Film dokumenter ini dijadwalkan tayang perdana akhir Juni ini di Belanda, Swedia, dan Prancis.
EtIndonesia. Sebuah film dokumenter yang mengungkap kenyataan mengerikan tentang praktik pengambilan organ secara paksa di Tiongkok kembali meraih penghargaan, karena dinilai berhasil menyoroti pelanggaran hak asasi manusia luar biasa yang dilegalkan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT).
“State Organs: Unmasking Transplant Abuse in China” mengikuti perjalanan menyayat hati dua keluarga selama lebih dari 20 tahun saat mereka mencari anggota keluarga mereka yang hilang secara misterius di Tiongkok pada awal 2000-an. Dalam pencarian tersebut, mereka mengungkap kengerian operasi pengambilan organ yang dijalankan negara dan menargetkan orang-orang tak bersalah.
Film dokumenter ini, disutradarai oleh Raymond Zhang — peraih penghargaan Peabody — baru-baru ini mendapat pengakuan sebagai “Pencapaian Luar Biasa” untuk Humanitarian Award 2024 dari Accolade Global Film Competition, sebuah ajang kompetisi film virtual global yang didirikan pada tahun 2003.
Penghargaan ini diberikan setiap tahun kepada para pembuat film yang “berkomitmen untuk membawa perubahan positif di dunia” dan menceritakan kisah mereka dengan “kemampuan sinematik yang luar biasa,” menurut situs resmi Accolade.
“Setelah Perang Dunia II, orang-orang terus berkata, ‘Tidak akan terjadi lagi, tidak akan pernah lagi.’ Namun kini, hal itu terjadi lagi dan masih terus terjadi saat ini,” ujar Zhang dalam pernyataan tertanggal 7 Juni terkait penghargaan terbaru yang diterima filmnya.
“Perbedaannya adalah, hari ini, saat kita masih memiliki waktu untuk menghentikan bentuk baru genosida ini, kita masih punya kesempatan untuk mengubah arah sejarah yang sedang berlangsung.”
Ia menyatakan bahwa jika penonton dapat membagikan apa yang mereka lihat dan dengar dalam dokumenter ini kepada keluarga, teman, dan para pembuat kebijakan, “bersama-sama kita bisa mengubah Tiongkok menjadi negara yang lebih aman dan menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik.”
Pihak Accolade menyebut film ini sebagai “film dokumenter yang kuat” dan “kesaksian yang menggugah tentang martabat manusia serta pentingnya menghadapi kekejaman besar ini dengan segera.”
“Lewat wawancara yang intim, rekaman langka, dan alur cerita yang menggugah, film ini memberikan suara kepada mereka yang dibungkam dan dilupakan, serta menangkap rasa sakit, keteguhan, dan keberanian keluarga-keluarga yang berjuang demi keadilan,” tulis Accolade di situs webnya saat mengumumkan para pemenang Penghargaan Kemanusiaan.
Pengambilan organ secara paksa adalah praktik di mana organ tubuh seseorang diambil tanpa persetujuan mereka. Pada tahun 2019, panel independen Tribunal Tiongkok di London menyimpulkan bahwa rezim Tiongkok telah melakukan pengambilan organ dari para tahanan hati nurani selama bertahun-tahun “dalam skala besar,” dengan para praktisi Falun Gong sebagai korban utama.
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah sebuah latihan spiritual yang terdiri dari gerakan meditasi dan ajaran yang berlandaskan prinsip Sejati, Baik, Sabar. Sebelum Partai Komunis Tiongkok melancarkan penganiayaan terhadap kelompok ini pada tahun 1999, Falun Gong sangat populer di Tiongkok, dengan perkiraan resmi menyebutkan bahwa setidaknya 70 juta orang telah mempraktikkannya sejak diperkenalkan ke publik oleh Master Li Hongzhi pada tahun 1992.
Penganiayaan terhadap Falun Gong masih terus berlangsung hingga hari ini. Menurut data dari Falun Dafa Information Center, jutaan orang telah ditahan di penjara, kamp kerja paksa, dan berbagai fasilitas lainnya; lebih dari 100.000 orang telah disiksa atau mengalami kekerasan selama dalam tahanan; dan ribuan meninggal dunia akibat penyiksaan.
“State Organs” sebelumnya telah memenangkan penghargaan Sutradara Terbaik dan Skor Musik Terbaik dalam kategori dokumenter panjang di Leo Awards 2023, serta Dokumenter Hak Asasi Manusia Terbaik di Manhattan Film Festival 2024. Pada Maret 2024, Accolade juga menganugerahkan film ini dengan Award of Excellence.
Sejak tahun lalu, film dokumenter ini mendapat sambutan positif dari penonton setelah ditayangkan di Taiwan, Jepang, Korea Selatan, San Francisco, dan New York City.
Evalyn Chen, seorang legislator dari Kota New Taipei, Taiwan, menyebut praktik pengambilan organ secara paksa oleh rezim Tiongkok sebagai “pembunuhan” dan “tantangan terhadap seluruh umat manusia,” usai menonton dokumenter ini dalam sebuah acara pemutaran di Taipei, menurut unggahan Facebook-nya pada 7 Juni.
Chen menyerukan agar warga Taiwan tidak bepergian ke Tiongkok untuk menjalani transplantasi organ.
“Demokrasi dan kebebasan Taiwan tidak boleh digunakan untuk memutihkan kejahatan rezim totaliter, dan pulau ini tidak boleh dijadikan gerbang bagi pasar gelap organ,” tulisnya.
Film dokumenter ini dijadwalkan tayang perdana akhir Juni ini di Belanda, Swedia, dan Prancis. (asr)
Sumber : Theepochtimes.com