Pada Senin (9/6/2025) hingga Selasa (10/6/2025) dini hari, Rusia melancarkan serangan drone terbesar sejak pecahnya perang Rusia–Ukraina lebih dari tiga tahun lalu, dengan menyerang berbagai wilayah di Ukraina. Pada hari yang sama, Uni Eropa mengumumkan putaran ke-18 sanksi terhadap Rusia.
EtIndonesia. Pada 10 Juni dini hari, kota Kyiv, Odesa, dan banyak wilayah lain di Ukraina mengalami serangan besar-besaran dari Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa Rusia menggunakan rudal balistik dan setidaknya 479 unit drone dalam serangan tersebut, menjadikannya salah satu serangan terbesar selama perang. Serangan ini menyebabkan sedikitnya 3 orang tewas dan 12 lainnya luka-luka.
Pada Selasa, Zelenskyy juga secara resmi menanggapi nota perdamaian yang diajukan Rusia pekan lalu. Ia menegaskan bahwa tuntutan seperti penyerahan wilayah adalah bentuk ultimatum untuk menyerah, dan ia menolak untuk menerimanya.
Pada hari yang sama, Uni Eropa mengumumkan sanksi putaran ke-18 terhadap Rusia, yang mencakup pembatasan tambahan di sektor energi, sistem pembayaran perbankan, minyak, dan lainnya. Sanksi tersebut juga menyasar 22 perusahaan dari negara seperti Tiongkok dan Belarus, karena diduga membantu Moskow menghindari sanksi internasional.
“Jelas bahwa Rusia tidak menginginkan perdamaian. Tidak ada tanda-tanda bahwa Rusia siap untuk berdamai. Sebaliknya, Rusia justru sedang meningkatkan agresinya di Ukraina,” kata Kaja Kallas, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa.
Pada hari yang sama, dinas intelijen Ukraina mengeluarkan peringatan bahwa Rusia kemungkinan akan membantu Korea Utara memproduksi drone serang, untuk membantu menghancurkan sistem pertahanan udara Korea Selatan.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, pada Senin (9 Juni) di London menegaskan bahwa bahkan jika perang Rusia–Ukraina berakhir, ancaman dari rezim otoriter seperti Tiongkok tidak akan berhenti. Ia menyatakan bahwa pada KTT NATO di Den Haag, salah satu prioritas utama adalah meningkatkan kemampuan pertahanan udara dan rudal sebesar 400%, serta menggandakan logistik, pasokan, transportasi, dan dukungan medis.
“Kita telah menyaksikan langsung bagaimana Rusia menciptakan teror dari udara di Ukraina. Oleh karena itu, kita akan memperkuat sistem pertahanan wilayah udara kita,” ujar Mark Rutte. (Hui/asr)
Laporan oleh Yu Liang untuk NTD