Edisi Khusus: Drama Kudeta Senyap: Keluarga Jiang Zemin Ditangkap, Zeng Qinghong Kini Tahanan Rumah!

EtIndonesia. Politik Tiongkok kembali diguncang oleh kabar besar yang menandai babak baru dalam pertarungan elite Partai Komunis Tiongkok (PKT). Pada 13 Juni, Du Wen—mantan pejabat senior Mongolia Dalam yang kini vokal di media sosial—membocorkan sebuah informasi eksklusif: Fei Dongbin, Direktur Biro Kereta Api Nasional Tiongkok, bersama seluruh keluarganya, dikabarkan telah ditangkap oleh otoritas keamanan. Tak hanya itu, identitas Fei Dongbin disebut-sebut berkaitan langsung dengan keluarga besar mendiang Jiang Zemin, tokoh kunci “kelompok Jiang” yang telah mewarnai peta kekuasaan Tiongkok selama tiga dekade terakhir.

Penangkapan Fei Dongbin: Simbol Tumbangnya Kelompok Jiang

Menurut sumber yang diungkapkan Du Wen dalam siaran videonya, Fei Dongbin adalah suami dari keponakan perempuan Jiang Zemin, yakni Wang Yeping. Penangkapan ini tak hanya menimpa Fei Dongbin, melainkan juga menyeret seluruh keluarga Wang Yeping ke dalam pusaran kasus. Peristiwa ini dianggap sebagai sinyal politik yang sangat kuat: “Kelompok Jiang”—yang selama puluhan tahun berperan sebagai kekuatan penyeimbang dalam tubuh PKT—kini benar-benar di ujung tanduk.

Dalam tradisi politik Tiongkok, dikenal pepatah lama: “Memukul anjing harus lihat siapa tuannya.” 

Tumbangnya Fei Dongbin, tokoh yang memiliki hubungan darah dengan keluarga besar Jiang Zemin, dipandang sebagai indikator bahwa kekuasaan kelompok Jiang telah benar-benar ambruk. Banyak analis menilai, penangkapan ini bukan sekadar kasus korupsi atau penyalahgunaan jabatan, melainkan bagian dari gelombang bersih-bersih politik yang dilakukan oleh faksi rival yang kini menguasai puncak kekuasaan di Beijing.

Sejumlah pengamat mengingatkan, Fei Dongbin dan beberapa pejabat lain yang turut terseret kasus ini memiliki riwayat panjang di Mongolia Dalam. Bahkan, menurut Du Wen, banyak dari mereka pernah bersama-sama menjalani masa tugas, dan sebagian anak buah Fei Dongbin pernah satu penjara dengan Du Wen ketika terjadi pergeseran kekuasaan di wilayah tersebut.

Dampak Politik: Xi Jinping dan Ancaman Perpecahan Elite

Situasi di puncak PKT kian memanas, terutama di tengah rumor yang menyebut posisi Xi Jinping sendiri tengah digoyang dari dalam. Tumbangnya kelompok Jiang, yang selama ini menjadi “oposisi internal” terhadap kepemimpinan Xi, justru beriringan dengan kabar tentang perombakan besar-besaran di jajaran elite partai. Beberapa kalangan menilai, langkah tegas terhadap keluarga dan loyalis Jiang Zemin bukan sekadar memperkuat posisi Xi, tetapi juga bisa mempercepat fragmentasi di tubuh partai.

Kehadiran Xi Jinping yang begitu dominan selama satu dekade terakhir—diperkuat lewat kampanye antikorupsi dan sentralisasi kekuasaan—telah membuat faksi-faksi lama, seperti kelompok Jiang dan Zeng Qinghong, kehilangan banyak pengaruh. Namun, kekuatan Xi juga mulai mendapat tantangan serius, terutama dari kelompok sesepuh dan elite partai yang tidak puas dengan arah kebijakan dan gaya kepemimpinannya yang otoriter.

Zeng Qinghong Ditahan, Jaringan Loyalis Dihabisi

Dalam perkembangan terkait, Cai Shengkui—mantan jurnalis senior yang kini aktif sebagai kolumnis independen di Amerika Serikat—mengutip sumber di Beijing bahwa Zeng Qinghong, mantan Wakil Presiden Tiongkok yang sangat berpengaruh, kini sudah ditempatkan dalam tahanan rumah. Cai menilai, langkah ini adalah konsekuensi logis setelah sebagian besar loyalis Zeng Qinghong ditangkap atau dipecat dari jabatannya selama beberapa bulan terakhir.

Menurut Cai: “Jika jaringan pendukung Zeng telah diberantas satu per satu, tinggal menunggu waktu hingga Zeng sendiri dijerat.” 

Keterangan Cai didukung oleh sejumlah pengamat politik Tiongkok yang kerap membocorkan informasi terkait dinamika di tubuh PKT—dan prediksi mereka terbukti akurat dalam beberapa kasus besar sebelumnya.

Zeng Qinghong bukan sosok sembarangan. Dia dikenal sebagai “otak strategi” kelompok Jiang dan pernah menjadi sosok kunci yang mendorong naiknya Xi Jinping ke puncak kekuasaan pada Kongres PKT ke-18. Namun, seiring waktu, hubungan keduanya memburuk dan kini, Zeng Qinghong justru menjadi simbol “perlawanan diam-diam” terhadap otoritarianisme Xi.

Misteri di Balik Ketidakhadiran di Acara Kenegaraan

Ketegangan di puncak kekuasaan Tiongkok semakin kentara saat peringatan 120 tahun kelahiran Chen Yun, tokoh revolusioner yang juga mentor generasi elite PKT, berlangsung beberapa waktu lalu. Tidak satu pun anggota keluarga besar Jiang Zemin atau Zeng Qinghong yang hadir dalam acara tersebut. Pengamat politik menilai, absennya mereka adalah pertanda jelas bahwa kelompok Jiang benar-benar sudah disingkirkan dari lingkaran elite.

Sejak wafatnya Jiang Zemin pada akhir 2022, tongkat kepemimpinan informal kelompok Jiang secara de facto dipegang oleh Zeng Qinghong. Namun, dengan status Zeng yang kini dalam tahanan rumah, dan hampir semua loyalis utamanya sudah diproses hukum, posisi kelompok ini secara politik dan struktural benar-benar lumpuh.

Analisis Para Pengamat: PKT Masuki Babak Krisis Baru

Chen Pokong, pengamat politik yang juga mantan dosen universitas di Tiongkok, menilai bahwa situasi saat ini bisa menjadi awal dari krisis yang lebih besar di tubuh Partai Komunis. 

“Penahanan Zeng Qinghong bukan hanya simbol runtuhnya satu faksi, tetapi juga menandakan semakin rapuhnya konsensus internal partai. Jika Xi Jinping gagal mengelola transisi kekuasaan ini, Tiongkok berpotensi menghadapi instabilitas politik terbesar sejak era reformasi,” ujar Chen.

Krisis di puncak elite PKT, menurut Chen, tidak lagi sekadar rivalitas antar-individu, melainkan sudah masuk tahap fragmentasi di antara kelompok sesepuh partai yang selama ini menjadi penopang stabilitas politik. Sinyal-sinyal retaknya solidaritas di lingkaran dalam partai kini makin jelas terbaca oleh dunia internasional.

Penutup: Tiongkok di Ambang Perubahan Besar

Dalam lanskap politik Tiongkok yang sangat tertutup, penangkapan tokoh-tokoh penting keluarga Jiang Zemin serta penahanan rumah Zeng Qinghong menjadi alarm keras bagi semua elite PKT. Perombakan dan pembersihan besar-besaran ini berpotensi mengubah wajah kepemimpinan partai sekaligus memicu instabilitas baru.

Meski pemerintahan Xi Jinping saat ini tampak masih kokoh, rentetan peristiwa ini menandai babak baru dalam sejarah politik Tiongkok—babak yang penuh ketidakpastian dan siap memunculkan kejutan berikutnya di panggung kekuasaan dunia.

FOKUS DUNIA

NEWS