EtIndonesia. Situasi di Los Angeles kian membara setelah gelombang kerusuhan yang dipicu protes terhadap operasi penegakan hukum Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) AS berlangsung tanpa henti selama beberapa hari terakhir. Aksi yang bermula dari demonstrasi menolak penangkapan besar-besaran imigran ilegal itu kini berubah menjadi bentrokan yang melibatkan ribuan orang, aksi pembakaran, penjarahan, hingga dugaan campur tangan asing.
Trump Ambil Langkah Ekstrem, Kerahkan Marinir dan Garda Nasional
Presiden Donald Trump langsung turun tangan dengan langkah-langkah luar biasa. Pada sore hari tanggal 9 Juni, Trump memerintahkan mobilisasi 700 personel marinir aktif ke Los Angeles—pengiriman militer ke wilayah sipil yang sangat jarang terjadi dalam sejarah Amerika. Tak hanya itu, dia juga mengizinkan penambahan 2.000 pasukan Garda Nasional untuk memperkuat barisan aparat keamanan di tengah kota yang memanas.
Tak berhenti di situ, Presiden Trump secara terbuka menyerukan penangkapan Gubernur California, Gavin Newsom, yang dianggap menghalangi operasi federal dan membangkang terhadap kebijakan pusat. Seruan keras ini segera menuai reaksi di seluruh negeri, apalagi muncul kabar bahwa tokoh serikat pekerja berpengaruh, Randy Weingarten, tengah menggalang rencana pemberontakan nasional pada 14 Juni mendatang.
Media Terbelah: Kerusuhan atau Kudeta?
Pemberitaan media semakin memperkeruh suasana. Media yang dikenal anti-Trump mengecam penggunaan peluru karet dan gas air mata oleh pemerintah federal terhadap demonstran, menyebut tindakan tersebut sebagai kekerasan berlebihan terhadap aksi damai. Sebaliknya, media pendukung Trump menegaskan, ini bukan sekadar unjuk rasa damai melainkan kerusuhan yang sudah direncanakan dan didalangi kelompok terorganisir yang ingin menggulingkan pemerintah.
Situasi di lapangan pun memperkuat narasi kerusuhan: video dan foto yang viral di media sosial menunjukkan massa menyerang aparat dengan bom molotov dan batu, membakar mobil polisi serta bendera AS, menjarah toko-toko, hingga membawa bendera Partai Komunis Tiongkok (PKT). Muncul spekulasi adanya unsur campur tangan asing di balik kekacauan ini, apalagi banyak peserta aksi didominasi laki-laki muda, bukan warga biasa yang spontan berdemo.
Pernyataan Pejabat dan Ancaman “Perang Terhadap Amerika”
Mantan pejabat CIA, Sam Faddis, dalam wawancaranya menyebut: “Mereka ingin menghancurkan negara, menghancurkan ekonomi, dan tatanan sosial. Ini bukan protes damai, ini perang terhadap Amerika.”
Pernyataan ini menggarisbawahi kekhawatiran bahwa kerusuhan Los Angeles merupakan bagian dari agenda yang lebih besar untuk mengacaukan stabilitas Amerika Serikat.
Opsi Undang-Undang Pemberontakan dan Ultimatum Presiden Trump
Sinyal keras pun datang dari Gedung Putih. Pejabat di lingkaran dalam presiden disebut tengah mempertimbangkan penerapan Undang-Undang Pemberontakan (Insurrection Act)—langkah hukum yang sangat langka, hanya dipakai saat negara menghadapi krisis besar.
Trump sendiri menyatakan siapa pun yang menghalangi operasi deportasi imigran ilegal akan dikenai tindakan hukum tegas.
“Jika ada yang meludahi personel Garda Nasional, mereka akan menerima balasan setimpal. Perilaku tidak hormat semacam ini tidak akan ditoleransi,” tegas Trump.
Pada 9 Juni, Komando Utara AS resmi mengumumkan pengerahan 700 personel marinir dari Batalyon ke-2, Resimen Marinir ke-7, Divisi Marinir ke-1 ke Los Angeles. Mereka bergabung dalam Satgas 51 bersama 2.100 anggota Garda Nasional. Seluruh personel ini sudah terlatih untuk penanganan kerusuhan dan penggunaan kekuatan secara proporsional.
Gubernur Newsom Lawan Balik, FBI dan Aparat Federal Tegas Bertindak
Gubernur Gavin Newsom menantang Menteri Perbatasan, Tom Homan untuk langsung datang menangkapnya, dan secara terbuka mengadukan pemerintah federal atas dugaan pengambilalihan wewenang Garda Nasional secara ilegal. California kini menginstruksikan seluruh kepolisian dan kantor sheriff untuk menolak bekerja sama dengan lembaga federal, bahkan jika pelaku kejahatan berat sudah tertangkap.
Direktur FBI, Kash Patel, mengingatkan: “FBI tidak butuh izin siapa pun untuk menegakkan konstitusi. Saya bertanggung jawab kepada rakyat Amerika. Los Angeles sedang dikepung kriminal. Kami akan mengembalikan hukum dan ketertiban—ini perintah, bukan permintaan.”
Dukungan pun datang dari Ketua DPR AS, Johnson, yang menyebut bahwa keterlibatan presiden sudah tepat, sesuai hak dan tanggung jawab konstitusional.
Aksi Nasional dan Ancaman Pemberontakan 14 Juni
Ketegangan bertambah setelah Senator dari Demokrat, Chris Murphy menyerukan aksi nasional menentang ICE, dan Randy Weingarten dari serikat pekerja mendorong pemberontakan besar pada 14 Juni. Associated Press melaporkan bahwa Trump sudah mengizinkan penambahan hingga 2.000 personel Garda Nasional ke Los Angeles, sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya tanpa permintaan resmi pemerintah lokal.
Brigade Infanteri ke-79 telah menurunkan 300 personel, menandai pengerahan pasukan secara sepihak oleh pemerintah federal.
Marinir AS dan Helikopter Tempur Mulai Beroperasi
Menteri Pertahanan AS sudah menempatkan seluruh marinir di California dalam status siaga penuh. Helikopter serang AH-1Z Viper milik marinir terpantau beroperasi di atas langit Los Angeles sebagai bagian dari operasi keamanan dan intimidasi bagi pelaku kerusuhan.
Tom Homan dari otoritas perbatasan mengonfirmasi lebih dari 100 tim khusus sedang menjalankan operasi rahasia di berbagai sudut Los Angeles.
“Kami akan membanjiri wilayah ini,” Homan di Fox News.
Dalam salah satu pernyataan terakhir kepada media, Trump mengatakan: “Saya tidak ingin perang saudara. Kalau diserahkan pada Newsom, baru akan terjadi perang saudara. Saya sebenarnya tak pernah punya masalah dengannya, tapi dia benar-benar tidak kompeten.”
Polisi Los Angeles kini telah berstatus siaga penuh, dengan seluruh personel dikerahkan untuk menjaga kemungkinan terburuk saat malam tiba.
Penutup: Amerika Serikat di Persimpangan Jalan
Gelombang kerusuhan di Los Angeles ini menjadi ujian besar bagi persatuan nasional Amerika, sekaligus menandai babak baru dalam tarik-menarik kekuasaan antara pemerintah federal dan negara bagian California. Apakah langkah keras Trump mampu mengembalikan ketertiban, atau justru memicu konflik lebih besar? Masyarakat Amerika dan dunia internasional menunggu dengan cemas bagaimana babak berikutnya akan terungkap.