EtIndonesia. Kota Los Angeles kembali menjadi sorotan dunia setelah kerusuhan berkepanjangan yang tak kunjung reda. Presiden Donald Trump mengambil langkah ekstrem dengan menggandakan jumlah pasukan Garda Nasional di kota ini. Pada saat yang sama, jalanan Los Angeles masih dipenuhi api besar sisa aksi brutal para perusuh yang berlangsung hingga dini hari, menandakan betapa seriusnya eskalasi situasi di kota terbesar kedua di Amerika Serikat ini.
Penguatan Pasukan dan Penurunan Marinir AS
Pada 9 Juni, di tengah meningkatnya kekacauan dan kekerasan, Presiden Trump memutuskan untuk menaikkan jumlah personel Garda Nasional di Los Angeles dari 2.000 menjadi 4.000 orang. Ini menjadi salah satu mobilisasi terbesar dalam beberapa dekade terakhir. Tak hanya itu, untuk pertama kalinya dalam krisis ini, 700 personel pasukan reguler Marinir AS juga dikerahkan secara darurat untuk membantu menjaga stabilitas dan keamanan kota. Sejumlah saksi mata melaporkan, setidaknya lebih dari 12 kendaraan militer penuh dengan Marinir terlihat meninggalkan pangkalan militer menuju pusat kerusuhan pada malam hari.
Langkah luar biasa ini menimbulkan pertanyaan di masyarakat: “Mengapa harus mengerahkan pasukan reguler, padahal sudah ada ribuan Garda Nasional di lokasi?”
Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa situasi terus memburuk, dan kekuatan pengamanan yang ada tampaknya belum cukup untuk menahan laju kerusuhan dan aksi kriminal.
Gelombang Penjarahan Terorganisir
Sejak awal pecahnya kerusuhan, berbagai kelompok mulai memanfaatkan situasi dengan melakukan penjarahan di pusat kota. Toko Adidas menjadi salah satu korban pertama penjarahan massal. Ironisnya, para pelaku penjarahan secara terbuka membagikan aksi mereka di media sosial, bahkan mengklaim bahwa aksi tersebut sebagai bentuk protes terhadap kebijakan Imigrasi Amerika Serikat (ICE). Tak tanggung-tanggung, mereka mengancam akan terus melakukan kerusuhan selama ICE masih beroperasi di wilayah Los Angeles.
Direktur ICE, Tom Homan, yang dijuluki “Tsar Perbatasan”, secara tegas mengecam para perusuh dan kota-kota sanctuary di California yang dianggap memfasilitasi imigran ilegal. Homan menegaskan, operasi ICE di komunitas-komunitas Los Angeles dilakukan demi penegakan hukum dan keamanan nasional.
Tak lama berselang, Apple Store di pusat Los Angeles juga dijarah. Hampir seluruh pelaku terlihat mengenakan masker penutup wajah. Pola ini menandakan aksi penjarahan kali ini sangat terorganisir dan sulit diidentifikasi oleh aparat penegak hukum.
Fenomena Masker Bionik dalam Kerusuhan
Salah satu fenomena menarik dari kerusuhan kali ini adalah penggunaan masker bionik oleh para perusuh. Dari hasil pantauan media di lapangan, masker canggih bertuliskan “Bionic Shield” itu mampu melindungi pemakainya dari gas air mata dan menyamarkan identitas. Masker tersebut bahkan dibagikan secara massal dari truk-truk di tengah kerumunan, dengan harga pasar sekitar 60 dolar AS per buah, namun diberikan secara gratis kepada perusuh. Hal ini memunculkan dugaan kuat adanya sponsor dan organisasi besar di balik kerusuhan.
Respons Trump dan Penangkapan Para Pelaku
Menanggapi situasi yang semakin memburuk, Presiden Trump melalui akun media sosialnya menyatakan bahwa jika dia tidak mengerahkan pasukan ke Los Angeles selama tiga malam terakhir, kota yang indah tersebut sudah “menjadi abu” — merujuk pada sejarah kebakaran besar yang pernah melanda Los Angeles. Dia juga mengkritik keras gubernur dan wali kota Los Angeles atas lambannya penanganan kerusuhan dan rekonstruksi kota setelah bencana sebelumnya.
Upaya penegakan hukum mulai membuahkan hasil. FBI bergerak cepat setelah identitas salah satu perusuh yang melempar batu ke mobil petugas federal berhasil terungkap. Pelaku bernama Rayner, warga Compton, California, kini masuk daftar buronan. FBI menawarkan hadiah 50.000 dolar AS bagi siapa pun yang bisa membantu penangkapan Rayner. Otoritas federal menegaskan, penangkapan Rayner baru permulaan, dan penyelidikan akan terus berlanjut untuk membongkar jaringan perusuh di balik gelombang kerusuhan ini.
Landasan Hukum dan Preseden Sejarah
Langkah Presiden Trump untuk mengerahkan Garda Nasional dan Marinir ke Los Angeles memiliki dasar hukum yang kuat, yaitu Undang-Undang Pemberontakan AS. Langkah serupa pernah dilakukan pada tahun 1992 ketika kerusuhan besar pecah akibat vonis bebas empat polisi yang memukuli Rodney King, seorang warga kulit hitam. Saat itu, Presiden George Bush Sr. mengerahkan hampir 10.000 pasukan federal dan Garda Nasional untuk memulihkan ketertiban di Los Angeles. Kerusuhan tersebut menyebabkan 63 orang tewas, lebih dari 2.000 luka-luka, dan ribuan toko hancur, terutama milik komunitas Korea-Amerika. Komunitas Korea-Amerika bahkan membentuk pasukan bela diri untuk mempertahankan bisnis dan kehidupan mereka, sebuah kenangan pahit yang masih membekas hingga kini.
Bahkan pada tahun 1957, Presiden Eisenhower pernah mengerahkan Divisi Lintas Udara 101 untuk mengawal sembilan siswa kulit hitam masuk ke SMA Little Rock, Arkansas, guna menegakkan hukum federal di tengah gelombang segregasi rasial. Jadi, pengerahan pasukan federal bukanlah hal baru dalam sejarah Amerika Serikat.
Operasi Deportasi dan Ancaman Bioterorisme
Di tengah situasi kerusuhan, Presiden Trump menegaskan bahwa operasi deportasi besar-besaran oleh ICE terhadap imigran ilegal tidak akan dihentikan — bahkan diperluas ke berbagai kota besar lain di Amerika Serikat.
Sementara itu, FBI juga tengah sibuk menangani kasus penyelundupan materi biologi yang diduga terkait upaya infiltrasi Tiongkok ke laboratorium Amerika. Baru-baru ini, seorang mahasiswa doktoral asal Wuhan, Han Chengxuan, ditangkap di Detroit atas dugaan menyelundupkan materi biologis berbahaya (cacing gelang) ke laboratorium Universitas Michigan. Han mengirim empat paket dari Tiongkok ke AS dan terbukti berbohong kepada otoritas federal. Dua warga Tiongkok lainnya juga ditahan atas tuduhan serupa, meski belum diketahui apakah kasus-kasus ini saling terkait.
FBI menegaskan bahwa materi biologis yang dikirimkan sangat berbahaya dan berpotensi disalahgunakan untuk riset senjata biologi, mengingat trauma yang dialami Amerika akibat pandemi COVID-19 yang bermula dari Wuhan. Pemerintah AS kini mengintensifkan upaya penegakan hukum untuk mencegah segala bentuk ancaman bioterorisme dari luar negeri.
Penutup
Dengan mobilisasi besar-besaran pasukan, peningkatan operasi deportasi, hingga penangkapan pelaku kriminal dan upaya menanggulangi ancaman bioterorisme, Amerika Serikat menghadapi ujian berat dalam menjaga keamanan nasional dan supremasi hukum di tengah gempuran krisis sosial yang berlarut-larut.
Los Angeles kini berdiri di persimpangan jalan sejarahnya: apakah bisa segera pulih dan kembali menjadi kota yang damai dan dinamis, atau justru akan terjerumus dalam spiral kekacauan berkepanjangan? Waktu yang akan menjawab.