EtIndonesia. Konflik antara Israel dan Iran kembali memuncak dalam 48 jam terakhir setelah serangan udara besar-besaran dilancarkan Israel ke wilayah Iran. Eskalasi ini juga ditandai dengan keterlibatan militer Amerika Serikat, pernyataan keras Donald Trump, serta reaksi keras dari berbagai negara besar dunia. Berikut adalah laporan lengkap dan mendalam terkait perkembangan terbaru di kawasan Timur Tengah yang kini semakin memanas.
Trump: “Serangan Israel Sangat Luar Biasa, Akan Ada Lebih Banyak Lagi”
Pada 13 Juni, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dalam wawancaranya dengan ABC News secara terbuka memuji aksi militer Israel terhadap Iran. Dia menyebut serangan tersebut sebagai “luar biasa” dan mengingatkan bahwa serangan sejenis akan terus terjadi ke depan.
“Serangan ini luar biasa. Kami telah memberi mereka kesempatan, tapi mereka tidak memanfaatkannya. Iran mendapat pukulan besar—sangat berat. Dan saya peringatkan, ke depan akan ada lebih banyak lagi serangan, bahkan sangat banyak,” ujar Trump tegas dalam wawancara eksklusif.
Operasi Rahasia Mossad di Iran: 20 Jenderal Garda Revolusi Tewas
Di balik serangan udara Israel, diketahui pasukan elit Mossad—badan intelijen dan operasi khusus Israel—telah melancarkan berbagai operasi rahasia di dalam wilayah Iran. Menurut laporan Reuters, setidaknya 20 jenderal tinggi Garda Revolusi Iran tewas dalam operasi senyap ini. Operasi tersebut menargetkan pusat-pusat komando, markas besar militer, hingga jaringan komunikasi strategis Iran.
Serangan Balasan: Rudal Iran Menghantam Jantung Pertahanan Israel
Tak tinggal diam, Iran meluncurkan serangan balasan secara masif. Rudal-rudal Iran menargetkan markas besar Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv. Militer Amerika Serikat langsung bergerak cepat, dengan sistem pertahanan udara membantu mencegat rudal dan drone yang ditembakkan dari Iran ke wilayah Israel.
Rekaman video yang beredar menunjukkan rudal balistik Iran mampu menembus sistem pertahanan udara Israel dan menghantam area di pusat Tel Aviv, menimbulkan kepulan asap tebal yang menyelimuti langit kota. Gelombang ledakan juga terdengar di wilayah Yerusalem. Serangan beruntun Iran disebut sebagai respons tegas terhadap aksi Israel dan Mossad.
Keterlibatan Amerika Serikat: Militer AS Bantu Intersepsi Rudal Iran
Beberapa pejabat senior AS telah mengonfirmasi bahwa militer Amerika ikut serta membantu pertahanan udara Israel. Dalam aksi malam itu, ratusan rudal dan drone yang ditembakkan Iran ke Israel berhasil dihadang oleh sistem Iron Dome, Patriot, dan sistem pertahanan sekutu. Militer AS, menurut sumber CNN dan Fox News, mengerahkan dua kapal perusak Angkatan Laut, USS Sullivan dan USS Arleigh Burke, yang kini siaga penuh di Mediterania Timur.
Juru bicara keamanan AS menegaskan bahwa saat ini prioritas Washington adalah melindungi ratusan ribu warga Amerika dan aset vital AS di Israel.
Korban dan Kerusakan: Fasilitas Militer Iran dan Israel Sama-Sama Terpukul
Serangan udara Israel ke Iran pada 13 Juni menargetkan lebih dari 100 sasaran, termasuk fasilitas nuklir utama di Natanz, sejumlah pangkalan militer strategis, dan pusat riset senjata nuklir. Enam pejabat tinggi Iran, termasuk Kepala Staf Angkatan Bersenjata dan beberapa ilmuwan nuklir, dilaporkan tewas. Fasilitas pengayaan uranium di Natanz mengalami kerusakan parah, terutama di bagian bawah tanah yang menjadi pusat aktivitas nuklir Iran.
Di sisi Israel, serangan balasan Iran menimbulkan kerusakan pada beberapa instalasi pertahanan dan menyebabkan sedikitnya 35 korban luka—satu di antaranya perempuan dalam kondisi kritis. Data dari organisasi layanan darurat Magen David Adom menyebutkan tujuh warga luka-luka di Tel Aviv dan Ramat Gan akibat jatuhnya puing-puing rudal yang dicegat.
Dukungan dan Koordinasi Internasional: AS, Prancis, Jerman, dan Sekutu Lainnya
Pascaserangan, negara-negara sekutu Israel langsung bereaksi. Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman, Olaf Scholz menegaskan dukungan atas hak Israel membela diri, namun tetap menyerukan kedua belah pihak menahan diri agar ketegangan tidak meluas.
“Prancis akan selalu mendukung hak dan eksistensi Israel untuk membela diri. Namun, kami berharap kedua pihak mampu menahan diri demi stabilitas kawasan,” tegas Macron dalam konferensi pers di Paris.
Kanselir Jerman menambahkan, keamanan komunitas Yahudi dan warga Iran di Jerman akan dijamin sepenuhnya. Sementara, Perdana Menteri Swedia mengingatkan potensi terorisme yang bisa meluas hingga ke Eropa, dan mendesak agar penyelesaian masalah ditempuh lewat diplomasi.
Langkah-Langkah Darurat dan Penutupan Wilayah Udara Timur Tengah
Eskalasi konflik menyebabkan empat negara di Timur Tengah—Israel, Iran, Irak, dan Yordania—menutup total wilayah udara mereka. Data situs pelacakan penerbangan internasional menunjukkan aktivitas penerbangan di atas kawasan ini praktis lumpuh. Kedutaan besar Philipina di Israel bahkan sudah mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk waspada dan siap mengungsi.
Sementara itu, militer Iran memberlakukan larangan semua kapal asing melintasi Selat Hormuz—jalur pelayaran energi paling vital dunia. Langkah ini meningkatkan risiko gangguan pada suplai minyak global.
Reaksi dan Pernyataan Para Tokoh Dunia
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pidatonya menyampaikan pesan khusus kepada rakyat Iran: “Rakyat Iran yang pemberani, cahaya kalian akan mengalahkan kegelapan. Sejak zaman Cyrus Agung, Israel dan Iran adalah sahabat. Rebutlah kembali kebebasan kalian dari rezim penguasa.”
Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, melalui media resmi menyerukan perlawanan total dan bersumpah akan menghancurkan “rezim Israel.” Media Tiongkok menyoroti retorika Khamenei sebagai upaya memperkuat posisi di tengah perang.
Di platform media sosial Trump, tidak ada unggahan baru selain satu postingan terkait kerusuhan, menimbulkan banyak spekulasi tentang sikap diam Presiden AS ini di tengah eskalasi besar.
Analisis Strategis: Diplomasi AS dan Serangan Israel
Analis industri pertahanan menyimpulkan bahwa strategi ambigu Amerika Serikat selama ini, yang mengedepankan jalur diplomasi sekaligus mempersiapkan serangan militer, memberi ruang gerak bagi Israel untuk melancarkan serangan mendadak. Selama negosiasi AS-Iran berlangsung di Oman, Israel diam-diam melakukan serangan untuk mendapatkan posisi strategis.
The Wall Street Journal melaporkan bahwa pada tanggal 15, diplomat AS dan Iran akan kembali bertemu di Oman untuk perundingan babak baru, namun kepercayaan antar pihak kini berada di titik terendah.
Reaksi Dunia: Tiongkok dan Rusia
Tiongkok, melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri, secara resmi menolak aksi militer Israel ke Iran. Beijing menyerukan semua pihak menahan diri dan menawarkan diri sebagai mediator dalam meredakan konflik. Sementara itu, Rusia juga menyerukan penghentian kekerasan dan mendorong dialog.
Situasi di Lapangan: Mobilisasi Militer dan Kesiagaan Maksimal
Seluruh aktivitas masyarakat di Israel dihentikan. Sekolah, kantor, dan area publik ditutup. AS mengurangi staf diplomatik di Irak dan menempatkan sekitar 40.000 personel militer di kawasan Timur Tengah—lengkap dengan sistem pertahanan udara dan kapal perang.
Seorang pejabat senior militer Israel menegaskan: “Ini bukan sekadar operasi militer, melainkan perang yang sangat terencana dari jarak 1.500 kilometer.”
Potensi Perang Besar dan Ketidakpastian Regional
Situs berita Israel, Ynet News, memprediksi perang antara Israel dan Iran dapat berlangsung minimal dua pekan ke depan. Koordinasi resmi antara Pemerintah AS dan Israel menunjukkan kemungkinan keterlibatan militer AS secara langsung, terutama jika serangan balasan Iran meningkat dan mengancam warga serta aset Amerika di Israel.
Kesimpulan: Kawasan di Ambang Krisis Besar
Dengan saling serang yang kini melibatkan aset dan personel militer AS, situasi di Timur Tengah berada di ambang krisis regional yang bisa menjalar ke konflik global. Seluruh dunia kini menanti langkah berikutnya, sementara diplomasi dan kekuatan militer terus berpacu di arena geopolitik paling panas tahun ini.