Dokter Angkat Tangan, Namun Wanita Ini Sembuh dari Hepatitis C di Sebuah Gubuk Pertanian di Yordania

EtIndonesia. Bagi kebanyakan orang, pengobatan suatu penyakit bergantung pada obat-obatan dan rumah sakit. Namun, bagi seorang perempuan Muslim asal Timur Tengah—sebut saja namanya Hawra—jalan menuju kesembuhannya justru menembus batas antara iman, tradisi, dan hal-hal supranatural. Kisahnya tidak hanya menantang batas logika medis modern, tetapi juga mengajak kita merenung: mungkinkah ada kekuatan dari dunia lain yang diam-diam memperhatikan penderitaan manusia?

Pada tahun 1988, ketika Hawra masih bayi, dia tertular virus hepatitis C (HCV) akibat transfusi darah. Virus mematikan itu bersembunyi dalam tubuhnya selama bertahun-tahun, hingga pada usia 16 tahun, hasil pemeriksaan rutin menunjukkan bahwa jumlah virus dalam darahnya telah mencapai jutaan unit—tanda infeksi parah. Dia pun menjalani pengobatan panjang nan menyakitkan, dengan efek samping yang menyiksa seperti kemoterapi, namun tak membawa hasil. Harapan pun nyaris sirna.

Hingga suatu hari, sang ayah berkata bahwa ada seorang temannya di Yordania yang pernah mengalami keajaiban medis: vonis hidup enam bulan karena sirosis hati justru berubah menjadi kesembuhan total setelah menjalani pengobatan dari seorang “penyembuh misterius.” Dalam keputusasaan, Hawra, ayahnya, dan sang kakak yang mengidap diabetes tipe 1, terbang ke Yordania membawa sisa harapan terakhir.

Saat bertemu dengan “penyembuh” itu, Hawra terkejut. Pria tersebut bukanlah sosok pertapa tua atau dukun berjubah gelap, melainkan seorang pria berusia sekitar 30 tahun, berpakaian rapi, tinggal di sebuah vila yang tertata apik. Namun, caranya berbicara dan menatap memancarkan aura aneh, seperti sedang menyampaikan pesan dari dunia lain. Dia berkata bahwa “mereka” bisa menyembuhkan penyakit hati, tapi tidak bisa membantu kasus diabetes. Tatapan matanya kosong, suaranya datar, dan ritme bicaranya terasa seperti terjemahan langsung dari alam yang tak kasatmata.

Tiga Malam Ritual di Gubuk Tua

Pengobatan berlangsung dengan syarat yang tidak biasa dan ketat. Hawra harus tinggal selama tiga malam di sebuah gubuk sederhana di pinggiran Kota Amman. Tiap malam, dia wajib menjalani ritual penyucian diri, membaca ayat-ayat tertentu, tidur terlentang sepanjang malam tanpa boleh miring, serta membaca doa saat tidur dan bangun. Gubuk itu sunyi, sederhana, hanya berisi beberapa ranjang sempit.

Pada malam pertama, saat ketakutan membungkus pikirannya, dia mulai berdoa sambil terlentang. Tiba-tiba, dia merasakan tubuhnya terangkat sekitar 30 cm dari tempat tidur. Dia menahan napas, tak berani bergerak. Tak lama kemudian, dia merasakan sensasi aneh di sisi kanan perut—seperti ada tangan tak terlihat yang menekan dan memindahkan sesuatu dalam hatinya. Meski tidak menyakitkan, rasa itu begitu nyata. Sensasi itu berlangsung sebentar, lalu hilang. Dia pun tertidur nyenyak dan bangun dengan tubuh yang terasa ringan dan tenang.

Hal serupa terjadi pada malam kedua dan ketiga. Sebelum mereka pulang, penyembuh itu memberinya tiga botol air bening yang disebut “air suci”, dan memintanya untuk meminumnya secara rutin selama sebulan, sesuai waktu yang ditentukan.

Kesembuhan Tak Terduga

Setelah kembali ke negaranya, Hawra menjalani pemeriksaan PCR. Hasilnya membuat semua orang tercengang: jumlah virus dalam darahnya nol, bahkan tak ada satu pun genotipe virus yang terdeteksi. Fungsi hati juga dinyatakan normal sepenuhnya. 

Dokternya berkata : “Hati Anda bahkan lebih sehat dibandingkan mereka yang belum pernah terinfeksi.”

Pengobatan medis selama bertahun-tahun tak menghasilkan apa pun, namun tiga malam di gubuk tua dan air suci justru membalikkan segalanya. Hawra pun terdiam dalam kebingungan—apa yang sebenarnya telah terjadi?

Pada tahun 2019, setelah pindah ke Amerika Serikat, dia kembali memeriksakan diri demi memastikan bahwa kesembuhannya bukan ilusi. Dokter yang menangani awalnya meragukan kisahnya, lalu menjadwalkan seluruh rangkaian tes: PCR, genotipe HCV, tingkat fibrosis, hingga penanda tumor. Namun seperti dugaannya, hasilnya tetap sama—tidak ada virus, tidak ada kerusakan, tidak ada tanda peradangan. Semuanya bersih.

Saat ia menceritakan pengalaman itu kepada sang nenek, perempuan tua itu tersenyum dan berkata pelan: “Di antara kita, ada keyakinan lama bahwa makhluk halus tertentu memiliki pengetahuan medis yang lebih tinggi dari manusia. Saat mereka berkenan, mereka memilih seorang manusia sebagai perantara untuk membantu menyembuhkan.”

Mungkin, lanjut neneknya, penyembuh di Yordania itu adalah “dokter jin”—perantara dari dunia lain.

Kesembuhan atau Keajaiban?

Hawra tidak pernah memaksa orang lain untuk mempercayai bahwa dia telah mengalami kesembuhan supernatural. Namun, semua hasil medis ada dalam genggamannya, menjadi saksi bisu dari sebuah mukjizat yang tak dapat dijelaskan secara ilmiah. Baginya, kesembuhan ini bukan semata tindakan medis, melainkan tanda campur tangan dari suatu kekuatan yang tak terlihat. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS