EtIndonesia. Di wilayah Valencia, Spanyol, sebuah dunia bawah tanah yang tertutup kegelapan selama ribuan hingga puluhan ribu tahun mulai mengungkapkan secuil misteri kehidupan spiritual manusia purba. Tim arkeologi gabungan dari Universitas Alicante dan Universitas Zaragoza telah menemukan lebih dari 100 struktur batu prasejarah di kedalaman Gua Cova Dones, yang diduga kuat merupakan situs ritual manusia awal dari sekitar 24.000 tahun silam.
Penemuan ini semakin memperkaya khazanah seni dan budaya zaman Paleolitikum, sekaligus membuka pintu menuju dunia spiritual yang jauh lebih abstrak dan mendalam dari yang selama ini diketahui.
Gerbang Misterius yang Terbuka oleh Gempa
Sistem gua Cova Dones pertama kali terungkap ke permukaan setelah gempa bumi pada tahun 1821. Gua ini memiliki kedalaman lebih dari 500 meter dan merupakan salah satu situs seni prasejarah paling kaya di sepanjang pesisir Laut Tengah. Di dinding-dinding guanya tersimpan lebih dari 100 lukisan batu yang menggambarkan 19 jenis hewan, termasuk kuda, rusa jantan, bison, hingga rusa betina, yang diyakini berasal dari sekitar 24.000 tahun yang lalu.
Namun, yang lebih mengejutkan daripada keindahan lukisan tersebut adalah temuan struktur batu yang dibentuk dari stalagmit yang dipatahkan dan disusun ulang—memberikan petunjuk baru yang jauh lebih dalam tentang kehidupan spiritual manusia prasejarah.
“Bahasa Tak Dikenal” dari Stalagmit
Struktur ini, yang terbentuk dari stalagmit yang telah dipatahkan lalu disusun kembali, dipastikan bukan hasil proses alamiah, melainkan akibat dari tindakan manusia secara sengaja.
Seorang juru bicara dari Universitas Alicante menjelaskan: “Adanya regenerasi kalsit pada celah-celah tertentu menunjukkan bahwa intervensi manusia ini setidaknya sudah terjadi sejak zaman prasejarah. Kami tengah melakukan penyelidikan multidisipliner lebih lanjut untuk memverifikasinya.”
Dengan kata lain, struktur ini bukan hanya sangat tua dalam konteks geologi, tetapi juga mencatat jejak interaksi manusia dengan waktu. Fungsi dari struktur-struktur ini masih belum diketahui secara pasti. Berdasarkan analisis awal, para arkeolog menduga mereka berfungsi sebagai simbol, bagian dari ritual, atau bahkan sebagai sistem navigasi dalam gua, dan mungkin berkaitan erat dengan kosmologi dan spiritualitas masyarakat zaman itu.
Bukan Kasus Terisolasi, Tapi Sebuah Tradisi Kuno
Menariknya, ini bukan kali pertama struktur seperti ini ditemukan. Salah satu contoh paling terkenal datang dari Gua Bruniquel di Prancis, tempat di mana manusia Neanderthal sekitar 175.000 tahun lalu juga membentuk struktur melingkar dari stalagmit yang dipatahkan.
Hal ini menunjukkan bahwa manipulasi ruang dalam gua telah menjadi tradisi kuno yang melampaui ras manusia maupun zaman—sebuah praktik spiritual yang terus diwariskan dari generasi ke generasi, bahkan melintasi puluhan ribu tahun sejarah manusia.
Dari Prancis ke Spanyol, dari Neanderthal hingga Homo sapiens, tersirat adanya benang merah budaya spiritual purba: bahwa manusia purba tidak hanya hidup di dalam gua, tetapi juga mendalami eksistensi, kematian, dan kesakralan di dalamnya.
Menelusuri Cahaya Peradaban dari Masa Silam
Saat ini, tim arkeologi telah memulai penelitian lanjutan yang lebih mendalam, dengan menggunakan kombinasi pemetaan topografi 3D, penggalian arkeologis, dan teknologi penanggalan radiometrik untuk merekonstruksi sejarah dan fungsi struktur batu tersebut.
Bagi dunia arkeologi, Cova Dones bukan sekadar situs purbakala, melainkan jendela waktu yang memungkinkan kita—manusia modern—untuk mengintip ke dalam jiwa manusia purba, yang tak pernah menulis kata, tetapi mengukir kepercayaannya dalam batu, ruang, dan diamnya gua.(jhn/yn)