Rusia dan Ukraina Mainkan Dua Sisi? Perundingan Mandek, Gencatan Senjata Tak Tercapai, Perang Terus Memanas

EtIndonesia. Konflik antara Rusia dan Ukraina kini telah memasuki tahun ketiga. Meskipun berbagai upaya mediasi internasional terus dilakukan, kemajuan menuju gencatan senjata maupun perundingan damai masih sangat minim. Bahkan sebaliknya, eskalasi militer terus meningkat, terutama setelah Ukraina melancarkan serangan mendadak ke wilayah Rusia minggu lalu, yang kemudian memicu aksi balasan besar-besaran dari Moskow.

Rusia Serang Kyiv dan Odesa dengan Drone

Pejabat Ukraina melaporkan bahwa Rusia baru saja melancarkan gelombang serangan drone terbaru ke Kyiv dan Odesa, menyebabkan dua orang tewas dan sebuah rumah sakit bersalin terkena serangan, yang menambah kecemasan dan ketakutan masyarakat sipil.

Menurut laporan Pemerintah Ukraina, pada pagi hari tanggal 10 Juni, Rusia meluncurkan serangan besar-besaran menggunakan drone ke ibu kota Kyiv dan kota pelabuhan Odesa. Wali Kota Kyiv, Vitaliy Klitschko, menyatakan bahwa beberapa wilayah, termasuk permukiman warga, mengalami kerusakan dan empat orang luka-luka. Tim pemadam kebakaran dikerahkan ke berbagai lokasi untuk menangani beberapa kebakaran akibat serangan tersebut.

Di Odesa, Gubernur Oleh Kiper mengonfirmasi bahwa serangan drone menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai sembilan lainnya. Yang membuat serangan ini semakin mengejutkan, salah satu targetnya adalah fasilitas medis.

Rekor Serangan Drone dan Rudal Rusia

Serangan kali ini disebut sebagai yang terbesar sejak perang dimulai, dengan Rusia meluncurkan total 479 unit drone dan 7 rudal, menghantam berbagai wilayah Ukraina. Menurut Angkatan Udara Ukraina, banyak infrastruktur penting di wilayah barat dan tengah Ukraina menjadi sasaran, dan meskipun sistem pertahanan udara Ukraina berusaha keras menghadang serangan tersebut, sejumlah drone tetap berhasil menembus pertahanan dan menyebabkan kerusakan besar.

Perundingan Damai Jalan di Tempat

Di tengah meningkatnya intensitas pertempuran, upaya diplomasi untuk mengakhiri perang masih menemui jalan buntu. Pekan lalu, delegasi Rusia dan Ukraina bertemu di Istanbul, Turki, untuk putaran kedua perundingan, dan hanya berhasil mencapai kesepakatan terbatas terkait pertukaran tawanan perang.

Dalam kesepakatan tersebut, kedua belah pihak sepakat menukar tawanan yang berusia di bawah 25 tahun atau dalam kondisi sakit dan terluka, namun tidak ada kemajuan signifikan terkait isu utama seperti gencatan senjata atau perdamaian jangka panjang.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menegaskan melalui media sosial bahwa kesepakatan pertukaran tawanan hanyalah langkah kecil, dan pembicaraan damai lainnya masih sangat lambat, bahkan Permintaan Ukraina untuk gencatan senjata kembali ditolak oleh pihak Rusia.

Zelenskyy Minta Aksi Lebih Tegas dari Negara Barat

Zelenskyy menyerukan kepada negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, untuk lebih aktif mendorong tercapainya perjanjian damai. Dia menekankan bahwa dukungan tersebut bukan hanya soal Ukraina, tetapi juga demi menjaga stabilitas global.

Zelenskyy juga mengungkapkan bahwa dalam serangan terbaru Rusia, ditemukan bahwa dua rudal yang digunakan berasal dari Korea Utara, yang memicu kembali kekhawatiran internasional atas hubungan militer antara Rusia dan negara-negara “terisolasi”.

Serangan Balasan Ukraina dan Eskalasi Perang Udara

Meski mendapat serangan besar, Ukraina juga melakukan serangan balasan ke wilayah Rusia, dengan menyasar fasilitas produksi senjata dan jalur logistik militer. Pemerintah Rusia mengakui bahwa lebih dari 10 bandara mengalami gangguan operasional akibat serangan drone Ukraina.

Kini, drone dan rudal telah menjadi senjata utama di medan perang, menggantikan dominasi pertempuran konvensional. Kedua pihak tak lagi hanya mengandalkan jumlah pasukan, melainkan teknologi canggih dan strategi serangan udara jarak jauh.

Serangan Rusia ke target sipil dan serangan balik Ukraina ke infrastruktur militer Rusia menunjukkan bahwa konflik ini telah menjadi perang total yang mencakup dimensi militer, politik, ekonomi, hingga kehidupan warga sipil.

Tekanan Internasional dan Arah Masa Depan Konflik

Di tengah konflik yang tak kunjung usai, tekanan terhadap komunitas internasional terus meningkat. Banyak negara menyerukan perlunya penyelesaian damai yang nyata dan berkelanjutan, namun arah konflik masih jauh dari jelas.

Dengan terus berlangsungnya pertempuran darat, meningkatnya serangan drone, dan stagnannya proses diplomasi, perang Rusia-Ukraina kini bukan hanya perang antara dua negara, melainkan juga menjadi medan pertempuran antara strategi geopolitik, teknologi militer modern, dan pengaruh global.

Apakah dunia mampu menemukan jalan keluar yang damai? Ataukah konflik ini akan terus berlarut, menjadi beban berkepanjangan bagi stabilitas internasional? Dunia kini menanti jawabannya dengan penuh kekhawatiran. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS