor, hal ini memicu kemarahan besar di kalangan petinggi Rusia. Pemerintah Kota Ust-Kut di Rusia timur sempat memposting informasi tersebut namun menghapusnya dua jam kemudian. Namun sudah terlambat, nama tersangka utama dari Moskow itu telah tersebar ke seluruh dunia.
Menurut sumber keamanan Ukraina, rencana serangan dilakukan dengan menyelundupkan drone ke wilayah Rusia terlebih dahulu dan menyembunyikannya di dalam struktur kayu di atas truk. Bagian atas struktur ini kemudian dibuka dari jarak jauh, memungkinkan drone meluncur ke sasaran serangan.
Russian media published a photo of the suspected organizer of the airfield drone attacks, claiming he’s Ukrainian. 37-year-old Artem Tymofieiev allegedly owned the trucks used to launch the drones.
— KyivPost (@KyivPost) June 2, 2025
Russian Telegram channels report that a nationwide alert has been issued for him… pic.twitter.com/yo3aPiAzDW
Pada 1 Juni, sebanyak 117 drone keluar dari truk dan menyerang pangkalan udara Rusia. Setidaknya 13 pesawat tempur Rusia rusak, dan menurut pihak Ukraina, totalnya mencapai 41 pesawat, termasuk pesawat pembom strategis Tu-95, Tu-22, serta pesawat peringatan dini A-50. Ini merupakan kekalahan paling parah dalam sejarah angkatan udara Rusia.
Karena skala operasi “Jaring Laba-laba” sangat besar dan terorganisir rapi, pihak Rusia sejak awal mencurigai adanya keterlibatan orang dalam. Intelijen Rusia menyebut bahwa Tymofieiev kemungkinan memegang peran penting dalam logistik dan komunikasi dalam serangan 1 Juni, dan menyelundupkan drone dengan metode seperti “Kuda Troya.”
Menurut laporan Central News Agency, sebelum serangan terjadi, Tymofieiev menghubungi setiap sopir truk secara terpisah untuk memberitahukan lokasi berhenti yang tepat sepanjang perjalanan. Ia juga merupakan pemilik truk-truk pengangkut drone tersebut. Para sopir yang kini ditahan semuanya memberikan pernyataan serupa: mereka mengira hanya mengangkut struktur kayu untuk bangunan rumah.
Dalam rekaman yang diambil, terlihat para sopir menghentikan truk mereka di pinggiran area target yang sepi. Ledakan kecil membuka atap bak truk, dan drone meluncur dalam kelompok berisi belasan unit menuju pangkalan strategis yang hanya berjarak beberapa ratus meter. Sistem peringatan Rusia tidak sempat merespons, menyebabkan kerugian besar dan mempermalukan militer Rusia.
Artem Tymofieiev yang kini berusia 37 tahun lahir di Ukraina, menikah dengan istrinya pada 2016 dan pindah ke Rusia, menjadi warga negara Rusia pada 2018. Dalam foto yang beredar, ia tampak bertato di lengannya dan memakai kacamata hitam. Ia dikabarkan pernah menjadi DJ, namun pada 2024 tiba-tiba terdaftar sebagai pengusaha transportasi jalan. Intelijen Ukraina disebut sudah mulai merancang serangan besar ini sejak lebih dari setahun yang lalu.
Menurut laporan Le Parisien pada 8 Juni, istri Tymofieiev, Ekaterina Tymofieiev, kemungkinan juga terlibat dalam aksi ini, dan kini menjadi target pengawasan intelijen Rusia.
Le Parisien mengungkapkan bahwa Ekaterina memiliki gelar hukum dan pernah belajar di Universitas Pertahanan Nasional Ukraina. Ia adalah ketua dari sebuah LSM yang mendukung pasukan khusus Kyiv. Pada 2019, ia bahkan sempat mencalonkan diri secara terbuka untuk posisi wakil menteri pertahanan.
Petinggi Rusia menduga bahwa agen intelijen Ukraina pertama-tama merekrut Ekaterina, lalu melalui dirinya menjalin kontak dengan Tymofieiev. Selama seminggu terakhir, keluarga mereka terus-menerus diinterogasi oleh penyelidik Rusia dan menjadi sasaran media.
Nenek Tymofieiev yang tinggal di pinggiran kota berteriak kepada wartawan dari Ria-Novosti:
“Semua orang menanyakan hal ini. Tapi kalian polisi? Saya tidak mau bicara dengan siapa pun, karena kami benar-benar tidak tahu apa-apa.”
Mungkin demi menjaga muka, pihak Moskow mengklaim bahwa tersangka telah ditangkap. Namun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa semua pelaku telah meninggalkan Rusia sehari sebelum operasi dimulai dan kini berada dalam kondisi “aman”. (Hui)
Sumber : NTDTV.com