Iran Tolak Laksanakan Resolusi Nuklir PBB, Ketegangan Timur Tengah Kembali Meningkat

EtIndonesia. Pada  Kamis (12 Juni), Dewan Pengawas Nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengesahkan resolusi yang diusulkan oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman. Resolusi tersebut menyatakan bahwa Iran gagal memenuhi kewajiban nuklirnya, dan berpotensi dikenakan sanksi. Iran merespons dengan sikap keras, memicu eskalasi baru ketegangan di Timur Tengah. Sementara itu, Amerika Serikat telah meminta warga dan keluarga personel militernya di kawasan tersebut untuk segera meninggalkan Timur Tengah.

Pada hari yang sama, dewan badan pengawas nuklir PBB secara resmi menyatakan bahwa untuk pertama kalinya dalam 20 tahun, Iran tidak mematuhi kewajiban nuklirnya, dan mungkin akan menghadapi pemulihan sanksi pada akhir tahun ini. Dalam rancangan resolusi itu, Iran diminta untuk segera memberikan penjelasan atas sejumlah fasilitas nuklir yang belum dilaporkan.

Iran menanggapi dengan tegas, menyatakan akan membangun fasilitas pengayaan uranium baru, dan merencanakan tindakan balasan lainnya.

Pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul mengunjungi Roma dan mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Italia. Dalam konferensi pers bersama, ia menyatakan bahwa Jerman tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir.

“Setiap orang berharap situasi tidak semakin memburuk, tetapi kami tidak akan berdiam diri dan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir,” ujarnya. 

Jerman, Inggris, dan Prancis adalah tiga negara Eropa yang menandatangani perjanjian nuklir Iran 2015.

Presiden AS Donald Trump, pada Rabu (11 Juni), menyatakan bahwa personel Amerika sedang ditarik dari Timur Tengah, dan menegaskan bahwa Amerika tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir.

Presiden Trump mengatakan: “Mereka sedang meninggalkan wilayah itu, karena tempat tersebut bisa menjadi sangat berbahaya. Kita lihat saja apa yang akan terjadi. Tapi mereka sedang… kami telah memberitahu mereka untuk pergi, dan kita akan lihat perkembangannya.”

Amerika saat ini bersiap untuk mengevakuasi sebagian personel dari Kedutaan Besar AS di Irak, dan telah mengizinkan keluarga anggota militer meninggalkan kawasan Timur Tengah.

Pada Rabu (11 Juni) malam, Departemen Luar Negeri AS memperbarui saran perjalanan global, dan memerintahkan semua pegawai pemerintah yang tidak dalam tugas darurat untuk meninggalkan wilayah Timur Tengah, karena meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut.

Intelijen AS mengindikasikan bahwa Israel sedang bersiap untuk melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.

Di hari yang sama, RUU pembubaran parlemen yang diajukan oleh partai oposisi Israel gagal disahkan pada Kamis dini hari. Hal ini dianggap sebagai kemenangan politik besar bagi pemerintahan Netanyahu. (Hui)

Laporan oleh Zhao Fenghua, NTD Television

FOKUS DUNIA

NEWS