Pada Jumat (13 Juni), pasar global terguncang akibat serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran. Bursa saham anjlok dan harga minyak melonjak lebih dari 7%. Para investor berbondong-bondong beralih ke aset aman seperti emas dan franc Swiss.
EtIndonesia. Serangan terhadap fasilitas nuklir Iran memicu respons pasar yang cepat. Hingga pukul 00:55 GMT, indeks berjangka E-mini S&P 500 Amerika turun 1,5%, sementara indeks berjangka Nasdaq turun 1,7%. Indeks Nikkei Jepang turun 1,4%, dan indeks saham gabungan Korea Selatan (KOSPI) turun 1,2%.
Sementara itu, harga minyak naik tajam, melampaui 7%, mencapai level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. Ketegangan yang meningkat tajam di Timur Tengah memicu kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan minyak.
Hingga pukul 01:42 GMT:
- Harga minyak mentah Brent naik 5,29 dolar AS, menjadi 74,65 dolar AS per barel (naik 7,63%), sempat menyentuh 75,32 dolar AS, tertinggi sejak 2 April.
- Minyak mentah WTI (West Texas Intermediate) AS naik 5,38 dolar AS, menjadi 73,42 dolar AS per barel (naik 7,91%), sempat menyentuh 74,35 dolar AS, tertinggi sejak 3 Februari.
“Serangan Israel terhadap Iran semakin meningkatkan premi risiko,” kata Saul Kavonic, analis senior energi dari MST Marquee kepada Reuters.
Namun, ia juga menyatakan bahwa “konflik perlu meningkat ke tingkat di mana Iran membalas dengan menyerang infrastruktur minyak di kawasan sebelum pasokan minyak benar-benar terdampak.”
Ia menambahkan bahwa dalam situasi ekstrem, Iran bisa saja mengganggu pasokan hingga 20 juta barel per hari melalui serangan terhadap infrastruktur atau dengan membatasi jalur pengiriman di Selat Hormuz.
Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah kembali mendorong investor mencari aset aman. Harga emas naik 1% pada hari Jumat, menjadi sekitar 3.419 dolar AS per ons.
Nilai tukar:
- Franc Swiss naik sekitar 0,4% terhadap dolar AS, menjadi 0,8072;
- Yen Jepang naik 0,3%, menjadi 143,06;
- Euro melemah 0,3%, menjadi 1,1553 dolar AS.
Pada Jumat pagi, Israel melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa tujuan serangan tersebut adalah untuk menghancurkan infrastruktur nuklir Iran, pabrik rudal balistik, dan sejumlah besar kapabilitas militer lainnya.
Israel juga mengumumkan status darurat nasional, guna menghadapi potensi serangan balasan dari Iran berupa rudal dan drone.
Menurut kantor berita resmi Iran Nour News, terdengar ledakan di dekat fasilitas nuklir di timur laut Teheran pada Jumat dini hari. Sistem pertahanan udara Iran dilaporkan berada dalam siaga penuh.
Seorang pejabat senior Iran mengatakan kepada Reuters bahwa para pemimpin Iran sedang mengadakan pertemuan tingkat tinggi terkait keamanan nasional.
Priyanka Sachdeva, analis pasar senior dari Phillip Nova, mengatakan kepada Reuters, “Pengumuman Iran untuk siaga penuh dan ancaman balasan tidak hanya meningkatkan risiko gangguan pasokan, tapi juga bisa meluas ke negara-negara penghasil minyak lain di sekitarnya.”
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio pada Jumat menyatakan bahwa serangan Israel terhadap Iran adalah “aksi sepihak”, menegaskan bahwa Washington tidak terlibat, dan mendesak Iran untuk tidak menyasar kepentingan atau personel Amerika di kawasan tersebut. (Hui)
Sumber : NTDTV.com